Sosok Reza Pahlavi, Putra Mahkota Iran yang Serukan Militer Iran Lepas dari Khamenei

Putra mahkota Iran, Reza Pahlavi, mencuri perhatian dunia internasional dalam konflik bersenjata antara Israel dan Iran.
Ia menyerukan kepada militer dan aparat keamanan Iran agar memisahkan diri dari pemerintahan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Pahlavi menyebut perang yang terjadi tidak membawa manfaat bagi rakyat.
Perang antara Israel dan Iran yang meletus sejak Jumat (13/6/2025) telah memakan korban jiwa: Sebanyak, 128 orang di Iran dan 13 di Israel.
Lantas siapa Reza Pahlavi? Ini profilnya.
Profil Reza Pahlavi: Pewaris Monarki yang Hidup di Pengasingan
Reza Pahlavi adalah anak dari Raja terakhir Iran, Mohammad Reza Shah Pahlavi, yang digulingkan dalam Revolusi Islam 1979.
Sejak itu, ia hidup di pengasingan di dekat Washington DC, Amerika Serikat. Ia lahir pada 31 Oktober 1960 dan kini berusia 64 tahun.
Reza meninggalkan Iran pada usia 17 tahun untuk bersekolah militer di AS, tepat sebelum ayahnya turun takhta karena sakit.
“Saya tidak mencalonkan diri untuk jabatan apa pun. Peran saya adalah memastikan terbentuknya pemerintahan sementara yang bisa menggelar pemilu dan menyerahkan keputusan akhir kepada rakyat Iran,” ungkapnya, dikutip Kompas.com (16/06/2025).
Putra Mahkota Iran, Reza Pahlavi, telah menghabiskan lebih dari 45 tahun hidup di pengasingan dan tidak pernah kembali ke tanah airnya sejak meninggalkan Iran.
Pahlavi menetap di luar negeri bersama istrinya, Yasmine. Ketiga putri mereka pun belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di Iran.
Gerakan Damai dan Visi Demokrasi Sekuler
Meski berasal dari keluarga kerajaan, Reza Pahlavi menegaskan bahwa dirinya tidak ingin mengembalikan sistem monarki.
Ia justru mendorong demokrasi sekuler dan konsisten menggunakan pendekatan damai.
Ia mengadopsi filosofi perjuangan tanpa kekerasan ala Martin Luther King Jr dan Mahatma Gandhi. “Lihat saja Dubai 40 tahun lalu dan sekarang. Iran seharusnya bisa menjadi seperti Jepang, bukan justru menyerupai Korea Utara,” ujarnya.
Gagasan "Perjanjian Cyrus" dan Masa Depan Iran
Di tengah ketegangan regional, Reza Pahlavi membayangkan terbentuknya "Perjanjian Cyrus"—konsep perdamaian antara Iran, Israel, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
“Bayangkan jika Iran, Israel, Arab Saudi, dan UEA mengalihkan anggaran pertahanan mereka ke bidang pendidikan dan kesehatan,” katanya.
Ia juga mengusulkan dua langkah konkret: tekanan maksimum terhadap pejabat Iran melalui sanksi dan pelabelan IRGC, serta dukungan maksimum terhadap rakyat Iran yang terus melawan penindasan.
Dukungan Publik dan Tren Sekularisasi Iran
Meskipun dikritik karena latar belakang keluarga kerajaan, survei pada 2024 menunjukkan bahwa 79,9 persen warga Iran lebih memilih Reza Pahlavi sebagai pemimpin dibandingkan tokoh oposisi lainnya.
Survei internal pemerintah yang bocor menunjukkan dukungan terhadap pemisahan agama dan negara meningkat dari 31 persen pada 2015 menjadi 74 persen. Hal ini menandakan tren kuat menuju sekularisasi di Iran.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul dan Siapa Putra Mahkota Iran Reza Pahlavi, Kenapa Ajak Militer Berontak Lawan Khamenei?.