Kapal USS Nimitz Matikan Sinyal Saat Melintas Indonesia, Di Mana Terakhir Terdeteksi TNI AL?

Kapal induk Amerika Serikat USS Nimitz (CVN-68) dilaporkan mematikan sistem pelacakan posisinya saat melintasi perairan Indonesia.
Langkah ini menimbulkan tanda tanya besar di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel.
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama Tunggul membenarkan bahwa kapal induk tersebut sempat terdeteksi saat berada di wilayah Indonesia.
"Mendeteksi mulai dari perairan Laut Natuna Utara-Selat Malaka-TSS (Traffic Separation Scheme)," kata Tunggul kepada Kompas.com, Jumat (20/6/2025).
Ia menjelaskan, meskipun USS Nimitz mematikan sinyalnya, TNI AL tetap memperlakukan pelayaran kapal tersebut sebagai hak lintas damai selama tidak mengancam negara.
"Berlaku hak lintas damai yang berlaku untuk siapapun, dengan syarat tidak mengancam negara pantai," imbuh dia.
Di Mana Posisi Kapal USS Nimitz?
Berdasarkan data Marine Vessel Traffic, sinyal terakhir kapal induk tersebut terekam pada 17 Juni 2025 pukul 09.03 WIB.
Saat itu, kapal berada di perairan antara Malaysia dan Indonesia, bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan 19 knot.
Setelah itu, posisi kapal tak lagi dapat dipantau secara publik.
Arah pelayaran USS Nimitz memicu dugaan bahwa kapal ini tengah menuju Teluk Persia.
Seorang pejabat pertahanan AS bahkan menyebut bahwa Menteri Pertahanan Pete Hegseth telah menginstruksikan pengalihan grup tempur kapal induk tersebut ke wilayah Komando Pusat AS.
Pengamat: Bukan Hal Baru, Tapi Perlu Waspada
Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menilai kehadiran USS Nimitz di jalur strategis seperti Selat Malaka bukanlah kejadian luar biasa.
"Saya melihat ini sebagai bagian dari dinamika rutin lalu lintas militer di jalur laut strategis. Kapal induk seperti USS Nimitz adalah bagian dari sistem proyeksi kekuatan global AS. Melintasi perairan strategis seperti Selat Malaka dan perairan Aceh, bukanlah hal baru," ujar Khairul kepada Kompas.com, Jumat (20/6/2025) malam.
Ia menyebut pemadaman AIS (Automatic Identification System) justru menjadi sorotan utama.
AIS memang wajib dinyalakan oleh kapal komersial, tetapi tidak demikian untuk kapal militer.
"Mereka tunduk pada aturan tersendiri, bahkan sering kali dinonaktifkan dalam operasi untuk alasan operational security," ucapnya.
Pemadaman sinyal ini, lanjut Khairul, bisa menjadi indikasi bahwa kapal tersebut sedang menjalankan misi operasional.
Menurutnya, tindakan ini juga bisa menjadi bagian dari protokol militer standar untuk menghindari pelacakan musuh atau uji reaksi sistem pengawasan negara yang dilintasi.
"Jadi ini bukan sekadar bermaksud menyembunyikan diri, tapi ini juga bagian dari protokol militer standar. Yang jelas, dari jejak pelayaran USS Nimitz, sangat mungkin mereka tengah menuju kawasan konflik di Timur Tengah, mengingat eskalasi Israel-Iran yang sedang berlangsung," tegas Khairul.
TNI AL Harus Tetap Waspada
Meski begitu, ia menekankan bahwa TNI AL telah bertindak sesuai prosedur dalam memantau kapal tersebut dari Laut Natuna hingga perairan Aceh.
"Yang dilakukan TNI AL ini bukan karena ada kecurigaan khusus, melainkan memang bagian dari sistem maritime domain awareness yang dijalankan secara berkelanjutan," kata Khairul.
"Mereka memantau pergerakan USS Nimitz sejak dari Laut Natuna hingga perairan Aceh, meskipun kapal tersebut mematikan AIS-nya. Ini menunjukkan bahwa sistem pengawasan maritim Indonesia bekerja dengan baik, dan tidak ada indikasi pelanggaran terhadap kedaulatan atau tindakan yang membahayakan," sambungnya.
Khairul juga mengingatkan agar Indonesia tetap menjaga kewaspadaan dan memperkuat sistem pemantauan jalur pelayaran utama.
"Tindakan TNI AL yang terus mengikuti perkembangan secara teknis dan diplomatis sudah mencerminkan prinsip Indonesia sebagai negara yang bebas-aktif, tidak reaktif, tapi juga tidak lengah," imbuh Khairul.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul dan "Kapal Induk USS Nimitz Matikan Sinyal Lewati RI Saat Iran Vs Israel Panas".