Sejarah Ramen, Ternyata Bukan dari Jepang

Hari ini, tanggal 11 Juli setiap tahunnya ditetapkan sebagai Hari Ramen. Perayaan ini resmi dilakukan sejak 11 Juli 2017.
Dilansir dari laman Japan National Tourism Organization (JNTO), peringatan Hari Ramen ini ditetapkan oleh Asosisasi Ramen Jepang sebagai upaya mendukung budaya ramen Jepang yang unik, sekaligus mempromosikan dan mengembangkan ramen.
Ada beragam alasan mengapa 11 Juli dipilih sebagai Hari Ramen. Angka tujuh konon melambangkan "renge" atau sendok ramen, sementara angka 11 menyerupai sepasang sumpit.
Tanggal tersebut juga dikaitkan dengan Tokugawa Mitsukuni, seorang daimyo atau penguasa feodal Jepang terkemuka.
Sosoknya juga mempengaruhi politik awal Edo dan diyakini sebagai salah satu orang Jepang pertama yang mengonsumsi ramen dan lahir pada 11 Juli 1628.

Meskipun dikenal sebagai kuliner khas Jepang, faktanya ramen tidak berasal dari Jepang.
Sejarah ramen
Faktanya, mi ramen berakar dari China. Namun penjelasan perpindahan mi ini dari China ke Jepang hingga saat ini masih simpang siur.
Kendati demikian, diketahui secara umum bahwa ramen dibawa oleh sebuah restoran China ke Asakusa, Tokyo pada 1910.
Mulanya, mi gandum ala China ini disajikan dengan kuah berbahan dasar daging atau ikan. Hidangan ini kemudian menjadi popular dan memunculkan beragam inovasi.
Di antaranya yaitu menambahkan soba dan udon ke dalam mi ramen, sehingga eksistensi ramen semakin kuat di Jepang.
Seiring berjalannya waktu, jalanan Pecinan Yokohama mulai dipenuhi kios-kios makanan portabel yang menjual ramen dan gyoza.
Ilustrasi tonkotsu ramen.
Ramen Jepang terus popular sepanjang Perang Dunia II, namun pada tahun 1945, di bawah pendudukan Amerika, Jepang mencatat panen padi terburuknya.
Sebagai tanggapan, Amerika Serikat kemudian menyediakan tepung sebagai bantuan darurat, dan makan siang sekolah dimulai di sekolah dasar.
Meskipun warung kaki lima pada saat itu dilarang berjualan sementara, tetapi sebagian tepung diam-diam dialihkan dari pabrik komersial ke pasar gelap dan digunakan untuk membuat ramen.
Pada tahun 1950, undang-undang pertukaran tepung terigu ini dicabut tepat ketika banyak orang Jepang kembali dari tugas mereka di China, dan banyak yang menyukai ramen. Alhasil memunculkan banyak kedai ramen di seluruh negeri dengan beragam varian baru.
Apa saja jenis ramen?
Secara umum, ada empat jenis ramen utama. Tiga di antaranya mengacu pada bumbu berupa miso ramen, shio ramen (garam), dan shoyu ramen (kecap asin), sementara yang keempat menggunakan tonkotsu, atau kaldu tulang babi.
Bumbu dan kaldu dasar, seperti ayam, ikan, dan makanan laut untuk ramen, dicampur dan disesuaikan dari satu daerah ke daerah lain, dan dari satu toko ke toko lain.
Dalam keempat rasa utama ini, terdapat beragam variasi regional. Di antaranya ada Ramen Sapporo, ramen yang terkenal karena menggabungkan bumbu tonkotsu dengan miso. Topping Ramen Sapporo ini mengikuti cita rasa lokal, jagung, dan makanan laut.
ilustrasi ramen di seirock-ya
Selain itu, di Fukuoka ada ramen varian Hakata, ramen ini dapat dikenali dari kuah tulang babi yang keruh, topping sederhana, dan kaedama, yaitu mengisi ulang mi Anda saat kuahnya masih panas.
Setiap daerah dan wilayah yang lebih kecil di Jepang juga punya ramen versi mereka sendiri.
Seperti Tottori terkenal dengan kaldu tulang sapinya, sementara ramen Kasaoka menggunakan kecap asin dengan kaldu ayam, ayam panggang, dan rebung.
Kenikmatan ramen terletak pada apresiasi detail-detail kecilnya, mulai dari tekstur mi yang padat hingga sudut irisan bawang.
Hidangan serupa yang menggunakan mi ramen antara lain tsukemen, dengan kuah yang lebih pekat dan disajikan terpisah untuk dicelupkan. Ada pula mazesoba, versi tanpa kuah dengan bumbu yang kuat seperti saus.