Fakta Buruh Jahit Pekalongan Dapat Surat Pajak Rp 2,8 M, Ternyata Bukan Tagihan

Media sosial diramaikan video seorang buruh jahit di Pekalongan, Jawa Tengah, yang disebut menerima tagihan pajak hingga Rp 2,8 miliar.
Buruh jahit itu adalah Ismanto (32), warga Desa Coprayan, Kecamatan Buaran, Kabupaten Pekalongan, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh jahit harian lepas.
Kabar tersebut bermula ketika Ismanto menerima surat resmi dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Pekalongan pada Rabu (6/8/2025).
Kronologi Buruh Jahit Pekalongan Terima Surat Pajak Rp 2,8 M
Surat diserahkan langsung oleh petugas pajak sekitar pukul 14.00. Kedatangan petugas ke rumah sederhana milik Ismanto itu membuatnya kaget.
"Saya kaget, karena saya cuma buruh jahit lepas," kata Ismanto, Jumat (8/8/2025).
"Tidak pernah punya usaha besar, apalagi sampai transaksi beli kain dalam jumlah besar seperti itu," tambahnya.
Ismanto menegaskan tidak pernah melakukan transaksi pembelian kain, pinjaman online, atau pinjaman lainnya.
"Saya sudah bilang, saya tidak pernah melakukan transaksi pembelian kain, pinjaman online, atau pinjaman lain apa pun. Nama saya jelas disalahgunakan," ujarnya.
Bukan Tagihan Pajak, tapi Klarifikasi Transaksi Mencurigakan
Setelah ditelusuri, surat tersebut ternyata bukan berisi tagihan pajak.
Kantor pajak menyebut dokumen itu merupakan permintaan klarifikasi terkait transaksi mencurigakan senilai Rp 2,8 miliar yang tercatat atas nama Ismanto.
Sejak menerima surat itu, Ismanto mengaku sering mengurung diri di kamar karena stres.
"Petugas pajaknya maklum, mereka juga heran. Kok rumah saya yang seperti ini bisa kena tagihan pajak miliaran rupiah," kata Ismanto.
Ismanto lalu mendatangi KPP Pratama Pekalongan untuk memberikan klarifikasi.
"Saya berharap identitasnya tidak lagi disalahgunakan dan tagihan yang tidak masuk akal itu bisa dibatalkan. Alhamdulillah, saya sudah klarifikasi ke kantor pajak dan nama saya disalahgunakan," ujarnya.
Klarifikasi di Media Sosial
Dalam video yang diunggah akun Instagram resmi KPP Pratama Pekalongan, Ismanto dan istrinya, Ulfa, menyampaikan permohonan maaf atas kegaduhan yang terjadi.
Mereka menegaskan bahwa informasi viral yang beredar tidak sepenuhnya benar.
"Saya mau mohon maaf untuk pihak-pihak terkait dengan beredarnya video viral kemarin, tidak sepenuhnya benar. Petugas pajak yang datang memang benar adanya, namun bukan untuk menagih pajak, melainkan untuk mengklarifikasi data atas nama suami saya yang disalahgunakan oleh orang lain," ujar Ulfa.
Ismanto juga menegaskan bahwa dirinya dan keluarga tidak pernah mengunggah atau menyebarkan video soal tagihan pajak tersebut.
Penjelasan Kantor Pajak
Kepala KPP Pratama Pekalongan, Subandi, membenarkan bahwa pihaknya mengirim petugas dengan surat resmi ke rumah Ismanto.
Namun, ia menegaskan kedatangan itu hanya untuk verifikasi, bukan penagihan.
"Memang benar surat tersebut resmi dari KPP Pratama dan petugas datang sesuai SOP. Maksud kami hanya untuk mengonfirmasi, bukan menagih. Dalam data administrasi kami, terdapat transaksi atas nama yang bersangkutan senilai Rp 2,9 miliar. Itu nilai transaksinya, bukan pajaknya," kata Subandi.
Menurut Subandi, data itu berasal dari Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak pada 2021. Nomor Induk Kependudukan (NIK) milik Ismanto tercatat digunakan dalam transaksi dengan salah satu perusahaan.
"Kedatangan kami ke rumah Wajib Pajak hanya untuk mencari kejelasan. Apakah benar Wajib Pajak yang melakukan transaksi tersebut? Bisa jadi NIK-nya dipinjam. Kami ingin tahu kebenarannya," jelas Subandi.
Imbauan Waspada Penyalahgunaan Identitas
Subandi mengatakan kasus serupa pernah terjadi di Pekalongan, di mana nama dan NIK warga digunakan tanpa sepengetahuan pemiliknya.
"Jangan sembarangan meminjamkan KTP atau NPWP kepada orang lain. Jika menerima surat dari kantor pajak, segera lakukan klarifikasi agar tidak terjadi kesalahpahaman," imbaunya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul "Syok Buruh Jahit Harian di Pekalongan Terima Tagihan Pajak Rp2,8 Miliar, Ismanto: Petugas Juga Heran".
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!