Huawei Rajai Pasar Smartphone China, Pertama dalam 4 Tahun

smartphone, Huawei, pasar smartphone, Vivo, Oppo, Xiaomi, pasar ponsel, Apple, Smartphone, apple, huawei, Huawei Rajai Pasar Smartphone China, Pertama dalam 4 Tahun

Vendor smartphone Huawei berhasil merebut kembali takhta pasar smartphone China, setelah absen sekitar empat tahun.

Menurut laporan terbaru firma riset pasar International Data Corporation (IDC), Huawei memimpin pasar smartphone China selama kuartal II 2025 (April-Juni). Pada periode tersebut, Huawei menguasai pangsa pasar 18 persen. Tertinggi dibanding merek ponsel lainnya seperti Vivo, Oppo dan Xiaomi.

"Huawei kembali ke puncak setelah lebih dari empat tahun, menggarisbawahi daya tarik mereknya yang kuat dan manajemen pengiriman yang efektif," kata Will Wong, Manajer Riset Senior IDC Asia/Pasifik.

Momen kembalinya Huawei ke peringkat pertama merek ponsel terbesar di pasar smartphone China, terjadi di tengah pertumbuhan yang cukup lesu. 

Secara umum, pasar smartphone China pada triwulan kedua 2025 itu turun 4 persen dari tahun ke tahun (YoY). Total unit ponsel yang dikirimkan yaitu sekitar 69 juta unit.

Menurut IDC, lesunya pasar ponsel China karena subsidi dari pemerintah setempat tidak lagi memantik pembelian secara signifikan. Selain itu, prospek ekonomi juga sedang tidak menentu. 

Dari total unit yang dikirimkan pada kuartal II-2025, Huawei berkontribusi mengirimkan sekitar 12,5 juta unit ponsel. Jumlahnya tercatat turun 3,4 persen dibanding kuartal yang sama pada 2024.

Pada periode tersebut, merek ponsel ini merilis sejumlah model baru, meliputi Pura 80 "reguler", Pura 80 Pro, Pura 80 Pro Plus, dan Pura 80 Ultra. Model ponsel ini tergolong flagship dengan mengedepankan fitur fotografi sebagai fitur unggulannya.

smartphone, Huawei, pasar smartphone, Vivo, Oppo, Xiaomi, pasar ponsel, Apple, Smartphone, apple, huawei, Huawei Rajai Pasar Smartphone China, Pertama dalam 4 Tahun

Huawei Pura 80 Pro Plus resmi tersedia di pasar China dengan banderol harga mulai dari 8000 yuan (sekitar Rp 18,1 juta)

Vivo dan Oppo turun

Vivo membuntuti Huawei di peringkat kedua. Merek ponsel di bawah payung grup BKK ini membukukan penurunan paling besar dibanding merek lainnya.

Pada kuartal II-2025, Vivo mengirimkan smartphone sebanyak 11,9 juta unit, turun 10,1 persen YoY. Sebab, pada kuartal II-2024, pengirimannya sebanyak 13,3 persen.

Anjloknya jumlah pengiriman ponsel Vivo juga membuat pangsa pasar merek ini turun YoY jadi 17,3 persen dari sebelumnya 18,5 persen.

Selain Vivo, Oppo juga mendapati penurunan 5 persen YoY. Selama triwulan II-2025, Oppo mengapalkan 10,7 juta unit smartphone dan membukukan pangsa pasar 15,5 persen.

Jumlahnya turun dari kuartal II-2024, di mana Oppo mengirimkan 11,3 juta unit ponsel dengan pangsa pasar 15,7 persen saat itu.

Xiaomi moncer sendiri

Xiaomi menjadi satu-satunya vendor ponsel yang tumbuh positif di antara lima merek ponsel teratas di China. Pada kuartal II-2025, perusahaan yang didirikan Lei Jun ini mengapalkan 10,4 juta unit ponsel, lebih banyak 3,4 persen dibanding kuartal yang sama pada 2024 sebanyak 10,1 juta unit.

Pangsa pasarnya juga naik YoY dari 14,1 persen menjadi 15,1 persen pada kuartal II-2025.

"Xiaomi menunjukkan kinerja yang luar biasa, dengan basis pelanggan yang sadar akan nilai (value), sehingga menjadikannya satu-satunya vendor top 5 yang tumbuh positif," ujar Will Wong.

Sementara itu peringkat bontot diisi oleh Apple dengan pangsa pasar 13,9 persen. Pangsanya terhitung turun dibanding periode yang sama pada tahun lalu sebesar 13,5 persen.

Rangkuman pangsa pasar serta jumlah unit terkirim setiap vendornya bisa dilihat pada tabel berikut.

No. Merek

Pengiriman ponsel

kuartal II-2025

Pangsa pasar

1 Huawei

12,5 juta unit

18,1 persen

2 Vivo

11,9 juta unit

17,3 persen

3 Oppo

10,7 juta unit

15,5 persen

4 Xiaomi

10,4 juta unit

15,1 persen

5 Apple

9,6 juta unit

 13,9 persen

Menurut IDC, pertumbuhan pasar ponsel di China masih akan lesu dalam waktu dekat. Pasalnya, pasar smartphone masih akan dihadapi dengan berbagai tantangan.

"Meskipun baru terjadi gencatan perang dagang AS-China, lingkungan ekonomi yang lebih luas menghadirkan tantangan yang berkelanjutan, sehingga kepercayaan konsumen masih lemah," kata Analis Riset Senior IDC, Arthur Guo.

"Ini menunjukkan bahwa peningkatan permintaan smartphone yang signifikan tidak mungkin terjadi dalam jangka pendek, dan pasar akan menghadapi lanskap yang lebih kompleks pada paruh kedua tahun ini," lanjut dia, dihimpun KompasTekno dari situs resmi IDC, Jumat (18/7/2025).