Huawei Pamerkan CloudMatrix 384, Sistem AI Penantang Nvidia

Huawei, CloudMatrix 384, Nvidia, chip, Nvidia GB200 NVL72, Ascend 910C, Chip, huawei, perang dagang, Chip AI, Jensen Huang, CEO Nvidia, Huawei Pamerkan CloudMatrix 384, Sistem AI Penantang Nvidia

Raksasa teknologi asal China, Huawei, memamerkan sistem komputasi kecerdasan buatan (AI) terbarunya bernama CloudMatrix 384.

Sistem ini digadang-gadang menjadi pesaing langsung produk sistem komputasi AI milik Nvidia, salah satu pemimpin industri chip AI dunia.

Produk CloudMatrix 384 ini ditampilkan untuk pertama kalinya di hadapan publik dalam gelaran World Artificial Intelligence Conference (WAIC) yang digelar di Shanghai, China, Sabtu (26/7/2025).

Menurut laporan dari lembaga riset SemiAnalysis, CloudMatrix 384 mampu mengungguli performa Nvidia GB200 NVL72, sistem AI tercanggih Nvidia saat ini, pada beberapa aspek pengujian (benchmark).

Namun, Huawei tidak mengungkapkan angka kinerja yang pasti, tetapi analis mencatat Huawei memprioritaskan optimasi bandwidth dan latensi daripada kinerja prosesor individual.

CloudMatrix 384 adalah sistem komputasi berskala besar (AI cluster system) buatan Huawei yang dirancang untuk mempercepat pelatihan model kecerdasan buatan seperti chatbot, sistem rekomendasi, atau model bahasa besar (LLM).

Dalam sistem ini, terdapat 384 chip AI bernama Ascend 910C yang bekerja bersama dalam satu kesatuan. Secara jumlah, Nvidia GB200 jauh lebih sedikit karena hanya menggunakan 72 chip B200.

Ascend 910C sendiri adalah prosesor khusus AI (AI accelerator) buatan Huawei, bagian dari seri chip Ascend yang dikembangkan sejak beberapa tahun terakhir.

Chip ini dirancang untuk menangani tugas-tugas komputasi berat yang dibutuhkan dalam pelatihan dan penggunaan model AI modern.

Huawei mengatakan, 384 chip Ascend 910C di sistem CloudMatrix 384 saling terhubung menggunakan arsitektur "super-node". Dengan ini, sistem diklaim mampu mengolah data dalam jumlah besar dengan kecepatan tinggi dan latensi rendah.

Huawei, CloudMatrix 384, Nvidia, chip, Nvidia GB200 NVL72, Ascend 910C, Chip, huawei, perang dagang, Chip AI, Jensen Huang, CEO Nvidia, Huawei Pamerkan CloudMatrix 384, Sistem AI Penantang Nvidia

Huawei, memamerkan sistem komputasi kecerdasan buatan (AI) terbarunya bernama CloudMatrix 384 di ajang World Artificial Intelligence Conference (WAIC) yang digelar di Shanghai, China, Sabtu (26/7/2025).

Di sisi lain, Huawei mengakui bahwa chip Ascend, secara individual, masih kalah bertenaga dibanding dari perusahaan AS.

Namun, pendiri Huawei, Ren Zhengfei, mengatakan bahwa perusahaan mengandalkan pengoptimalan sistem, algoritma, dan skala besar untuk menutupi celah tersebut.

Huawei bahkan mengalokasikan sepertiga dari anggaran riset dan pengembangan tahunannya, yang mencapai 180 miliar yuan (sekitar Rp 400 triliun), untuk riset jangka panjang dan pengembangan fundamental.

Menurut CEO Huawei Cloud, Zhang Pingan, sistem CloudMatrix 384 saat ini sudah digunakan di platform cloud Huawei. Artinya, kemampuan ini tidak hanya sebatas konsep, tapi sudah mulai dioperasikan untuk layanan berbasis AI di China.

Meski begitu, adopsi komersial CloudMatrix 384 di pasar yang lebih luas akan tergantung pada banyak faktor, termasuk harga, kematangan perangkat lunak, dan dukungan dari kebijakan pemerintah Tiongkok dalam pengadaan teknologi lokal.

Yang jelas, langkah Huawei ini muncul di tengah pembatasan ekspor chip dari Amerika Serikat, yang membuat chip-chip canggih Nvidia tidak bisa masuk ke China.

Kondisi ini membuka peluang bagi produsen dalam negeri seperti Huawei untuk menjadi penyedia utama teknologi AI di pasar lokal.

Di tengah perang dagang China-AS

Huawei, CloudMatrix 384, Nvidia, chip, Nvidia GB200 NVL72, Ascend 910C, Chip, huawei, perang dagang, Chip AI, Jensen Huang, CEO Nvidia, Huawei Pamerkan CloudMatrix 384, Sistem AI Penantang Nvidia

Dengan diberlakukannya sanksi dagang, perusahaan-perusahaan teknologi AS dilarang berbisnis dengan perusahaan asal China, termasuk untuk pengiriman chip AI.

CEO Nvidia, Jensen Huang, sempat mengomentari kemajuan Huawei pada Mei lalu. Dalam wawancaranya dengan Bloomberg, ia menyebut bahwa Huawei “bergerak sangat cepat” dan menyebut CloudMatrix sebagai salah satu contoh inovasi yang patut diperhitungkan.

Langkah Huawei ini muncul di tengah ketegangan perdagangan teknologi antara Amerika Serikat dan China.

Presiden AS Donald Trump sempat memperketat ekspor chip AI ke China, termasuk melarang pengiriman chip Nvidia seri H20 (versi ringan dari chip H200) yang sebenarnya dirancang agar bisa tetap dikirim ke China tanpa melanggar sanksi. Keputusan tersebut sempat memutus akses China ke chip-chip terbaru Nvidia.

Namun, dalam putaran kebijakan terbaru, Gedung Putih akhirnya mengubah arah. Pada 15 Juli lalu, pemerintah AS mengumumkan akan memberikan lisensi ekspor khusus bagi perusahaan China yang ingin mengimpor chip Nvidia H20.

Menurut pejabat Gedung Putih David Sacks, langkah ini penting untuk mencegah Huawei mendominasi pasar chip AI di dalam negeri, sekaligus menjaga pendapatan Nvidia agar tetap bisa digunakan untuk riset chip lanjutan, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Reuters, Senin (28/7/2025).

Kebijakan itu juga dilatarbelakangi negosiasi dagang yang lebih luas.

Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengungkapkan bahwa lisensi ekspor chip ini diberikan sebagai bagian dari kesepakatan dagang yang memungkinkan AS kembali mengimpor mineral tanah jarang dari China, bahan vital untuk produksi teknologi tinggi.