CEO Nvidia Ungkap Fakta yang Tak Bisa Diabaikan soal Ilmuwan AI China

Nvidia, Jensen Huang, ilmuwan AI, ilmuwan ai, pakar ai china, CEO Nvidia Ungkap Fakta yang Tak Bisa Diabaikan soal Ilmuwan AI China

Chief Executive Officer (CEO) Nvidia, Jensen Huang, menyebut bahwa sebagian besar ilmuwan dan peneliti terbaik di bidang kecerdasan buatan (AI) saat ini berasal dari China.

Pernyataan ini disampaikannya dalam beberapa kesempatan sebagai pengakuan atas kontribusi besar China dalam ekosistem AI global.

“Sebagian besar ilmuwan AI terbaik dunia berasal dari China. Itu kenyataan yang tidak bisa diabaikan,” ujar Huang.

Menurut dia, kualitas sumber daya manusia China dalam bidang sains dan teknologi sangat tinggi, terutama dalam disiplin ilmu komputer, matematika, dan pembelajaran mesin (machine learning).

Banyak di antara mereka kini memegang peran penting di laboratorium riset terkemuka, universitas terkemuka, dan perusahaan teknologi besar dunia, termasuk di Amerika Serikat.

Ia juga memuji karya-karya ilmuwan China yang dinilainya sangat teknis, berdampak besar, dan mencerminkan kedalaman riset yang kuat.

“Para peneliti AI dari China sangat teknikal, sangat berbakat, dan sangat berdedikasi,” ujarnya, seperti dirangkum KompasTekno dari Business Insider, Rabu (30/7/2025).

Dominasi talenta AI asal China juga tercermin dalam struktur internal berbagai perusahaan teknologi besar. Salah satu contohnya adalah Meta, yang kini memperkuat divisi AI-nya dengan membentuk tim pengembangan model bahasa besar (LLM) generasi terbaru.

Tim riset AI Meta saat ini didominasi oleh ilmuwan dan insinyur beretnis China, baik yang berasal dari diaspora maupun lulusan universitas di China dan Amerika Serikat.

Beberapa nama yang memimpin proyek Llama 3 dan model multimodal Meta dilaporkan memiliki latar belakang pendidikan di bidang matematika dan ilmu komputer dari institusi, seperti Tsinghua University, Stanford, dan MIT.

Huang menekankan bahwa kemajuan AI tidak bisa dicapai secara eksklusif oleh satu negara. Menurut dia, AI adalah proyek ilmiah global yang membutuhkan kolaborasi terbuka antarbangsa.

“AI adalah disiplin global. Tidak ada satu pun negara yang bisa membangun teknologi ini sendirian,” kata Huang.

Ia menambahkan, keterlibatan peneliti dari berbagai latar belakang adalah kekuatan utama dalam pengembangan AI yang adil dan inklusif. Pembatasan geopolitik terhadap aliran pengetahuan justru berisiko menghambat inovasi dan memperlambat manfaat teknologi bagi masyarakat dunia.

Nvidia, Jensen Huang, ilmuwan AI, ilmuwan ai, pakar ai china, CEO Nvidia Ungkap Fakta yang Tak Bisa Diabaikan soal Ilmuwan AI China

Kekayaan CEO Nvidia Jensen Huang melonjak Rp82 triliun seiring melambungnya saham perusahaan ke rekor tertinggi. Valuasi pasar Nvidia pun kini melampaui Microsoft.

Ketegangan AS–China

Pernyataan Huang disampaikan di tengah ketegangan yang terus berlangsung antara Amerika Serikat dan China dalam penguasaan teknologi strategis, termasuk chip dan AI.

Pemerintah AS masih memberlakukan pembatasan ekspor chip Nvidia kelas atas, seperti H100 dan GH200, ke pasar China.

Meski demikian, Huang menegaskan bahwa komunitas ilmiah tetap perlu dijaga sebagai ruang kolaboratif lintas batas. Ia menyoroti fakta bahwa banyak ilmuwan China kini bekerja di pusat riset AS dan berkontribusi langsung terhadap teknologi global.

Nvidia saat ini menjadi perusahaan teknologi publik paling bernilai di dunia, dengan kapitalisasi pasar yang menembus 4 triliun dollar AS. Perusahaan ini memasok infrastruktur inti untuk pelatihan AI generatif, komputasi ilmiah, hingga robotika.

Sebagai pemimpin Nvidia, Huang berkomitmen untuk menjaga keterbukaan dalam distribusi teknologi dan penguatan kolaborasi riset global. Ia percaya bahwa AI harus menjadi alat pemberdayaan lintas negara, bukan instrumen eksklusif kekuasaan.

“Kontribusi terbesar kita terhadap dunia bukan hanya teknologi, tapi komunitas ilmiah yang saling menghargai dan saling menguatkan,” tutupnya.