Angka Kemiskinan Jakarta Mendadak Meroket, Gubernur Pramono Anung Ungkap Fakta Mengejutkan

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo, menyatakan akan menelaah lebih lanjut penyebab lonjakan jumlah penduduk miskin di ibu kota sebagaimana terungkap dalam data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta.
Ia mempertanyakan apakah peningkatan ini murni karena warga Jakarta atau karena tingginya harapan pendatang dari berbagai daerah yang mencari penghidupan di Jakarta.
"Apakah itu betul kemiskinan karena semata-mata warga yang ada di Jakarta atau memang sekarang persoalannya orang menaruh harapan yang tinggi untuk datang di Jakarta dan itu datang dari berbagai daerah," kata Pramono, Jumat (25/7).
Menurut Pramono, kenaikan signifikan jumlah pencari kerja di Jakarta saat ini berpotensi memengaruhi data kemiskinan BPS. BPS Provinsi Jakarta mencatat adanya kenaikan tingkat kemiskinan di Jakarta pada Maret 2025.
Kepala BPS Jakarta, Nurul Hasanudin, melaporkan bahwa persentase penduduk miskin mencapai 4,28 persen, meningkat 0,14 persen poin dibandingkan September 2024 yang sebesar 4,14 persen. Secara total, jumlah penduduk miskin pada Maret 2025 tercatat sebanyak 464.870 orang, naik sekitar 15.800 orang dalam enam bulan terakhir.
Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (Maret 2024), persentase kemiskinan di Jakarta sedikit menurun dari 4,30 persen menjadi 4,28 persen.
Salah satu faktor utama di balik kenaikan jumlah penduduk miskin adalah peningkatan garis kemiskinan. Pada Maret 2025, garis kemiskinan Jakarta mencapai Rp 852.798 per kapita per bulan, naik 6,79 persen dari September 2024.
"Begitu garis kemiskinan naik, penduduk yang sebelumnya sedikit di atas garis itu bisa langsung terdampak dan masuk kategori miskin.” jelas Nurul.
Komoditas makanan yang menjadi penyumbang terbesar garis kemiskinan antara lain beras (16,65%), rokok kretek filter (9,53%), daging ayam ras (5,06%), telur ayam ras (4,87%), serta sayur dan bawang merah.