SoftBank Borong Saham Intel Rp 33 Triliun, Jadi Amunisi Tantang Nvidia

intel, investasi, semikonduktor, Softbank, Chip AI, CEO Intel, chip, Nvidia, Lip-Bu tan, SoftBank Borong Saham Intel Rp 33 Triliun, Jadi Amunisi Tantang Nvidia

Raksasa chip asal Amerika Serikat, Intel, mendapat suntikan dana segar sebesar 2 miliar dollar AS (sekitar Rp 33 triliun) dari SoftBank Group, perusahaan multinasional raksasa asal Jepang.

Investasi ini diumumkan pada hari ini, Selasa (19/8/2025) dan langsung membuat saham Intel naik lebih dari 5 persen dalam perdagangan setelah jam bursa.

Dalam kesepakatan tersebut, SoftBank mengumumkan membeli saham Intel seharga 23 dollar AS per lembar.

Lewat transaksi senilai 2 miliar dollar AS, SoftBank membeli saham Intel senilai sekitar 2 persen dari total saham Intel yang beredar. Dengan kepemilikan 2 persen itu, SoftBank disebut-sebut sebagai pemegang saham terbesar kelima di Intel menurut data FactSet.

Dengan transaksi ini, Intel berharap bisa memperkuat posisinya di industri semikonduktor global yang tengah mengalami persaingan ketat, terutama di bidang kecerdasan buatan (AI).

Sementara bagi Softbank, investasi ini diharapkan untuk merevolusi AI dengan mempercepat akses ke teknologi canggih yang mendukung transformasi digital, komputasi awan, dan infrastruktur generasi berikutnya.

Dukungan besar di tengah gempuran Nvidia

intel, investasi, semikonduktor, Softbank, Chip AI, CEO Intel, chip, Nvidia, Lip-Bu tan, SoftBank Borong Saham Intel Rp 33 Triliun, Jadi Amunisi Tantang Nvidia

CEO Intel Lip-Bu Tan yang menjabat di perusahaan pada Maret 2025, menggantikan Pat Gelsinger yang dicopot dari jabatannya pada akhir tahun lalu

Bagi Intel, investasi dari SoftBank adalah semacam “vote of confidence” atau dukungan penting dari investor besar.

Pasalnya, performa saham Intel sempat anjlok hingga 60 persen tahun lalu karena gagal menyaingi Nvidia dan perusahaan lain yang lebih dulu memimpin pasar chip AI.

Setelah pengumuman investasi dari Softbank, saham Intel langsung menghijau ke angka sekitar 24,92 dollar AS (sekitar Rp 404.443) per lembarnya.

CEO Intel, Lip-Bu Tan, menyebut langkah SoftBank sebagai bentuk keyakinan terhadap arah baru perusahaan.

“Masa (Masayoshi Son) dan saya sudah bekerja sama selama beberapa dekade, dan saya sangat menghargai kepercayaan yang ia berikan kepada Intel melalui investasi ini,” kata Tan dalam pernyataan resmi.

Masayoshi Son, pendiri sekaligus CEO SoftBank, menegaskan bahwa semikonduktor adalah fondasi dari setiap industri modern.

Ia percaya Intel akan memainkan peran penting dalam memperluas kapasitas manufaktur chip canggih di Amerika Serikat.

“Selama lebih dari 50 tahun, Intel telah menjadi pemimpin terpercaya dalam inovasi. Investasi ini mencerminkan keyakinan kami bahwa produksi semikonduktor di AS akan semakin berkembang, dengan Intel sebagai aktor utama,” kata Son.

Investasi ini datang di tengah sorotan besar terhadap Intel dari pemerintahan Donald Trump.

Perusahaan ini adalah satu-satunya pembuat chip asal AS yang masih memiliki kemampuan memproduksi semikonduktor tercanggih.

Namun, bisnis foundry Intel, yang bertujuan memproduksi chip untuk perusahaan lain, masih kesulitan mendapatkan pelanggan besar. Kalah saing dengan Samsung Foundry dan TSMC (Taiwan Semiconductor Manufacturing Company).

Pemerintahan Presiden Donald Trump dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk mengambil kepemilikan hingga 10 persen saham Intel dengan mengonversi dana hibah pemerintah menjadi saham.

Langkah ini disebut-sebut sebagai bagian dari strategi memperkuat industri semikonduktor dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada Asia.

Minggu lalu, CEO Intel Lip-Bu Tan juga bertemu langsung dengan Presiden Trump setelah sebelumnya sempat diminta mundur.

Meski menuai kontroversi, analis menilai dukungan pemerintah dan masuknya SoftBank bisa menjadi penopang utama kebangkitan Intel, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari CNBC, Selasa (19/8/2025).

SoftBank agresif di pasar chip dan AI

intel, investasi, semikonduktor, Softbank, Chip AI, CEO Intel, chip, Nvidia, Lip-Bu tan, SoftBank Borong Saham Intel Rp 33 Triliun, Jadi Amunisi Tantang Nvidia

CEO SoftBank Group Masayoshi Son.

SoftBank sendiri bukan pemain baru di dunia semikonduktor.

Pada 2016, perusahaan asal Jepang ini mengakuisisi desainer chip Arm senilai 32 miliar dollar AS atau setara Rp 519,3 triliun pada waktu itu. Kini, nilai ARM melonjak hampir lima kali lipat menjadi sekitar 150 miliar dollar AS (kira-kira Rp 2.434,4 triliun).

Chip berbasis Arm merupakan bagian dari sistem Nvidia yang digunakan di pusat data.

Tahun ini, SoftBank juga mengumumkan rencana membeli perusahaan desain chip Ampere Computing dengan nilai 6,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 105,4 triliun.

SoftBank juga menjadi bagian dari proyek infrastruktur AI “Stargate” bersama OpenAI dan Oracle, dengan komitmen investasi hingga 500 miliar dollar AS (sekitar Rp 8.114,9 triliun) dalam empat tahun mendatang.

Bisnis Intel dan kehadiran Lip-Bu Tan

intel, investasi, semikonduktor, Softbank, Chip AI, CEO Intel, chip, Nvidia, Lip-Bu tan, SoftBank Borong Saham Intel Rp 33 Triliun, Jadi Amunisi Tantang Nvidia

Ilustrasi logo Intel

Intel sejatinya merupakan salah satu perusahaan global yang mampu mendominasi bisnis di Silicon Valley, khususnya di bidang manufaktur chip.

Namun, Intel kehilangan pamor dan kekuatan pasarnya akibat kompetisi pengembangan chip yang makin ketat, salah satunya dengan perusahaan semikonduktor TSMC.

Intel bahkan tidak turut berkecimpung di lini bisnis chip AI. Bisnis ini justru didominasi oleh Nvidia yang kini bersaing ketat dengan AMD.

Reuters melaporkan bahwa saham Intel hampir stagnan di sepanjang tahun 2025, setelah merosot drastis lebih dari 60 persen di tahun lalu.

Nilai pasarnya juga mengalami penurunan senilai di bawah 100 miliar dollar AS, sedangkan nilai valuasi Nvidia kini mencapai 4 triliun dollar AS sebagai perusahaan paling bernilai di dunia.

Lalu, pada akhir 2024, Intel mencopot jabatan CEO sebelumnya, yaitu Pat Gelsinger.

Pemecatan itu dilakukan karena Intel disebut gagal memenuhi ambisinya dalam mengembangkan manufaktur dan teknologi AI.

Kegagalan tersebut juga menjadi penyebab batalnya kontrak karena pengeluarannya melebihi ekspektasi perusahaan. Demi menghidupkan perusahaan, dewan direksi menunjuk mantan anggota dewan, Tan sebagai CEO.

Tan diandalkan untuk kemampuannya membangkitkan perusahaan karena jejak kariernya sebagai investor lama di perusahaan teknologi.

Pria dengan gelar di bidang sains, teknik nuklir, dan administrasi bisnis ini pun resmi mengambil alih jabatan CEO Intel pada Maret 2025 dan berfokus pada efisiensi.

Upaya-upaya yang dilakukan mencakup PHK ribuan karyawan, membatalkan rencana pembangunan pabrik baru, hingga menjual anak perusahaan non-inti untuk mengembalikan fokus Intel pada rekayasa chip.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!