Industri Kosmetik Indonesia Berpotensi Menyumbang hingga Rp 328 Triliun, Ini Kata BPOM

Badan Pengawas Obat dan Makanan, BPOM, industri kosmetik Indonesia, ParagonCorp, badan pengawas obat dan makanan, industri kosmetik indonesia, umkm kosmetik, produk skincare indonesia, Industri Kosmetik Indonesia Berpotensi Menyumbang hingga Rp 328 Triliun, Ini Kata BPOM

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM) Prof. Dr. Taruna Ikrar, M.Biomed., Ph.D menuturkan, industri kosmetik Indonesia menyumbang Rp 158 triliun per tahun atau sekitar 9,6 miliar dollar Amerika Serikat (AS).

“Seharusnya, berdasarkan rasio jumlah penduduk kita yang 286 juta, seharusnya bisa berkembang menjadi sekitar 20 miliar dollar AS (setara dengan Rp 328 triliun),” kata Taruna saat mengunjungi pabrik dan pusat PT Paragon Technology and Innovation (ParagonCorp) di Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (30/7/2025).

Pasalnya, peluang bisnis yang berkaitan dengan produk kecantikan dan skincare sangat besar di Nusantara. Seharusnya maraknya pengguna barang-barang tersebut mampu meningkatkan ekonomi Indonesia dari sektor industri kosmetik.

Terlebih, ada harapan dari Presiden Prabowo Subianto terkait pertumbuhan ekonomi nasional mencapai delapan persen.

“Saya kira, secara nasional, industri-industri ini harus kita kembangkan. Caranya ada dua,” tutur Taruna.

Berikut beberapa cara untuk mengembangkan industri kosmetik di Indonesia menurut Taruna.

Cara mengembangkan industri kosmetik di Indonesia

1. Dikembangkan sesuai standar

Badan Pengawas Obat dan Makanan, BPOM, industri kosmetik Indonesia, ParagonCorp, badan pengawas obat dan makanan, industri kosmetik indonesia, umkm kosmetik, produk skincare indonesia, Industri Kosmetik Indonesia Berpotensi Menyumbang hingga Rp 328 Triliun, Ini Kata BPOM

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM) Prof. Dr. Taruna Ikrar, M.Biomed., Ph.D dalam kunjungannya ke pabrik dan pusat riset PT Paragon Technology and Innovation (ParagonCorp) di Cikupa, Kabupaten Tangerang, Rabu (30/7/2025).

Taruna mengatakan, cara pertama yang perlu dilakukan adalah mengembangkan industri kosmetik yang sudah ada agar lebih sesuai standar.

Artinya, produk yang telah beredar di pasaran harus sesuai dengan kriteria BPOM sehingga laik digunakan oleh masyarakat luas dan tidak membahayakan kesehatan.

“Industri yang sudah besar ini kita pastikan menjalankan semua standar yang telah ada sehingga masyarakat bisa dilayani, kepercayaannya bisa berjalan sesuai yang seharusnya, dan tentu ditambah dengan inovasi-inovasi produk,” jelas Taruna.

Inovasi dalam mengembangkan suatu produk dapat lebih menarik minat masyarakat. Taruna mencontohkan apa yang telah dilakukan oleh ParagonCorp terkait hal ini.

“Saya melihat pusat risetnya Paragon luar biasa. Semua berbasis riset,” kata dia.

Beberapa inovasi yang dimaksud mencakup penggunaan RetinArt dalam salah satu produk Emina, yang merupakan salah satu brand di bawah Paragon, serta teknologi untuk mengukur kondisi kulit.

Dalam kunjungannya ke pabrik ParagonCorp, Taruna sempat mencoba salah satu teknologi pengukuran kondisi kulit yang digunakan dalam proses pengembangan produk Paragon.

Menurut dia, pengalaman tersebut menunjukkan bahwa riset ilmiah dan pemahaman mendalam terhadap kebutuha konsumen merupakan dasar utama inovasi yang dilakukan.

"ParagonCorp merupakan contoh nyata industri kosmetik nasional yang tumbuh dengan mengedepankan inovasi, riset, dan kepatuhan terhadap regulasi," ucap Taruna.

2. Meningkatkan jumlah UMKM

Badan Pengawas Obat dan Makanan, BPOM, industri kosmetik Indonesia, ParagonCorp, badan pengawas obat dan makanan, industri kosmetik indonesia, umkm kosmetik, produk skincare indonesia, Industri Kosmetik Indonesia Berpotensi Menyumbang hingga Rp 328 Triliun, Ini Kata BPOM

Kepala BPOM sebut industri kosmetik Indonesia berpotensi menyumbang hingga Rp 328 triliun. Ini cara mengembangkannya.

Cara selanjutnya adalah meningkatkan jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengha) yang bergerak dalam bidang industri kosmetik. Namun, hanya mengejar kuantitas tidaklah cukup.

Taruna mendorong agar para pelaku UMKM dalam industri tersebut “naik kelas”, alias meningkatkan kualitas produk agar lebih bagus.

“Jumlah UMKM yang sekarang berhubungan dengan industri kosmetik itu ada sekitar 10.000-an, baik yang sudah terdeteksi, dan yang teregistrasi ataupun yang belum,” katanya.

Apabila puluhan ribu pelaku industri kosmetik tersebut mendapat bimbingan yang tepat, dampaknya adalah produksi rumahan yang kualitasnya tidak kalah bagus dari produksi pabrik.

Untuk mencapai hal tersebut, Taruna menuturkan, pihaknya sudah menjadikan ParagonCorp sebagai salah satu “orangtua angkat” bagi dua dari puluhan ribu UMKM tersebut.

Tujuannya adalah agar produk kecantikan dan skincare produksi rumahan bisa bertumbuh dan berkembang pesat dan besar seperti ParagonCorp.

Untuk diketahui, ParagonCorp menaungi beragam merek, di antaranya Wardah, Make Over, OMG, Kahf, dan Emina.

“Dampaknya tentu dari produksi rumahan kayak dulu Paragon 40 tahun yang lalu, sekarang sudah besar. Dari industri rumah tangga yang merupakan UMKM ini bisa naik kelas,” tutur Taruna.

Ketika tercapai, pelaku industri kosmetik yang dulunya adalah UMKM, bisa menghasilkan jumlah tenaga kerja dan produksi yang lebih besar, dan kualitas yang lebih baik.

“Sehingga, pasarnya akan lebih luas dan tentu berdampak pada ekonominya,” ucapnya.

Kosmetik Indonesia harus jadi raja di negeri sendiri

Indonesia punya banyak sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan

Badan Pengawas Obat dan Makanan, BPOM, industri kosmetik Indonesia, ParagonCorp, badan pengawas obat dan makanan, industri kosmetik indonesia, umkm kosmetik, produk skincare indonesia, Industri Kosmetik Indonesia Berpotensi Menyumbang hingga Rp 328 Triliun, Ini Kata BPOM

Kepala BPOM sebut industri kosmetik Indonesia berpotensi menyumbang hingga Rp 328 triliun. Ini cara mengembangkannya.

Saat ini, industri kosmetik di Indonesia tidak hanya dikuasai oleh produk dalam negeri, tetapi juga produk luar negeri, dan jumlahnya mungkin lebih banyak.

Padahal, Indonesia memiliki banyak sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan dalam produk kecantikan dan skincare.

“Contohnya yang berasal dari mineral kayak zinc. Itu sangat cocok sebetulnya untuk misalnya proses pembersihan kulit dan sebagainya,” tutur Taruna.

Dari segi fauna, para peneliti bisa memanfaatkan protein hewani yang sangat kaya di Nusantara untuk dijadikan sebagai bahan pelengkap produk kecantikan dan skincare.

Untuk tanaman herbal, mereka tidak hanya bisa dimanfaatkan sebagai obat, tetapi juga bahan pelengkap dalam industri kosmetik.

“Intinya, kita mulai menjadikan produk-produk yang berhubungan dengan kosmetik, menjadi raja di negeri sendiri. Saya percaya itu karena seluruh sumber daya alam kita luar biasa,” pungkas Taruna.