HM Sampoerna Bukukan Laba Bersih Rp 2,1 Triliun di Semester I-2025

Jakarta, VIVA - Emiten produsen rokok PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), membukukan laba bersih Rp 2,1 triliun di semester I-2025, atau turun 36 persen secara year-on-year (yoy) dibandingkan dengan perolehan pada semester I-2024.
Meski demikian, Presiden Direktur Sampoerna, Ivan Cahyadi memastikan, penurunan laba bersih itu tidak akan mempengaruhi kinerja operasional perseroan.
Terlebih, Ivan juga mengaku bangga dengan capaian Sampoerna lainnya, seperti adanya peningkatan pangsa pasar sebesar 0,8 poin menjadi 31 persen, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Kami bangga Sampoerna dapat meningkatkan pangsa pasar dan mempertahankan kepemimpinan di industri tembakau nasional," kata Ivan dalam keterangannya, Kamis, 31 Juli 2025.

Jajaran Direksi PT HM Sampoerna, dalam paparan publik, Senin, 29 Juli 2024
Dia mengaku sangat mengapresiasi komitmen pemerintah dalam menjaga iklim usaha yang kondusif. Dimana salah satunya melalui kebijakan untuk tidak menaikkan tarif cukai pada tahun 2025.
"Kami berharap Pemerintah dapat mempertimbangkan untuk melanjutkan kebijakan ini guna mendukung tujuan pertumbuhan ekonomi, menjaga serapan tenaga kerja dan penerimaan negara, serta menjaga kelangsungan usaha para pelaku industri legal," ujarnya.
Ivan menambahkan, dalam lima tahun terakhir, dinamika dan kinerja industri hasil tembakau masih terus menghadapi ragam tantangan, dipicu oleh kenaikan kebijakan tarif cukai signifikan di tengah menurunnya daya beli para perokok dewasa yang dimulai sejak masa pandemi COVID-19.
![SRC bina UMKM [Dok. Humas Sampoerna Retail Community] SRC bina UMKM [Dok. Humas Sampoerna Retail Community]](https://ids.alongwalker.co/media/id/aHR0cHM6Ly90aHVtYi52aXZhLmNvLmlk-L21lZGlhL2Zyb250ZW5kL3RodW1iczMv-MjAyNS8wNS8yMS82ODJkOWFmMGRmNzZk-LWtvbXVuaXRhcy1yaXRlbC1zYW1wb2Vy-bmEtc3Vrc2VzLWJpbmEtMjUwLTAwMC10-b2tvLWtlbG9udG9uZy1kYWxhbS0xNy10-YWh1bl82NjNfMzcyLmpwZw/fc9fe11d2c3d1bbd3b57a125f262fb79.jpg)
SRC bina UMKM [Dok. Humas Sampoerna Retail Community]
Bahkan kondisi tersebut kini ditambah dengan tekanan ekonomi akibat situasi geopolitik. Kondisi ini menurutnya telah mendorong maraknya peredaran rokok ilegal di Indonesia, yang secara langsung merugikan para pelaku usaha legal. Hal itu nyatanya juga sekaligus menurunkan potensi penerimaan negara dari sektor cukai dan pajak secara keseluruhan.
Karenanya, Ivan mengaku pihaknya sangat mengapresiasi langkah pemerintah, khususnya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan, yang semakin intensif dan tegas dalam memberantas rokok ilegal.
"Komitmen ini sangat krusial bagi kelangsungan industri hasil tembakau dan kami mendukung penuh upaya kolektif ini," ujarnya.