Pengakuan CEO Intel, Kami Tak Lagi Masuk 10 Besar Semikonduktor Dunia

CEO baru Intel Lip-Bu Tan, secara blak-blakan mengakui bahwa Intel sudah tak lagi menjadi pemimpin di industri semikonduktor.
Bahkan, dalam pernyataannya baru-baru ini, Tan menyebut Intel kini sudah tidak termasuk dalam 10 besar perusahaan semikonduktor dunia jika dilihat dari nilai kapitalisasi pasar.
“Dua puluh, tiga puluh tahun lalu, kita benar-benar pemimpin. Sekarang dunia sudah berubah. Kita bahkan tidak ada di daftar 10 besar perusahaan semikonduktor,” kata Tan dalam acara internal, dikutip dari OregonLive.
Pernyataan tersebut mencerminkan kondisi sulit yang tengah dihadapi Intel dalam beberapa tahun terakhir.
Sementara rival, seperti Nvidia, Advanced Micro Devices (AMD), Apple, hingga Qualcomm terus melaju dengan teknologi chip tercanggih, Intel justru tertinggal jauh dan kini mencoba bangkit dari tekanan persaingan yang semakin berat.
Menurut data terbaru, nilai kapitalisasi pasar Intel kini hanya sekitar 103 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.671,5 triliun). Ini menempatkan Intel di peringkat ke-16 secara global di kategori perusahaan semikonduktor, berdasarkan data Companies Market Cap.
Sebagai perbandingan, Nvidia baru saja mencetak rekor menembus valuasi 4 triliun dollar AS (sekitar hampir Rp 65.000 triliun), menjadikannya perusahaan semikonduktor sekaligus perusahaan teknologi secara umum paling bernilai di dunia saat ini. Mengalahkan Microsoft, Apple, Amazon, Alphabet (Google), Meta, dan lainnya.
Menurut data terbaru, nilai kapitalisasi pasar Intel kini hanya sekitar 103 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.677 triliun), menempatkannya di peringkat ke-16 secara global.
Menanggapi sorotan tersebut, Intel menyampaikan klarifikasi bahwa pernyataan Tan soal “bukan top 10” hanya merujuk pada nilai pasar (market cap), bukan posisi Intel dalam hal inovasi teknologi atau pengaruh industri.“Kami ingin mengklarifikasi bahwa komentar tersebut merujuk spesifik pada market cap, bukan posisi keseluruhan Intel di industri semikonduktor,” jelas juru bicara Intel dalam pernyataan resminya.
Namun, pengakuan ini tetap mencerminkan kenyataan bahwa dominasi Intel perlahan menghilang. Dulu, Intel adalah raja prosesor dengan monopoli di pasar PC dan server. Kini, posisi itu digeser oleh AMD dengan lini prosesor EPYC untuk data center dan Ryzen untuk konsumen.
Di saat yang sama, Nvidia mendominasi sektor kecerdasan buatan (AI) dengan pengolah grafis (GPU) yang digunakan oleh hampir seluruh pemain besar AI, seperti OpenAI, Meta, hingga xAI milik Elon Musk.
“Untuk pelatihan model AI, saya rasa kita sudah terlambat,” ujar Tan. Bos Intel pengganti Patrick "Pat" Gelsinger ini mengakui bahwa posisi Nvidia terlalu kuat dan terlalu dominan untuk bisa dikejar saat ini.
CEO baru Intel, Lip-Bu Tan, secara blak-blakan mengakui bahwa Intel sudah tak lagi menjadi pemimpin di industri semikonduktor.
Tan juga mengungkap bahwa fokus utama Intel ke depan adalah menyelesaikan pengembangan teknologi fabrikasi chip 18A, yang dijanjikan akan setara bahkan lebih unggul dari rivalnya, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC).Namun ia mengakui bahwa respons dari pelanggan terhadap teknologi 18A ini masih kurang meyakinkan.
“Prioritas utama kami adalah memastikan 18A benar-benar siap untuk kebutuhan internal. Setelah itu baru kami alihkan ke teknologi 14A yang rencananya rilis 2027,” kata Tan.
Masa depan Intel juga penuh tantangan di sektor foundry atau pabrik chip. Dulu, kemampuan Intel membuat chip sendiri menjadi kekuatan. Kini justru jadi kelemahan.
Mayoritas chip Intel kini justru diproduksi di pabrik milik TSMC, pesaing utamanya. Mulai dari bagian GPU di chip Meteor Lake, hingga seluruh compute tile untuk chip Lunar Lake tahun ini, 30 persen produksi chip Intel kini dialihkan ke TSMC.
Kondisi ini diperparah dengan keputusan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ribuan karyawan di seluruh dunia.
Intel mencatat kerugian hingga 16 miliar dollar AS (kira-kira Rp 259,6 triliun) tahun lalu, sebagian besar disebabkan tingginya biaya riset dan pengembangan untuk mengejar ketertinggalan teknologi.
Lip-Bu Tan yang baru menjabat tahun ini menggantikan Pat Gelsinger, membawa pendekatan yang lebih realistis. Ia ingin Intel lebih fokus, lebih “rendah hati”, dan mulai mendengarkan arah perubahan industri.
Salah satu strategi barunya adalah mengalihkan fokus ke edge AI, yaitu kecerdasan buatan yang dijalankan langsung di perangkat seperti PC, bukan dari cloud. Ini diharapkan bisa jadi keunggulan baru Intel di tengah dominasi Nvidia di pusat data.
Ia juga menyinggung potensi masa depan AI agentik, atau AI yang bisa bertindak secara mandiri tanpa perlu diperintah manusia terus-menerus. Menurut Tan, Intel akan terus merekrut talenta terbaik di bidang ini agar bisa kembali menjadi pemain utama di era AI.
“Tunggu saja. Akan ada beberapa orang baru bergabung,” ujarnya.
Pernyataan Tan ini juga memperkuat rumor bahwa Intel bisa saja bertransformasi menjadi perusahaan fabless, seperti AMD dan Apple, yang hanya merancang chip dan menyerahkannya ke pabrik pihak ketiga. Namun rencana tersebut belum dipastikan, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Tom's Hardware, Senin (14/7/2025).