Jarang Terungkap, Inilah Alasan Perempuan Diandalkan di Bengkel Motor Art N’ Speed
Perempuan jadi ujung tombak di bengkel ANS, bukti dunia otomotif makin terbuka dan inklusif

Di dunia bengkel sepeda motor yang identik dengan dunia maskulin, siapa sangka bahwa kekuatan justru datang dari para perempuan. Art N’ Speed (ANS), jaringan bengkel motor matic yang tengah berkembang pesat, memberikan ruang istimewa bagi para srikandi untuk memimpin, berinovasi, dan menjadi wajah utama layanan mereka.
Di balik pelayanan prima dan suasana bengkel yang profesional, hadir sosok-sosok perempuan seperti Nancy Maylitha, Anita Maulina, Suci Revana, dan Zahrotul Jamila. Mereka bukan hanya pengisi posisi administratif, melainkan aktor utama yang menjalankan strategi layanan, menghadapi pelanggan langsung, hingga menangani operasional harian bengkel.
“Kami bekerja secara profesional tanpa membedakan jenis kelamin. Semua punya kesempatan untuk berkembang,” ujar Nancy Maylitha, Area Manager ANS yang kini menjadi inspirasi banyak rekan kerja perempuan di dunia otomotif roda dua.
1. Ketika Perempuan Menjadi Ujung Tombak Layanan Bengkel
Art N’ Speed (ANS) tidak hanya menawarkan servis motor matic berkualitas, tetapi juga mengedepankan nilai inklusi dalam tenaga kerjanya. Nancy Maylitha, sebagai Area Manager ANS, menjadi pionir dalam menunjukkan bahwa perempuan bisa memainkan peran sentral di industri otomotif.
Nancy menuturkan bahwa tantangan terbesarnya selama dua tahun memimpin ANS adalah bagaimana menciptakan inovasi berkelanjutan agar tetap relevan dengan kebutuhan pelanggan. “Tantangannya adalah bagaimana kami terus bisa berinovasi untuk memenuhi ekspektasi pelanggan,” tuturnya.
Keberhasilan Nancy tidak hanya diukur dari pertumbuhan layanan, tetapi juga dari tingginya tingkat pelanggan yang kembali—sebesar 48,45%. Angka ini menjadi bukti bahwa pelayanan yang dipimpin perempuan mampu menciptakan loyalitas tinggi.
Tantangan dan Pembelajaran dari Latar Belakang Non-Otomotif
Berbeda dari Nancy, Anita Maulina justru berasal dari latar belakang non-teknis. Sebagai Head Store ANS, ia mengakui bahwa dunia bengkel adalah hal baru. “Awalnya saya tidak tahu soal motor, apalagi spare part. Tapi saya tertantang dan merasa didukung,” ungkap Anita.
Tugas Anita mencakup pengawasan operasional harian, pengelolaan teknisi, hingga memastikan rantai pasok suku cadang berjalan efisien. Meski tidak memiliki latar belakang teknik, ia cepat beradaptasi dan menjadi salah satu elemen penting dalam operasional harian ANS.
Lingkungan kerja yang suportif membuat proses belajar jadi lebih mudah. Ia menilai bahwa sistem pelatihan internal ANS dan budaya saling bantu antar karyawan memegang peran besar dalam membentuk kemampuannya hari ini.
Belajar Teknis dari Nol dan Jadi Andalan Pelanggan
Suci Revana, atau yang akrab disapa Cici, adalah contoh lain dari transformasi peran perempuan di dunia bengkel. Berbekal pengalaman sebelumnya di perusahaan pelumas, ia kini menjadi Customer Relation Officer (CRO) di ANS dengan tanggung jawab yang lebih luas.
“Sebelumnya saya hanya tahu tentang oli. Di ANS, saya belajar sampai mengenal kode-kode suku cadang motor,” ungkap Suci. Menurutnya, semua rekan kerja saling berbagi ilmu, membuat proses belajar menjadi lebih ringan dan menyenangkan.
Yang membuat Suci betah adalah perlakuan perusahaan terhadap karyawannya. Ia menyebut ANS sebagai tempat kerja yang ‘memanusiakan manusia’, karena memberikan perhatian tidak hanya pada hasil kerja, tetapi juga kesejahteraan mental dan sosial karyawannya.
Adaptasi Cepat dan Kontribusi Nyata dari Tim Baru

Zahrotul Jamila adalah wajah baru di ANS, namun adaptasinya terbilang cepat. Dalam waktu tiga bulan, ia sudah menguasai berbagai hal mulai dari SOP layanan hingga teknis dasar motor. “Saya cewek, dan awalnya nggak ngerti motor sama sekali. Tapi sekarang saya bisa menyampaikan kebutuhan pelanggan ke mekanik,” jelas Jamila.
Jamila juga turut menangani proses akuntansi, pengadaan barang, dan bahkan aktif menjawab pertanyaan pelanggan melalui media sosial seperti TikTok. Keterampilannya yang multidisipliner menjadi nilai tambah bagi tim.
Ia merasa bahwa lingkungan kerja ANS sangat inklusif. Tidak ada diskriminasi atau perlakuan berbeda karena gender, sehingga semua orang punya ruang untuk tumbuh dan berkontribusi sesuai kapasitasnya.
Komitmen Inklusif ANS dan Kesempatan Karier Perempuan
Sebagai Area Manager, Nancy menegaskan bahwa ANS membuka peluang besar bagi perempuan yang ingin berkarier di dunia otomotif. “Kesempatan bekerja dan berkembang di dunia otomotif bukan hanya milik pria,” tegasnya.
Kebijakan inklusif ini menjadi penting seiring dengan rencana ekspansi ANS ke berbagai lokasi baru. ANS tidak hanya mencari teknisi pria, tetapi juga memberikan ruang bagi perempuan yang ingin terlibat dalam berbagai lini pekerjaan di bengkel.
Saat ini, ANS telah memiliki tiga cabang di lokasi strategis—Depok, Bekasi, dan Pamulang. Fasilitas modern seperti Dyno Test dan endoskopi mesin menjadi keunggulan tersendiri, yang didukung oleh tim yang inklusif dan profesional, baik laki-laki maupun perempuan.