Perjuangan Melawan Demensia Frontotemporal, Bruce Willis kini Semakin Sulit Bicara dan Membaca

AKTOR legendaris Bruce Willis kini menghadapi kondisi kesehatan yang semakin memprihatinkan akibat penyakit frontotemporal dementia (FTD), salah satu bentuk demensia yang menyerang bagian otak terkait dengan perilaku dan bahasa. Setelah sempat diumumkan mengidap afasia pada 2022, kondisi Willis terus memburuk dan akhirnya dikonfirmasi menderita FTD pada awal 2023. Menurut laporan yang dikutip The Express Tribune (21/7), kondisi terkini menunjukkan Willis hampir tidak dapat berbicara, membaca, maupun berjalan secara mandiri. Aktivitas sehari-harinya kini sangat tergantung pada bantuan dari orang-orang terdekat, terutama keluarganya, sang istri Emma Heming, mantan istrinya, Demi Moore, serta kelima putri mereka. Kehangatan keluarga menjadi kekuatan utama dalam merawat Willis meski kenyataan pahit terus menghantui mereka. Willis kini hidup dalam keterbatasan komunikasi. Meski ia tak lagi mampu mengekspresikan diri dengan kata-kata, interaksi emosional dan tatapan penuh makna masih menjadi bentuk komunikasi utama yang ia pertahankan. Momen-momen kecil bersama cucunya menjadi sumber kebahagiaan tersendiri di tengah kondisi yang sulit.
Istri Willis, Emma Heming, bahkan menulis sebuah buku yang mendokumentasikan perjalanan mereka menghadapi FTD. Buku tersebut bertujuan memberi harapan dan panduan bagi para caregiver yang mengalami situasi serupa. Dalam wawancaranya, Heming sempat mengungkap keluarga mereka merasa seperti 'terbuang tanpa arah' saat pertama kali menerima diagnosis. Namun, mereka akhirnya belajar menemukan makna dalam proses perawatan dan kebersamaan.
Putri sulung Willis, Rumer, juga pernah menyampaikan kesedihannya karena tak bisa lagi berbagi cerita seperti dulu. Di sisi lain, ia mengaku bersyukur atas momen-momen penuh cinta yang masih bisa mereka lalui bersama.
Willis kini menjalani perawatan dengan pendekatan yang menekankan kenyamanan dan kualitas hidup. Frontotemporal dementia memang belum ada obat dan progresinya cenderung cepat. Namun, melalui terapi pendukung dan lingkungan penuh kasih sayang, keluarga berusaha memastikan Willis tetap merasakan kehangatan kehadiran mereka.
Kisah Bruce Willis bukan hanya menjadi potret perjuangan menghadapi penyakit yang melemahkan secara fisik dan mental, melainkan juga cerminan betapa pentingnya dukungan emosional dalam menghadapi fase sulit dalam hidup. Ia tetap menjadi figur yang dicintai dan dihormati, bahkan ketika suara dan langkahnya perlahan menghilang.(far)