AI di Dunia Medis, Cepat Diagnosis dan Kurangi Waktu Tunggu Pasien

Seiring berkembangnya teknologi, pemanfaatan AI (artificial intelligence atau kecerdasan buatan) dalam sektor kesehatan semakin banyak diterapkan.
Saat ini, AI mulai digunakan untuk beberapa hal, antara lain mendukung proses diagnosis awal dan membantu mempercepat penanganan medis.
Manfaat AI di dunia medis untuk kesehatan
Diagnosis dini dan percepatan perawatan
(Kiri ke kanan) Presiden Direktur Mandaya Hospital Group dr. Benedictus Reinaldo Widaja, MBChB (UK), Direktur Utama Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita (Pusat Jantung Nasional Harapan Kita) Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP(K), MARS, Presiden Direktur Philips Indonesia Astri Ramayanti Dharmawan, dan Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan & Ketua Tim Transformasi Teknologi dan Digitalisasi Kesehatan (TTDK) Kementerian Kesehatan RI Setiaji, S.T., M.Si dalam Media Briefing: Building Trust in Healthcare AI yang diselenggarakan oleh Philips, di Jakarta Selatan, Rabu (23/7/2025).
Presiden Direktur Philips Indonesia, Astri Ramayanti Dharmawan menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian Future Health Index 2025, sebanyak 77 persen pasien di Indonesia mengaku mengalami waktu tunggu yang cukup lama untuk mendapatkan layanan dari dokter spesialis.
"Rata-rata waktu tunggu yang pasien hadapi itu terlama ada di 19 hari, baru mendapatkan penanganan dari dokter," ujar Astri dalam Media Briefing: Building Trust in Healthcare AI yang diselenggarakan oleh Philips di Jakarta Selatan, Rabu (23/7/2025).
Data tersebut juga menampilkan, waktu tunggu penanganan pasien yang terlama bisa mencapai 19 hari.
Kondisi ini tentunya menghambat penanganan yang cepat, terutama pada penyakit yang memerlukan intervensi dini.
Di titik inilah peran AI dapat memberikan solusi, terutama untuk deteksi dini penyakit atau memberikan bantuan pertolongan awal yang sifatnya mendesak.
Presiden Direktur Philips Indonesia, Astri Ramayanti Dharmawan dalam Media Briefing: Building Trust in Healthcare AI yang diselenggarakan oleh Philips, di Jakarta Selatan, Rabu (23/7/2025).
Menurut Astri, kehadiran AI dalam dunia medis dapat mempercepat intervensi medis dan menyajikan data yang lebih akurat bagi tenaga kesehatan.
Bahkan, penelitian tersebut menunjukkan, ada 95 persen nakes di Indonesia percaya AI membantu mempersingkat waktu operasi dan meminimalisasi tugas-tugas medis yang bersifat berulang.
Meski begitu, ia mengingatkan, penggunaan AI tetap memerlukan keterlibatan langsung tenaga kesehatan.
“Masih ada juga masyarakat yang menganggap hasil AI itu kurang akurat dan bias. Tentu, agar pasien tidak salah diagnosis dan menunjang kepercayaan pasien, diperlukan pendampingan dari tenaga medis yang ahli,” terangnya.
Upaya pemerintah dan pentingnya keterlibatan dokter
Presiden Direktur Philips Indonesia, Astri Ramayanti Dharmawan dalam Media Briefing: Building Trust in Healthcare AI yang diselenggarakan oleh Philips, di Jakarta Selatan, Rabu (23/7/2025).
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia (RI) juga mendukung integrasi teknologi dalam pelayanan kesehatan.
Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Ketua Tim Transformasi Teknologi dan Digitalisasi Kesehatan (TTDK) Kemenkes RI, Setiaji, S.T., M.Si., mengatakan, penggunaan AI di dunia medis juga sudah diterapkan, baik untuk perhimpunan data maupun juga penanganan pasien.
Bahkan, di beberapa rumah sakit vertikal Kemenkes, sudah memakai teknologi AI untuk operasi, seperti CT Scan jantung, operasi katup jantung, dan operasi bypass jantung.
“Kementerian Kesehatan juga telah menggarap sistem yang terhubung secara online (daring), seperti Sehat Indonesiaku, Satu Sehat, dan lain-lainnya,” jelas Setiaji.
Ia menambahkan, kehadiran AI di sektor kesehatan diharapkan dapat membantu mengurangi biaya perawatan, mempercepat proses diagnosis, serta memberikan hasil skrining kesehatan pasien yang lebih akurat dan efisien.
Lebih lanjut, ia menekankan, penggunaan AI di dunia medis tidak bisa berdiri sendiri tanpa keterlibatan dokter.
Sebab, tanpa analisis lebih lanjut dari dokter, khawatirnya penanganan pasien jadi kurang tepat dan optimal akibat salah diagnosis.
“Meski menggunakan AI, tetap harus dikonsultasikan bersama dokter. Bagaimana pun juga, dokter pasti sudah mengikuti perkembangan diagnosis pasien,” katanya.
Dengan begitu, pemanfaatan teknologi seperti AI bisa menjadi solusi untuk mempersingkat waktu penanganan pasien tanpa mengabaikan aspek manusiawi dalam pelayanan kesehatan.