Karhutla di Jambi Meluas, Menteri LH Perintahkan Pantau dan Jaga Lahan Gambut

Karhutla di Jambi Meluas, Menteri LH Perintahkan Pantau dan Jaga Lahan Gambut

Tren kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Jambi sejak 1 Januari hingga 28 Juli 2025 makin meluas. Di wilayah itu telah mencapai 421,77 hektare atau sekitar 10 persen dari total karhutla nasional.

Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq meminta kerja sama seluruh pihak menghadapi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Jambi yang memiliki ekosistem gambut dan sejauh ini menyumbang 10 persen total luas kebakaran nasional.

"Angka ini menjadi kekhawatiran kita semua terhadap kondisi lingkungan yang ada di Jambi, terutama di wilayah gambut yang sangat rentan," kata Menteri LH/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Hanif.

Ia meminta perhatian terhadap kondisi tutupan lahan dan tinggi muka air gambut saat meninjau potensi kerawanan karhutla secara langsung dari udara.

Tidak hanya itu, dalam Rakornas dia meminta agar forum tersebut menjadi momen strategis memperkuat sinergi lintas sektor dalam menghadapi musim kemarau yang rawan karhutla.

Dalam arahannya, Menteri LH Hanif Faisol menegaskan pentingnya deteksi dini, kesiapsiagaan sumber daya, serta penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan.

"Kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Pencegahan karhutla adalah tanggung jawab bersama. Saya mengapresiasi komitmen Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi yang terus aktif dalam mengoordinasikan upaya penanggulangan karhutla di wilayahnya," jelas Hanif Faisol.

Dalam kesempatan yang sama Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan berbasis prakiraan cuaca.

Berdasarkan prediksi Fire Danger Rating System (FDRS), BMKG melihat sebagian besar wilayah Jambi relatif aman dengan tingkat kemudahan terbakar rendah.

"Terdapat beberapa wilayah di bagian tengah dan timur yang masuk dalam kategori mudah terbakar. Oleh karena itu, perlu dilakukan kesiapsiagaan dan mitigasi sejak dini," kata Dwikorita.