Seperti DJ Bravy, 4 Hal yang Perlu Dipersiapkan Ayah Non-biologis dalam Tumbuh Kembang Anak

Aktris sekaligus influencer Erika Carlina baru saja melahirkan putra pertamanya pada Jumat (1/8/2025).
Sang kekasih, DJ Bravy atau Bravyson Vconk, terlihat menemani Erika sejak proses persalinan hingga membantu mengasuh sang buah hati.
Meski bukan ayah kandung, Bravy mengambil peran sebagai sosok pendukung yang hadir di awal kehidupan anak.
Menanggapi fenomena ini, Psikolog Klinis Astri Kartikasari, S.Psi., M.Psi., Psikolog menjelaskan, figur ayah memiliki peran besar dalam pembentukan identitas hingga rasa aman anak.
“Secara psikologis, peran ayah itu sangat penting dalam kebentukan identitas, regulasi emosi, dan rasa aman si anak,” kata Astri kepada Kompas.com, Rabu (6/8/2025).
Menurut teori attachment dari Bowlby, siapa pun yang menjadi pengasuh responsif dan konsisten, terlepas dari status biologisnya, dapat menciptakan ikatan emosional yang aman atau secure attachment.
4 Hal yang perlu dipersiapkan ayah non-biologis dalam tumbuh kembang anak
Berikut sejumlah hal yang perlu dipersiapkan ayah non-biologis agar bisa membangun hubungan sehat dengan anak.
1. Kesiapan emosional dan relasional
Menjadi ayah non-biologis bukan hanya soal hadir, tetapi juga siap secara emosional.
Astri menekankan, seorang ayah akan menjadi panutan yang memengaruhi nilai, moral, hingga konsep diri anak dalam jangka panjang.
“Seorang ayah harus paham bahwa ia akan menjadi role model bagi anak, dan memiliki pengaruh jangka panjang dalam kebentukan nilai, moral, hingga konsep dirinya si anak,” ujarnya.
Kesiapan ini membantu ayah non-biologis menghadapi dinamika hubungan dengan anak, termasuk tantangan di awal interaksi.
2. Bangun kelekatan dengan penuh empati
Kelekatan emosional tidak bisa dipaksakan. Hubungan harus berkembang secara alami melalui interaksi sehari-hari yang hangat, sabar, dan tulus.
Astri menyebut, penelitian menunjukkan anak yang memiliki hubungan positif dengan ayah tiri atau non-biologis cenderung memiliki kecerdasan sosial yang baik dan regulasi emosi stabil.
“Ini adalah proses yang harus alami, dan tidak dipaksakan oleh si ayah non-biologis,” kata Astri.
3. Hindari relasi otoriter sejak awal
Di tahap awal, hindari pendekatan yang terlalu mengatur. Astri menyarankan agar ayah non-biologis memposisikan diri sebagai safe adult atau figur dewasa yang bisa dipercaya dan nyaman diajak bicara.
Hal ini agar bisa mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat dari anak sebelum berperan dalam pengambilan keputusan besar terkait anak.
“Alih-alih ingin langsung menjadi ayah dalam konteks otoriter, lebih baik dimulai dari menjadi safe adult atau figur dewasa yang bisa dipercaya, atau nyaman diajak bicara,” jelas Astri.
4. Lakukan kolaborasi sehat dengan ibu
Kunci pengasuhan yang efektif adalah kerja sama dengan ibu anak. Kesepahaman dalam nilai pengasuhan akan menghindarkan konflik peran di depan anak.
Hal ini penting agar anak tidak bingung atau cemas karena melihat ketidaksepahaman orang dewasa di sekitarnya.
“Hal ini sangat penting, agar kesepahaman ada nilai pengasuhan, serta menghindari konflik peran di depan anak, yang bisa menimbulkan kebingungan, atau kecemasan dalam diri si anak,” kata Astri.
Fenomena seperti yang ditunjukkan DJ Bravy membuktikan bahwa kelekatan dan dukungan dalam tumbuh kembang anak tidak melulu soal hubungan darah.
Dengan kesiapan emosional, empati, dan kolaborasi, ayah non-biologis dapat menjadi figur yang berarti dalam perjalanan hidup anak.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!