Belajar dari DJ Bravy, Kapan Waktu Terbaik Beritahu Anak Soal Ayah Non-Biologis?

Erika Carlina menyambut kelahiran putra pertamanya pada Jumat, (1/8/2025). Momen bahagia itu juga diwarnai peran sang kekasih, DJ Bravy atau Bravyson Vconk, yang hadir mendampingi dan ikut mengasuh putra kecil aktris 31 tahun itu. 

Bravy menjadi sosok pendukung penting dalam perjalanan awal tumbuh kembang sang bayi, begitu pula dengan proses persalinan Erika.

Dari momen tersebut, kapan waktu yang tepat untuk memberitahu anak bahwa ayah biologisnya bukanlah sosok ayah kandungnya?

Memberitahu anak bahwa ayahnya bukan ayah kandung

Kapan waktu terbaik memberitahu anak soal ayah non-biologisnya?

Berkaca dari Erika Carlina dan DJ Bravy, kapan sebaiknya anak diberi tahu bahwa ayahnya bukan ayah kandung? Ini jawaban psikolog.

Psikolog Klinis Rafa Ratikanuari Nusaibah, S.Psi., M.Psi., Psikolog mengatakan, topik memberitahu anak bahwa ayahnya bukan ayah kandung termasuk sensitif bagi buah hati. 

Menurutnya, pemilihan waktu untuk menyampaikan kebenaran sangat bergantung pada usia dan kesiapan emosional anak.

“Sebenarnya ini pertanyaan yang cukup sensitif untuk anak, tapi semuanya tergantung pada kesiapan usia, dan emosinya si anak,” ujar Rafa saat diwawancarai Kompas.com, Rabu (6/8/2025).

Rafa menjelaskan, berdasarkan Teori Perkembangan Piaget, anak mulai berada pada tahap konkret operasional saat berusia tujuh sampai 11 tahun. 

Di fase ini, mereka mulai mampu berpikir logis, memahami hubungan sebab-akibat, dan mengenali struktur sosial di sekitarnya.

“Mereka sudah mulai mampu memahami konsep seperti ayah kandung, ayah non-biologis yang membesarkannya,” jelasnya.

Pentingnya pendekatan hangat dan aman

Sampaikan tanpa tekanan

Berkaca dari Erika Carlina dan DJ Bravy, kapan sebaiknya anak diberi tahu bahwa ayahnya bukan ayah kandung? Ini jawaban psikolog.

Ia menekankan, pembicaraan mengenai ayah biologis dan ayah non-biologis sebaiknya dilakukan dengan cara yang hangat, lembut, dan penuh rasa amanah. 

Anak di tahap perkembangan tersebut sudah siap menerima kejujuran, asalkan disampaikan tanpa tekanan.

“Pada fase ini, anak sebenarnya sudah bisa diajak bicara jujur, dengan cara yang hangat, lembut, dan penuh rasa amanah,” ucapnya.

Ia menyarankan agar narasi yang digunakan tidak terlalu berat. Orangtua cukup menekankan pada sisi empati dan kasih sayang yang telah diberikan oleh sosok ayah non-biologis sehingga anak merasa tetap dicintai dan dihargai.

“Narasi menyampaikannya pun tidak perlu terlalu berat, cukup memperlihatkan sisi empati saja,” kata Rafa.

Risiko jika terlalu lama menyembunyikan fakta

Reaksi emosional anak bisa jadi lebih keras

Berkaca dari Erika Carlina dan DJ Bravy, kapan sebaiknya anak diberi tahu bahwa ayahnya bukan ayah kandung? Ini jawaban psikolog.

Rafa mengingatkan, menunda terlalu lama untuk mengungkapkan kebenaran bisa membawa risiko psikologis bagi anak. 

Ketika anak mengetahui fakta tersebut dari orang lain, terutama pada masa remaja, reaksi emosionalnya bisa lebih keras dan sulit dikelola.

“Menyampaikan hal tersebut sebaiknya jangan ditunda terlalu lama karena kalau terlalu lama anak merasa dibohongi,” tuturnya.

Jika informasi itu datang dari luar dan anak belum memiliki kemampuan mengelolanya, dampaknya bisa serius. 

“Nanti kalau dia tahu dari orang lain, apalagi sudah masuk remaja, dia akan dapat banyak informasi dari luar yang belum dikelola dengan baik,” lanjutnya.

Bagaimana jika terlambat memberitahu anak soal ayahnya?

Berpotensi melukai kepercayaan anak

Bila kebenaran disampaikan secara terlambat, anak berpotensi mengalami luka kepercayaan terhadap orangtua atau pengasuhnya. 

Hal ini bisa memicu krisis identitas, kemarahan yang terpendam, bahkan rasa kecewa yang sulit dipulihkan.

“Hal ini bisa menimbulkan luka kepercayaan kepada dirinya dia, akan ada krisis identitas, bahkan kemarahan yang selalu dijembatani oleh dirinya,” jelas Rafa.

Oleh karena itu, ia menyarankan orangtua untuk mempersiapkan percakapan ini secara matang, memastikan anak berada pada fase perkembangan yang tepat, dan selalu menghadirkan suasana yang aman secara emosional.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!