Top 9+ Fakta Detik-Detik Proklamasi 17 Agustus 1945, Sukarno Malaria, Hatta Hampir Tak Tampil
- 1. Naskah Proklamasi Ditulis di Sobekan Buku Bergaris
- 2. Pena yang Dipakai Tidak Pernah Diingat Asalnya
- 3. Upacara Proklamasi Sangat Sederhana
- 4. Fatmawati Menjahit Bendera Merah Putih dari Dua Kain Polos
- 5. Sukarno Membacakan Proklamasi dalam Kondisi Sakit Malaria
- 6. Rakyat Mendesak dan Hatta Hampir Tak Hadir
- 7. Pengeras Suara Hasil Curian dari Jepang
- 8. Segelas Soda Hangat
- 9. Menu Sahur di Hari Proklamasi

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta, berlangsung sederhana namun penuh makna.
Di balik momen bersejarah itu, terdapat berbagai kisah unik, mulai dari tekanan Jepang hingga kondisi Sukarno yang sakit malaria saat membacakan teks proklamasi
Selain itu tak banyak yang tahu bahwa sebelum naskah proklamasi dibacakan, para tokoh kemerdekaan harus melewati malam panjang yang penuh ketegangan. Proses perumusan teks proklamasi berlangsung di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda hingga menjelang subuh.
Berikut 7 fakta detik-detik proklamasi yang jarang diketahui dikutip
1. Naskah Proklamasi Ditulis di Sobekan Buku Bergaris
Teks Proklamasi tidak ditulis di perkamen atau kertas khusus, melainkan di sobekan buku catatan bergaris biru milik anak sekolah.
“Aku menyobeknya selembar dan dengan tanganku sendiri menuliskan kata-kata proklamasi di atas garis-garis biru itu,” ungkap Sukarno.
2. Pena yang Dipakai Tidak Pernah Diingat Asalnya
Berbeda dengan tradisi pemimpin dunia lain yang menyimpan pena bersejarah, Sukarno bahkan tidak mengingat dari mana pena yang ia pakai berasal.
“Aku tidak ingat dari mana datangnya pena yang kupakai. Kukira aku meminjam dari seseorang,” kenangnya.
3. Upacara Proklamasi Sangat Sederhana
Detik-detik proklamasi jauh dari suasana megah.
“Tidak ada trompet, tidak ada paduan suara, tidak ada pelayan istana berpakaian indah. Ia tidak diabadikan wartawan juru potret. Ia hanya berlangsung di sebuah kamar depan kecil di rumah seorang laksamana Jepang,” kata Sukarno.
Lokasinya di depan sebuah kamar depan yang kecil di sebelah ruangan besar di rumah seorang laksamana Jepang.
4. Fatmawati Menjahit Bendera Merah Putih dari Dua Kain Polos
Penaikan bendera Pusaka sesudah dibatjakan teks proklamasi, 17 Agustus 1945.
Bendera pusaka pertama dijahit langsung oleh Fatmawati dari dua potong kain polos merah dan putih. Bendera itu dikibarkan oleh Latif Hendraningrat di batang bambu sederhana, diikat dengan tali kasar yang kusut.5. Sukarno Membacakan Proklamasi dalam Kondisi Sakit Malaria
Sukarno mengalami serangan malaria dengan suhu tubuh mencapai 40 derajat.
“Badanku menggigil dari kepala sampai ke kaki. Suhu tubuhku naik sampai 40 derajat. Meski sakit parah, aku tak dapat pergi tidur. Aku langsung menulis berjam-jam,” tulisnya.
Sebelum membacakan proklamasi, Sukarno mengurung diri di dalam kamar menahan sakit dan atas perintah Suharto, tak boleh seorang pun masuk ke dalam kamar Sukarno.
6. Rakyat Mendesak dan Hatta Hampir Tak Hadir
Sejak pukul 09.00 pagi, sekitar 500 orang sudah berkumpul di halaman rumah Sukarno, meneriakkan, “Bacakan Proklamasi, Bung!”
Sukarno pun mengatakan, "Hatta belum datang. Aku tidak mau membacakan proklamasi tanpa Hatta.”
Setelah Hatta tiba, barulah teks proklamasi dibacakan.
7. Pengeras Suara Hasil Curian dari Jepang
Sukarno membacakan teks proklamasi menggunakan pengeras suara sederhana yang ternyata merupakan hasil “curian” dari tentara Jepang.
Kala itu, Jepang sudah kalah perang dan peralatan mereka banyak ditinggalkan. Para pemuda yang terlibat dalam persiapan proklamasi mengambil salah satu pengeras suara yang tersisa untuk memastikan suara Sukarno bisa terdengar oleh ratusan rakyat yang berkumpul di halaman rumah Pegangsaan Timur No. 56.
8. Segelas Soda Hangat
Tidak ada toast atau jamuan istimewa setelah Sukarno membacakan teks proklamasi. Sukarno mengatakan yang tersedia hanyalah segelas air soda hangat.
Minuman itu bukan untuk bersulang, melainkan sekadar mengembalikan tenaga orang-orang yang telah bergadang dan bekerja tanpa tidur selama beberapa hari menjelang kemerdekaan.
9. Menu Sahur di Hari Proklamasi
Karena proklamasi dibacakan saat bulan Ramadhan, para tokoh pun makan sahur dengan sederhana sebelum detik-detik proklamasi. Mereka adalah Soekarno, Mohammad Hatta, dan Achmad Soebardjo
Dikutip dari, Mohammad Hatta mengenang bahwa menu sahurnya kala itu sangat sederhana: roti, telur, dan ikan sarden. Tak ada hidangan mewah, semuanya disiapkan sepraktis mungkin di rumah Maeda.
Sementara Achmad Soekarno makan sahur dengan nasi goreng yang dimasak oleh Satsuki Mishima, staf Maeda yang juga membantu meminjamkan mesin ketik untuk naskah proklamsi.
Presiden Soekarno sendiri tidak ikut berpuasa saat itu karena kondisi kesehatannya terganggu karena terkena malaria. Bahkan suhu tubuhnya naik 40 derajat jelang proklamasi.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!