Perintah Pertama Soekarno Setelah Dilantik Jadi Presiden, Beli Sate Ayam 50 Tusuk

Soekarno, Bung Karno, proklamasi, sejarah kemerdekaan indonesia, presiden pertama, Presiden pertama RI, perintah pertama Soekarno, perintah pertama soekarno saat menjadi presiden, apa perintah pertama soekarno, sate 50 tusuk, sejarah kemerdekaan, Perintah Pertama Soekarno Setelah Dilantik Jadi Presiden, Beli Sate Ayam 50 Tusuk

Usai memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Ir Sukarno resmi ditetapkan sebagai Presiden Republik Indonesia pertama.

Namun, siapa sangka, perintah pertama yang ia keluarkan setelah menduduki jabatan tertinggi negara itu bukanlah instruksi politik atau militer, melainkan membeli sate ayam 50 tusuk.

Momen unik ini terekam dalam kisah hidup Soekarno yang ditulis Cindy Adams dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Ketegangan Setelah Proklamasi

Setelah membacakan Proklamasi Kemerdekaan di kediamannya di Pegangsaan Timur 56, Sukarno sempat berhadapan dengan lima opsir Kempeitai, polisi militer Jepang, yang menegaskan larangan untuk menyatakan kemerdekaan.

“Itu tidak boleh dilakukan,” kata salah satu Kepala Polisi Jepang dengan nada tegas, seperti dikutip dari buku tersebut.

Soekarno menjawab tenang, “Tapi Proklamasi itu sudah terucap. Baru saja aku melakukannya.”

Situasi sempat menegangkan ketika sang kepala polisi tampak hendak mencabut senjata.

Namun, ratusan pemuda bersenjata bambu runcing, kampak, sabit, dan senjata sederhana lainnya telah mengepung, membuat pihak Jepang akhirnya mundur tanpa perlawanan.

Setelah itu, Sukarno memerintahkan pembentukan Barisan Berani Mati, pasukan sukarelawan yang siap mempertahankan Sang Merah Putih.

"Aku mengeluarkan perintah untuk membentuk Barisan Berani Mati, yang dengan sukarela akan mempertahankan Sang Merah Putih. Pemandangan itu tak 'kan terlupakan selamanya," kata Sukarno dalam buku tersebut. 

Ratusan warga, mulai dari orang tua, perempuan yang menggendong anak, hingga anak-anak, berdesakan membentuk benteng manusia di sekitar rumah Soekarno. Fatmawati, sang istri, bahkan membuka dapur umum di Pegangsaan Timur 56 untuk memberi makan mereka.

Kesibukan dan ketegangan membuat Soekarno jatuh sakit. Namun, rapat-rapat penting terus digelar sejak pagi hari untuk menentukan masa depan bangsa.

Saat itu Soekarno dalam kondisi sakit dan tak ingat siapa yang mengusulkannya sebagai presiden. 

Ia bercerita salam salah satu rapat, seorang tokoh mengusulkan, “Nah, kita sudah bernegara sejak kemarin. Dan sebuah negara memerlukan seorang Presiden. Bagaimana kalau kita memilih Sukarno?”

Jawaban Soekarno singkat, “Baiklah.”

Tanpa seremoni atau panitia, keputusan itu langsung berlaku, Indonesia resmi memiliki presiden pertamanya.

Dalam buku Sukarno menjelaskan, "Kata-kata penting yang kuucapkan sebagai penerimaan pengangkatan itu yang sekarang akan diabadikan untuk anak-cucu adalah, 'baiklah'. Hanya itu. Itulah semua yang kuucapkan. 'Baiklah.' Aku tidak membuat suatu yang merepotkan. Tak seorang pun ingin membuat sesuatu yang merepotkan. Terlalu banyak pekerjaan yang harus selesaikan". 

Perintah Pertama, Beli Sate Ayam

Soekarno, Bung Karno, proklamasi, sejarah kemerdekaan indonesia, presiden pertama, Presiden pertama RI, perintah pertama Soekarno, perintah pertama soekarno saat menjadi presiden, apa perintah pertama soekarno, sate 50 tusuk, sejarah kemerdekaan, Perintah Pertama Soekarno Setelah Dilantik Jadi Presiden, Beli Sate Ayam 50 Tusuk

Presiden Soekarno bersama Kabinet Dwikora pada masa Demokrasi Terpimpin.

Setelah rapat usai, Sukarno pulang. Dalam perjalanan, ia bertemu seorang penjual sate ayam kaki lima yang bertelanjang kaki. 

Kepada pedagang itu, Presiden Republik Indonesia yang baru diangkat ini berkata,“Sate ayam lima puluh tusuk.”

Itulah yang kemudian dikenang sebagai “perintah pelaksanaan” pertama Soekarno sebagai Presiden.

"Aku jongkok di sana dekat got dan tempat sampah dan menyantap sate dengan lahap. Itulah seluruh pesta perayaan terhadap kehormatan yang kuterima," cerita Soekarno. 

Sesampainya di rumah, Sukarno menyampaikan kabar itu kepada Fatmawati.

“Mereka mengangkatku jadi Presiden. Rakyat memilihku sebagai Presiden,” ujar Sukarno. 

Fatmawati kemudian berkata," Di larut malam sebelum Bapak meninggal, hanya kami berdua yang belum tidur, Aku memijitnya untuk mengurangi rasa sakitnya, ketika tiba-tiba beliau berkata, 'Aku melihat pertanda secara kebatinan bahwa tidak lama lagi...dalam waktu dekat... anakku akan tinggal di Istana yang besar dan putih'. Jadi ini tidak mengagetkanku, Tiga bulan yang lalu Bapak sudah meramalkannya".

Sejak saat itu, gelar “Presiden” resmi melekat pada nama Soekarno, meski pada awalnya jabatan tersebut masih asing dalam bahasa Indonesia dan diambil dari istilah bahasa Inggris, President.

"Sejak hari itu aku dikenal dengan nama Presiden Sukarno," kata Bung Karno. 

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!