Prada Lucky Namo Tewas Dianiaya, Eks Sekmil Presiden Soroti Tradisi Satuan Picu Kekerasan Senior di TNI

Anggota Komisi I DPR RI, TB Hasanuddin meminta TNI mereformasi budaya antara junior dan senior, menyusul kasus tewasnya Prada Lucky Namo yang diduga dianiaya oleh empat orang prajurit senior.
Politikus PDIP itu juga menyoroti praktik acara tradisi satuan yang kerap menjadi celah terjadinya kekerasan dari para senior ke juniornya di lingkungan TNI.
“Hubungan senior-junior perlu dibenahi. Pembinaan, arahan, dan teguran adalah hal yang wajar. Tapi ketika kekerasan masuk, itu sudah ranah pidana. Ini harus menjadi kesadaran bersama di tubuh TNI,” kata Kang TB, sapaan akrabnya, Jakarta, Senin (11/8).
Menurut dia, kegiatan tradisi di satuan TNI sebetulnya tetap boleh dilaksanakan asalkan dengan aturan dan pengawasan ketat dari para komandan satuan.
“Acara tradisi boleh, tapi harus dibuat sehat dan aman. Kalau lari atau latihan fisik, tentu ada batas dan ketentuan yang jelas," tuturnya.
"Jangan sampai kegiatan ini malah memakan korban. Dan pengawasan dari para komandan menjadi kunci,” tandas mantan Sekretaris Militer era Presiden ke5 RI Megawati Soekarnoputri itu.
Untuk diketahui, almarhum Prada Lucky Namo merupakan anggota TNI yang baru menjadi anggota TNI selama dua bulan. Usai sah menjadi anggota TNI dia langsung ditempatkan di Batalion Pembangunan 843.
Dari sejumlah foto dan video yang beredar, tubuh Prada Lucky dipenuhi dengan sejumlah Lebam dan memar ditubuhnya. Tak hanya itu sejumlah luka seperti tusukan, di kaki, dan juga di belakang tubuhnya.
Korban sempat dilarikan ke RS Unit Perawatan Intensif (ICU) RSUD Aeramo, Kabupaten Nagekeo untuk perawatan intensif namun kemudian dinyatakan meninggal dunia pada Rabu (6/8) lalu.
Sub Detasemen Polisi Militer Ende menetapkan empat prajurit TNI sebagai tersangka dalam kasus kematian Prada Lucky Chepril Saputra Namo. (*)