Menko Agus Harimurti Yudhohono Pakai Baju Adat Aceh Ulee Balang Saat Upacara HUT Ke-80 RI

- Menteri Koordinator (Menko) Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memakai baju adat Aceh Ulee Balang saat upacara peringatan HUT Ke-80 RI (Republik Indonesia) di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Minggu (17/8/2025).
Menko AHY menuturkan, ia sengaja memilih baju adat Aceh Ulee Balang karena mengandung nilai kepahlawanan.
"Saya memilih baju asal Aceh karena tepat pada 15 Agustus 2025 kemarin kita memperingati 20 tahun perdamaian Aceh dengan Helsinki Agreement," tulis Menko AHY dalam salah satu unggahannya di akun Instagram @agusyudhoyono.
"Kita berharap Aceh dan seluruh wilayah Indonesia selalu hidup damai, makmur, dan sejahtera," lanjutnya.
Agus Harimurti Yudhoyono pakai baju adat Aceh Ulee Balang
Mengenakan meukeutop
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), tampil gagah menggunakan baju adat Aceh Ulee Balang saat menghadiri upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia (RI), tepatnya saat detik-detik pengibaran bendera, di Istana Merdeka, Jakarta pada Minggu (17/8/2025).
Baju adat yang dipakai Menko AHY terdiri dari mahkota alias kupiah yang disebut dengan meukeutop. Warnanya perpaduan antara hitam putih dengan merah, kuning, dan emas.
Warna meukeutop memilih makna tersendiri, dilansir dari Antara. Warna merah melambangkan kepahlawanan, kuning menandakan kerajaan atau negara, hitam berarti ketegasan atau ketepatan hati, dan putih bermakna kesucian atau keikhlasan.
Selanjutnya adalah aksesori yang tampak kain berwarna hitam emas yang disampirkan pada bahu kanan, kacamata hitam, dan kain sarung.
Kain sarung, juga disebut sebagai ijo krong dalam bahasa Aceh, dikenakan di atas celana Sileuweu.
Cara memakai kain sarung adalah dengan dililitkan di pinggang untuk menambah kesan berwibawa dan mega pada pakaian yang sudah terlihat formal dan rapi. Panjang kain hanya sampai beberapa inci di atas lutut.
Memakai kain tenun
Dalam upacara penurunan bendera pada Minggu sore, Menko AHY memamerkan tampilan lain yang lebih formal.
Ia mengenakan kemeja hitam dengan bros emas putih pada bagian atas kerah, kalung dengan untaian simbol segitiga berwarna serupa, dan peci hitam.
Sebagai sentuhan budaya, Menko AHY menggunakan kain tenun dengan perpaduan warna emas, hitam, dan merah, yang tampaknya seperti kain kerawang gayo. Kain tersebut diselempangkan ke bahu kanannya.
Ketika ditanya oleh awak media, Menko AHY menyampaikan, pemilihan warna kain tenun itu selaras dengan harapan masyarakat Indonesia terhadap negara ini.
"Warna keemasan juga melambangkan sesuatu yang mulia, sesuai dengan harapan kita, Indonesia juga semakin maju, semakin mampu, sejahtera," ucap AHY dalam siaran langsung di akun YouTube Kompas TV.
Pakai wastra Nusantara sesuai dress code
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), tampil gagah menggunakan baju adat Aceh Ulee Balang saat menghadiri upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia (RI), tepatnya saat detik-detik penurunan bendera, di Istana Merdeka, Jakarta pada Minggu (17/8/2025).
Adapun kain yang dikenakan sesuai dengan dress code resmi yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia.
Aturan soal dress code tertera dalam Surat Edaran Menteri Sekretaris Negara Nomor B-25/M/S/TU.00.03/08/2025. Disebutkan bahwa wastra Nusantara merupakan dress code resmi untuk upacara Detik-detik Proklamasi dan Penurunan Bendera.
Berdasarkan informasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wastra adalah kain tradisional yang mengandung makna dan simbol tertentu, baik dari warna, motif, maupun teknik pembuatannya.
Sementara itu, "Nusantara" merujuk pada seluruh wilayah kepulauan Indonesia.
Dalam buku "Lebih Dekat dengan Wastra Indonesia" terbitan Direktorat Pelindungan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (2021), wastra adalah warisan budaya tak benda yang merepresentasikan identitas suatu daerah.
Kain-kain seperti batik, songket, ulos, tenun ikat, sasirangan, tapis, gringsing, dan besurek, tidak hanya memiliki nilai estetis, tapi juga menyimpan filosofi mendalam yang diwariskan turun-temurun.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!