HUT ke-80 Jabar, Survei Ungkap Kinerja Dedi Mulyadi Masih Perlu Perbaikan di Beberapa Sektor

Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Jawa Barat (Jabar) pada Jumat (15/8/2025) menjadi panggung bagi Gubernur Dedi Mulyadi.
Ia mengusung semangat kebangkitan sektor pertanian, UMKM, dan industri melalui kirab budaya yang melibatkan 27 kabupaten/kota.
Namun, survei terbaru Litbang Kompas justru menunjukkan bahwa kinerja Dedi Mulyadi bersama Wakil Gubernur Erwan Setiawan belum sepenuhnya memuaskan publik, meski mayoritas masyarakat tetap menilai positif kepemimpinan mereka.
Rata-rata Penilaian Kinerja
Survei yang menggunakan skala 1–10 mencatat rata-rata penilaian kinerja Pemprov Jabar di angka 8,51 dengan standar deviasi 1,634.
Hal ini mencerminkan persepsi publik yang cenderung positif.
Sebanyak 35,7 persen responden memberi nilai sempurna 10, diikuti 25,3 persen yang memberi nilai 8, dan 19,2 persen yang menilai 9.
Nilai menengah juga muncul, 11 persen memberi nilai 7, sedangkan nilai 5 dan 6 masing-masing di kisaran 3 persen.
Adapun penilaian rendah (1–4) hanya diberikan oleh kurang dari 2 persen responden.
Program dengan Apresiasi Tinggi
Beberapa program dinilai berhasil. Program pembangunan ruang kelas baru (RKB) misalnya, meraih kepuasan hingga 91,6 persen responden.
Program pembinaan anak bermasalah melalui barak militer bahkan mendapat apresiasi lebih tinggi, yakni 95,7 persen responden puas, dengan 35 persen menyatakan sangat puas.
"Soal barak (militer) cukup dapat apresiasi yang besar dari masyarakat. Ini cara paling simpel mengatasi kenakalan remaja menahun di Jabar. Di tingkat kepuasan tinggi 95 persen yang puas soal barak militer," ujar Peneliti Litbang Kompas, Rangga Eka Sakti, saat diwawancarai via Zoom.
Selain itu, program perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) juga menuai respons positif dengan 88,2 persen responden puas.
Pembangunan infrastruktur jalan (85,7 persen puas), penyediaan listrik bagi masyarakat miskin (91,8 persen puas), dan evaluasi izin tambang (85 persen puas) ikut memperkuat penilaian positif.
Program yang Dinilai Kurang Memuaskan
Meski demikian, ada sejumlah kebijakan yang menimbulkan resistensi. Perubahan jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30 WIB hanya mendapat kepuasan 67,3 persen, sementara 29,2 persen mengaku tidak puas.
Kebijakan larangan wisuda untuk tingkat TK hingga SMA juga menuai pro-kontra. Walau mayoritas puas (83,1 persen), masih ada 16 persen yang tidak setuju.
Rencana pengembangan monorel di Bandung Raya disambut baik oleh 80,4 persen responden, tetapi 15,9 persen menyatakan tidak puas.
"Yang cukup tidak diapreasi dan resisten itu jam masuk sekolah 06.30 WIB. Kemudian mengaktifkan jalur kereta api tingkat tidak puas itu 20-an persen. Sama juga soal pengembangan monorel di Bandung Raya 15,9 persen tidak puas," kata Rangga.
Catatan Serius pada Ekonomi dan Infrastruktur
Kepuasan publik terlihat menurun saat menyangkut layanan dasar. Penyediaan transportasi umum hanya mendapat 53,5 persen kepuasan, dengan 45,6 persen menyatakan tidak puas. Pengelolaan sampah bahkan mendapat catatan buruk dengan 58,8 persen responden tidak puas.
Masalah ketenagakerjaan menjadi sorotan utama. Hanya 31,4 persen responden puas terhadap upaya pemerintah menciptakan lapangan kerja, sementara 67,2 persen menyatakan tidak puas.
“Soal lapangan kerja paling kentara. Masyarakat merasa lapangan kerja sangat sempit dan berharap segera diselesaikan. Tingkat kepuasan sangat rendah,” ujar Rangga.
Isu kemiskinan pun menjadi pekerjaan rumah lain, dengan 60,4 persen warga mengaku tidak puas. Program bantuan langsung juga dinilai masih belum maksimal, hanya 50,4 persen yang merasa puas sementara 48,8 persen tidak puas.
Metode Survei
Survei Litbang Kompas ini dilakukan pada 1–5 Juli 2025 melalui wawancara tatap muka. Sebanyak 400 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di seluruh Jawa Barat.
Dengan tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error survei diperkirakan ±4,9 persen. Penelitian ini sepenuhnya dibiayai oleh Harian Kompas (PT Kompas Media Nusantara).
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!