Kasus Bocah Meninggal Cacingan di Sukabumi: Dedi Mulyadi Minta Maaf, Bupati Bela Diri

Kisah pilu R (4), bocah yang meninggal tragis karena infeksi cacing di Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menjadi sorotan.
Kasus ini viral di media sosial usai akun Instagram @rumah_teduh_sahabat_iin memposting video kondisi R dari sebelum dirawat hingga meninggal pada Juli 2025 lalu.
Dalam video tersebut, relawan memperlihatkan kondisi R dibawa ke RSUD Sukabumi sudah dalam kondisi kritis dengan cacing yang keluar dari hidung dan anusnya.
Diketahui, R menderita ascariasis, yang berarti ratusan cacing yang masuk dan bersarang di tubuhnya adalah jenis cacing gelang atau ascaris lumbricoides.
Dari video itu juga dijelaskan, R diasuh oleh neneknya karena sang ibu, Endah (38) menderita gangguan jiwa, sementara sang ayah, Udin (32) sakit TBC.
Sulitnya ekonomi yang keluarga hadapi membuat R tidak mendapatkan pengasuhan yang baik, bahkan sering bermain di kolong rumah dengan kotoran-kotoran ayam.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, yang baru mendengar informasi tersebut menyampaikan rasa sedihnya melalui video di akun Instagram, Selasa (19/8/2025).
"Saya merasa prihatin dan rasa kecewa yang mendalam dan permohonan maaf atas meninggalnya balita berusia tiga tahun dan dalam tubuhnya dipenuhi cacing," ujar Dedi.
Dedi sudah mengonfirmasi kondisi bocah tersebut, dan membenarkan apa yang terjadi.
"Saya sudah menelepon dokter yang menanganinya bahwa anak itu memiliki penyakit kalau dalam bahasa kampung cacingan. Ibunya mengalami gangguan kejiwaan atau ODGJ. Dia (Raya) sering dirawat oleh neneknya dan bapaknya mengalami penyakit paru-paru TBC," ujar Dedi.
"Dia sejak balita sering berada di kolong rumah bersama dengan ayam dan kotoran sehingga mungkin dia sering kali tangannya tidak dicuci dan mulutnya kemasukkan cacingan. sehingga menimbulkan cacing yang akut," tambah Dedi.
Langkah Dedi selanjutnya yaitu pemberian sanksi kepada perangka desa dan pihak yang dinilai lalai memberikan pelayanan kepada masyarakat.
"Dimungkinkan saya akan memberikan sanksi bagi desa tersebut karena fungsi-fungsi pokok pergerakan PKK nya tidak jalan, fungsi posyandunya tidak berjalan, dan fungsi kebidanannya tidak berjalan. Sanksi-sanksi akan kami berikan pada siapa pun dan daerah mana pun yang terbukti tidak memberikan perhatian kepada masyarakat," kata Dedi.
Selain itu, Dedi telah mengirimkan tim untuk memberikan perawatan bagi keluarga R.
Dedi pun memberikan teguran kepada Bupati Sukabumi agar kasus serupa tidak terulang lagi.
“Kita tegur loh, kita tegur keras (bupati), ini tidak boleh lagi landai seperti itu,” ujar Dedi saat ditemui di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Rabu (20/8/2025).
Namun, berbeda sikap dengan Dedi Mulyadi yang lebih dahulu meminta maaf atas kejadian ini. Bupati Sukabumi, Asep Japar justru membela diri atas teguran keras terhadap dirinya.
Menurutnya, selama ini pemerintah daerah tidak diam. R sudah dibawa ke posyandu dan mendapatkan perhatian kesehatan.
“Saya ingin meluruskan bahwa Pemerintah Daerah itu tidak diam, hadir pada saat dan sebelumnya juga hadir. Bahkan pada saat pelayan posyandu dia (Raya) suka dibawa ke posyandu, dia (dibawa) ke puskesmas. Jadi bukan seolah-olah bahwa pemerintah itu tidak hadir,” kata Asep Japar saat ditemui awak media di Pendopo Kabupaten Sukabumi, Rabu (20/8/2025) sore.
Bahkan Asep menyebut Pemda Sukabumi sudah berupaya maksimal dalam penangangan kasus R sejak awal.
“Sekali lagi saya menegaskan kepada seluruh perangkat daerah jangan sampai terjadi dan terulang kembali masalah ini di Kabupaten Sukabumi, dan saya permohonan maaf kepada warga Sukabumi atas kejadian ini, atas nama pemerintah. Saya akan melakukan tindakan kepada aparat petugas kita, (jika memang ada terbukti melakukan pelanggaran),” ujarnya.
Ia menyebut, pihaknya tetap hadir di tengah masyarakat dan menegaskan teguran tersebut akan dijadikan bahan evaluasi.
“Yang penting (pemerintah) sudah melaksanakan, tidak diam, hadir di tengah masyarakat,” imbuhnya.
Lagi-lagi, faktanya R mengalami kesulitan mendapat akses penanganan kesehatan karena tidak terdapat BPJS Kesehatan.
Kepala Desa Cianaga, Wardi Sutandi, mengatakan, orangtua R mengalami keterbelakangan mental sehingga hanya mampu merawat anaknya sebisanya.
“Kedua orangtuanya memiliki keterbelakangan mental, sehingga daya asuh terhadap anaknya kurang, tidak tahu persis bagaimana kondisi anaknya,” kata Wardi kepada awak media di RSUD Sekarwangi Cibadak, Selasa (19/8/2025).
R dievakuasi dalam kondisi kritis, namun terkendala administrasi karena keluarga tidak memiliki Kartu Keluarga (KK) dan BPJS.
“Cuma setelah penyakitnya makin parah, kemudian ada salah satu keluarga yang kenal dengan rumah teduh (filantropi) laporan, langsung dijemput pakai ambulans. Pemerintah desa sudah tahunya sampai situ. Tapi sebelum dibawa (rumah teduh), Raya ini sering keluar masuk klinik dan puskesmas,” tutur Wardi.
Raya kemudian dirawat selama sembilan hari dengan bantuan filantropi, tapi meninggal dunia pada 22 Juli 2025.
“Iya sering kita kontrol, kalau ada rezeki juga sedikit kita suka kasih, kan orangtuanya gak bisa kerja juga. Tapi yang namanya penyakit juga kan kita enggak tahu. Raya dan kakaknya ini tidak seperti ortunya (mengalami keterbelakangan mental),” ujar Wardi.
Sulitnya akses pelayanan kesehatan, BPJS Kesehatan menyebutkan pentingnya Nomor Induk Kependudukan.
Kepala Humas BPJS Kesehatan, Rizzky Anugerah, menyampaikan duka cita mendalam atas kejadian yang menimpa R.
NIK mmenjadi syarat penting dalam proses pendaftaran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
“NIK merupakan salah satu syarat dalam proses pendaftaran sebagai peserta JKN. Sebab, NIK merupakan identitas yang melekat ke setiap penduduk Indonesia dari awal lahir sampai tutup usia. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk mengurus dan memiliki NIK,” ujar Rizzky di Jakarta, Rabu (20/8/2025) dikutip dari Antara.
Rizzky menjelaskan bahwa warga kurang mampu sebenarnya bisa diusulkan untuk menjadi peserta yang ditanggung pemerintah, baik melalui pusat (PBI) maupun daerah (PBPU Pemda), sesuai ketentuan yang berlaku. Namun, tanpa NIK dan administrasi kependudukan seperti Kartu Keluarga, akses ini sulit dilakukan. “Kami juga mengimbau masyarakat untuk memastikan status kepesertaan JKN-nya aktif, supaya tidak mengalami kendala saat mengakses layanan kesehatan,” tambahnya.
Mengenai kondisi R, Dokter spesialis penyakit dalam di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Bramantya Wicaksana, membenarkan bahwa infeksi cacing atau cacingan bisa saja menyebabkan kematian pada seseorang.
“Saya turut berduka atas kejadian tersebut. Itu merupakan tamparan keras bagi bidang kesehatan,” katanya kepada Kompas.com, Rabu (20/8/2025).
Bramantya menilai bahwa kasus kematian akibat infeksi cacing bagaimanapun terbilang jarang terjadi.
Menurutnya, infeksi cacing berkaitan dengan higienitas lingkungan serta makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Selain itu, perlu dilihat faktor penderitanya apakah terjadi malnutrisi atau tidak.
“Jika seluruh faktor ini tidak terjaga, maka seseorang akan sangat mudah terkena infeksi dari derajat ringan sampai dengan berat,” tutur Bramantya.
Dia juga mengonfirmasi bahwa cacing bisa tumbuh dan berkembang biak di dalam tubuh. Jika terus dibiarkan, cacing tersebut lama kelamaan bisa memenuhi tubuh.
Sebagai informasi, beberapa jenis cacing diketahui bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit dan menyebar melalui aliran darah.
Sedangkan infeksi lainnya bisa disebabkan oleh telur cacing masuk ke tubuh dari tanah maupun makanan yang terkontaminasi.
Dihubungi terpisah, dokter spesialis penyakit dalam RS Saiful Anwar Malang, Syifa Mustika, menyampaikan cacing bahkan bisa mencapai paru-paru dan otak.
“Inilah sebabnya cacing dapat keluar lewat hidung, mulut, atau anus,” kata dia kepada Kompas.com, Rabu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Raya, Bocah Sukabumi Meninggal dengan Tubuh Penuh Cacing, Ibu Sakit Jiwa, Ayah TBC
https://bandung.kompas.com/read/2025/08/19/153754578/kisah-raya-bocah-sukabumi-meninggal-dengan-tubuh-penuh-cacing-ibu-sakit-jiwa
Sebagian tayang dengan judul Kena Tegur Gubernur Dedi Mulyadi soal Kasus Cacing Masuk ke Tubuh Raya, Bupati Sukabumi: Pemda Tidak Diam
https://bandung.kompas.com/read/2025/08/20/182607778/kena-tegur-gubernur-dedi-mulyadi-soal-kasus-cacing-masuk-ke-tubuh-raya
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!