Ibu di Bekasi Lumpuh Diduga akibat Malapraktik, Kini Minta Bantuan Dedi Mulyadi

operasi caesar, malapraktik, Dedi Mulyadi, Ibu di bekasi lumpuh usai operasi caesar, Ibu di Bekasi Lumpuh Diduga akibat Malapraktik, Kini Minta Bantuan Dedi Mulyadi

Ratih Raynada (30), seorang ibu empat anak asal Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, mengalami nasib pilu setelah menjalani operasi caesar di RSUD dr Chasbullah Abdulmadjid pada September 2024.

Ia menduga menjadi korban malapraktik dan kini lumpuh total.

Kepada awak media, Ratih menceritakan bahwa saat operasi berlangsung, efek obat bius yang diberikan belum sepenuhnya bekerja.

Ia merasakan perutnya mulai dibedah dalam kondisi masih sadar dan merasakan nyeri luar biasa.

“Saya teriak. Astaghfirullahaladzim, dokter sakit, dok. Saya nangis-nangis. Saya pikir setelah ngomong seperti itu, disetop dulu. Tahunya dilanjutkan (operasi) lagi, saya teriak lagi,” ucap Ratih saat ditemui di rumahnya, Selasa (1/7/2025).

Setelah mendengar teriakannya, dokter sempat menghentikan tindakan. Seorang suster kemudian menyuntikkan kembali obat bius. Namun, saat operasi dilanjutkan, rasa sakit itu belum juga mereda.

“Belum semuanya (obat bius) full naik. Sudah dibedah lagi. Pasrah. Kalau memang sudah harus mati istilahnya, sudah deh, mati deh. Tahunya saya dengar suara anak saya nangis. Saya pingsan,” lanjutnya.

Usai menjalani operasi, Ratih sempat dirawat selama tiga hari di rumah sakit. Namun, tubuhnya tak bisa digerakkan secara normal, yang ia curigai sebagai efek samping dari bius.

Meski belum pulih, ia memutuskan pulang. Sayangnya, kondisi tubuhnya malah semakin memburuk.

Beberapa bulan kemudian, ia kembali ke rumah sakit dan didiagnosis menderita tuberkulosis tulang.

Dokter menyarankan pemasangan pen, yang kemudian dijalaninya. Namun, alih-alih sembuh, kondisi Ratih justru makin menurun. Pada April 2025, ia dinyatakan lumpuh total.

“Iya April (lumpuh total),” ungkap Ratih.

Sejak saat itu, berat badan Ratih turun drastis dari 48 kilogram menjadi 37 kilogram. Tak hanya kehilangan kemampuan bergerak, Ratih juga harus kehilangan pekerjaannya. Yang lebih menyakitkan, suaminya meninggalkannya di tengah kondisi sulit tersebut.

Kini, Ratih hanya bisa berbaring dan berharap ada pertanggungjawaban dari rumah sakit atas kondisinya.

“Saya minta keadilan buat saya juga anak-anak saya. Kemarin pihak rumah sakit tanggung jawab cuma buat kesehatan saya. Tapi anak-anak saya tidak dilihat,” ujarnya.

Pemerintah Kota Bekasi Bantah Dugaan Malapraktik

Terkait dugaan malapraktik, Wali Kota Bekasi Tri Adhianto menyampaikan bantahan. Ia menegaskan bahwa berdasarkan investigasi yang dilakukan bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), tindakan medis yang dilakukan rumah sakit sudah sesuai prosedur.

“Jadi kalau dianggap malapraktik saya kira tidak terbukti kalau berdasarkan alasan medis dan tahapan yang dilakukan RSUD Kota Bekasi,” kata Tri saat dikonfirmasi.

Keluarga Minta Bantuan Dedi Mulyadi

Melihat kondisi Ratih yang semakin memprihatinkan, sang ibu, Erna Prilia (62), angkat suara.

Ia berharap Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, bisa turun tangan membantu memperjuangkan keadilan untuk putrinya.

“Pak Dedi, saya sebagai orangtua Ratih mohon sekali minta tolong keadilan, untuk anak dan cucu saya. Kita ini orang enggak mampu, tolong minta diperhatikan saja, minta tolong bantuannya,” pinta Erna saat ditemui di kediamannya.

Ia menegaskan bahwa keluarga tidak meminta bantuan dalam bentuk materi. Yang diharapkan hanya keadilan dan kepastian masa depan pendidikan cucu-cucunya.

“Kita pengennya yang wajar saja, minta keadilan, terutama anak-anaknya,” lanjutnya.

Dua dari empat anak Ratih kini terpaksa berhenti sekolah akibat kondisi sang ibu. Anak pertama, Claudra Mutiara (12), batal melanjutkan ke SMP.

Anak keduanya, Reina Kinanti (10), juga harus putus sekolah di kelas dua SD. Bahkan anak ketiga, Muhammad Rayzar (6), terpaksa menunda masuk PAUD.

“Anak saya harus berhenti sekolah, yang besar harusnya masuk SMP, yang kedua harusnya naik kelas tiga, yang kecil mau masuk PAUD, tapi tertunda,” ungkap Ratih.