Miris! Bocah Sukabumi Meninggal Dipenuhi Cacing Gelang, Bagaimana Infeksi Ini Terjadi Pada Anak

Kasus pilu yang menimpa Raya, balita asal Sukabumi, sempat mengguncang publik. Tubuh mungilnya dipenuhi ribuan cacing hingga akhirnya ia mengembuskan napas terakhir. Video yang tersebar memperlihatkan cacing keluar dari hidung, mulut, bahkan berdasarkan hasil CT scan diketahui telur cacing sudah bersarang di otak Raya.
Kondisi itu tidak hanya membuat banyak orang terkejut, tetapi juga menimbulkan pertanyaan bagaimana caranya cacing gelang bisa sampai begitu parah menginfeksi tubuh seorang anak. Menurut penjelasan dokter yang menanganinya, sarang cacing berada di usus, lalu saat kondisi tubuh Raya melemah, cacing dengan mudah bermigrasi ke saluran pernapasan atas.
Apa yang terjadi pada Raya sesungguhnya merupakan gambaran ekstrem dari infeksi cacing gelang atau askariasis yang sebenarnya masih banyak ditemukan di Indonesia, terutama pada anak-anak.
Jalur Infeksi yang Tidak Terlihat
Infeksi cacing gelang terjadi melalui mekanisme yang sering kali tidak disadari orang tua. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan bahwa telur cacing gelang keluar bersama tinja penderita. Jika sanitasi buruk, telur ini dapat mencemari tanah, air, atau permukaan lain yang sering disentuh anak. Dari sinilah penularan bermula.
Anak yang bermain di tanah kemudian lupa mencuci tangan, atau mengonsumsi buah serta sayur yang tidak dicuci bersih, dapat dengan mudah menelan telur cacing gelang. Setelah tertelan, telur tidak serta-merta menjadi cacing dewasa. Menurut CDC – DPDx: Ascariasis, telur menetas di usus kecil dan melepaskan larva.
Larva ini menembus dinding usus, masuk ke pembuluh darah, lalu ikut terbawa aliran darah menuju paru-paru. Di sinilah fase yang sering membuat anak batuk, bahkan kadang disertai dahak bercampur larva cacing. Larva kemudian naik ke tenggorokan, tertelan kembali, dan akhirnya sampai lagi ke usus kecil. Dari sinilah mereka tumbuh menjadi cacing dewasa yang bisa hidup berbulan-bulan dan menghasilkan hingga 200.000 telur setiap hari. Siklus ini berlangsung sekitar dua hingga tiga bulan dari sejak telur pertama kali tertelan.
KidsHealth (Nemours), yang ditinjau oleh dokter anak Dr. Yamini Durani, juga menegaskan hal yang sama. Ia menyebut anak-anak lebih rentan karena perilaku alami anak yang sering memasukkan tangan ke mulut, jajan sembarangan, atau bermain tanpa alas kaki. Kebiasaan sederhana itu ternyata menjadi jalur masuk bagi infeksi yang diam-diam bisa membahayakan.
Dampak pada Anak: Dari Perut Buncit hingga Gangguan Tumbuh Kembang
Infeksi ringan mungkin tidak menimbulkan gejala yang mencolok. Namun, bila jumlah cacing dalam tubuh semakin banyak, dampaknya bisa sangat serius. Anak-anak sering terlihat memiliki perut buncit, bukan karena gemuk, melainkan karena usus dipenuhi cacing. Nafsu makan menurun, berat badan sulit naik, dan mereka tampak lebih mudah lelah.
Menurut CDC, infeksi cacing gelang yang berat dapat menyebabkan malnutrisi, gangguan penyerapan gizi, hingga hambatan tumbuh kembang anak. Bahkan, bila jumlah cacing terlalu banyak, mereka bisa menggumpal dan menyumbat usus. Dalam kasus yang jarang, migrasi cacing juga dapat menimbulkan komplikasi di organ lain, seperti hati, saluran empedu, bahkan paru-paru. Kondisi ini tentu dapat memperparah keadaan anak yang sebelumnya sudah kekurangan gizi atau memiliki penyakit lain.
Kasus Raya menunjukkan bentuk paling fatal dari skenario ini. Cacing tidak hanya menguasai usus, tetapi juga terlihat keluar dari saluran pernapasan atas ketika tubuhnya sudah tidak mampu lagi melawan.
Mengapa Anak Rentan?
Kerentanan anak terhadap infeksi cacing gelang tidak hanya karena perilaku kebersihan, tetapi juga karena sistem kekebalan mereka yang masih berkembang. Di banyak daerah dengan akses sanitasi terbatas, risiko semakin meningkat. Ketika anak jarang mencuci tangan dengan sabun, terbiasa makan tanpa alas, atau mengonsumsi makanan dari lingkungan yang tidak higienis, peluang masuknya telur cacing menjadi lebih besar.
Selain itu, faktor sosial-ekonomi juga berperan. Anak dari keluarga dengan gizi terbatas akan lebih rentan mengalami infeksi berat. Kondisi ini diperparah bila orang tua tidak menyadari tanda-tanda infeksi, sehingga anak baru dibawa ke layanan kesehatan setelah kondisinya parah. Inilah yang tampaknya juga terjadi pada Raya.
Bagaimana Infeksi Cacing Gelang Bisa Berujung Fatal?
- Sumbatan Usus (Intestinal Obstruction)
Menurut World Health Organization (WHO), kumpulan cacing gelang dalam jumlah banyak dapat menggumpal dan menyumbat usus kecil. Kondisi ini bisa menyebabkan perut buncit, muntah, hingga usus pecah (perforasi) yang berakibat kematian jika tidak segera dioperasi. - Komplikasi di Organ Vital
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mencatat bahwa larva cacing gelang bisa bermigrasi ke paru-paru, hati, atau saluran empedu. Bila sampai menyumbat saluran empedu atau pankreas, bisa memicu infeksi serius (cholangitis, pancreatitis) yang mengancam nyawa. - Malnutrisi Berat
Infeksi kronis menyebabkan anak tidak bisa menyerap gizi dengan baik. Dalam jangka panjang, gizi buruk melemahkan daya tahan tubuh sehingga anak mudah terkena penyakit lain. Pada kondisi tertentu, gabungan infeksi cacing dan penyakit lain (seperti TBC pada kasus Raya) memperburuk prognosis hingga bisa berakibat fatal. - Gangguan Pernapasan Akut
Saat cacing bermigrasi ke paru-paru, jumlah besar bisa menimbulkan obstruksi saluran pernapasan. Anak bisa sesak napas, batuk parah, bahkan henti napas.
Pencegahan: Dari Kebiasaan Sederhana hingga Program Massal
Berita tentang Raya seharusnya menjadi alarm bagi banyak keluarga. Infeksi cacing gelang sebenarnya bisa dicegah dengan langkah sederhana. CDC menekankan pentingnya kebersihan tangan seperti mencuci dengan sabun setelah buang air dan sebelum makan. Buah dan sayur harus dicuci bersih atau dikupas sebelum dimakan. Anak-anak juga sebaiknya dibiasakan memakai alas kaki saat bermain di luar rumah.
Selain kebiasaan sehari-hari, World Health Organization (WHO) telah lama merekomendasikan program pemberian obat cacing massal di daerah endemik, terutama bagi anak usia sekolah. Obat cacing yang diminum setiap enam bulan terbukti mampu menurunkan angka infeksi dan mencegah anak jatuh pada kondisi serius.
Orang tua juga perlu memperhatikan gejala awal. Jika anak sering mengeluh sakit perut, batuk berkepanjangan, atau terlihat memiliki perut buncit dan berat badan sulit naik, sebaiknya segera periksa ke dokter. Lebih cepat ditangani, lebih besar kemungkinan anak sembuh total tanpa komplikasi.