Peringati Hari Konstitusi, Waka MPR: Tegakkan Demokrasi di Tengah Pragmatisme Politik

Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, menyerukan pentingnya persatuan bangsa dan penghormatan terhadap konstitusi sebagai fondasi utama dalam membangun Indonesia yang maju.
Pernyataan itu disampaikan Ibas bertepatan dengan peringatan Hari Konstitusi, yang jatuh pada tanggal 18 Agustus setiap tahunnya. Tanggal ini secara resmi ditetapkan sebagai Hari Konstitusi melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 18 Tahun 2008 yang ditandatangani oleh Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Penetapan tersebut menegaskan bahwa lahirnya konstitusi adalah tonggak penting perjalanan bangsa setelah proklamasi kemerdekaan.

Peringatan Hari Konstitusi
Ibas menekankan bahwa kemerdekaan Indonesia bukan hanya soal bebas dari penjajahan, melainkan juga komitmen untuk melanjutkan pembangunan peradaban yang berlandaskan konstitusi.
“Kita bukan sekadar merdeka. Kita ingin melanjutkan pembangunan peradaban dengan konstitusi,” kata Ibas dalam keterangannya, Selasa, 19 Agustus 2025.
Ia mengingatkan bahwa kekuatan sebuah bangsa tidak terletak pada kekuasaan, tetapi pada norma, etika, dan kepatuhan terhadap konstitusi.
"Bangsa ini hidup bukan karena kekuasaan, tapi karena norma yang dipegang, etika kehidupan, dan konstitusi yang dihormati,” lanjut Ibas.
Menurutnya, UUD 1945 bukan sekadar teks hukum, melainkan sumpah kolektif yang lahir dari darah perjuangan dan sarat makna filosofis.
“UUD 1945 bukan sekadar tulisan di atas kertas. Ia adalah sumpah kolektif. Ia adalah jiwa Pancasila yang ditulis dengan darah perjuangan dan mengandung makna filosofis yang mendalam," katanya.
Ibas mengajak seluruh rakyat untuk senantiasa memegang teguh konstitusi, menjaga demokrasi, serta tidak tergoyahkan oleh pragmatisme politik.
“Peganglah teguh konstitusi, tegakkan demokrasi, jangan goyah di tengah pragmatisme politik," ujar dia.
Lebih jauh, ia menegaskan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang berpijak pada jati dirinya, dan konstitusi menjadi titik nyatanya.

Ketua MPR RI, Ahmad Muzani (tengah)
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang berpijak pada jati dirinya. Dan konstitusi itulah titik nyatanya," ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya persatuan bangsa sebagai harga mati, dengan empat pilar kebangsaan sebagai rel yang memandu perjalanan Indonesia menuju kemandirian.
“Persatuan itu harga mati. Dan empat pilar itulah rel yang memandu kita menuju indonesia yang berdikari," katanya.