DeepSeek V3.1 Resmi, Model AI yang Lebih Nyambung dan Akurat

Perusahaan kecerdasan buatan (AI) asal Hangzhou, DeepSeek, resmi meluncurkan model bahasa terbaru bernama DeepSeek V3.1.
Kehadiran model ini semakin memanaskan persaingan global di pasar AI yang saat ini banyak dikuasai oleh perusahaan Amerika Serikat, seperti OpenAI.
DeepSeek V3.1 merupakan pengembangan dari model V3 (rilis Maret 2025) dengan sejumlah peningkatan besar.
Misalnya, model AI ini kini memiliki 685 miliar parameter, menjadikannya salah satu model bahasa terbesar di dunia. Sebagai perbandingan, OpenAI GPT-3 dulu “cuma” punya 175 miliar parameter.
Dengan kapasitas sebesar itu, DeepSeek V3.1 diharapkan bisa lebih pintar dalam menjawab, lebih nyambung dalam percakapan panjang, dan lebih fleksibel dalam berbagai jenis tugas.
Selain itu, DeepSeek V3.1 disebut membawa context window yang lebih panjang. Artinya model ini bisa mengingat dan memahami lebih banyak informasi dalam satu kali percakapan.
Bagi pengguna, hal ini berarti interaksi dengan AI akan terasa lebih nyambung, konsisten, dan akurat, bahkan dalam percakapan panjang.
Tak hanya itu, V3.1 mendukung berbagai format tensor, seperti BF16, F8_E4M3, dan F32. Ini bakal memberi keleluasaan bagi pengembang dan peneliti untuk menyesuaikan kebutuhan teknis.
Saat ini, DeepSeek V3.1 sudah bisa diunduh melalui platform Hugging Face, meskipun layanan API dan inference publiknya belum dirilis.
Ilustrasi logo DeepSeek di ponsel. Apa DeepSeek aman dipakai di Indonesia?
DeepSeek disebut memilih strategi konsolidasi saat mengembangkan V3.1.
Pendekatan ini dilakukan setelah melihat kegagalan model hybrid terdahulu, baik dari pengembangan internal maupun dari rival seperti "Qwen" yang dikembangkan oleh Alibaba Cloud.
Model sebelumnya sempat mengalami penurunan performa saat menggabungkan berbagai kemampuan, tapi DeepSeek kini diklaim berhasil menemukan formula yang lebih stabil.
Masuknya DeepSeek V3.1 ke pasar membuat persaingan dengan model seperti GPT-5 dari OpenAI semakin sengit.
GPT-5 yang juga baru dirilis awal Agustus ini punya mode Fast, Auto, dan Thinking untuk menyesuaikan kebutuhan pengguna. Namun DeepSeek mencoba menantang lewat parameter yang lebih besar dan distribusi terbuka lewat Hugging Face.
Bagi pengguna umum, peningkatan ini bisa membuat percakapan dengan AI terasa lebih alami dan panjang.
Sementara bagi komunitas pengembang, kehadiran V3.1 memperluas pilihan model AI, sekaligus menjadi pesaing langsung beberapa perusahaan besar yang selama ini memimpin pasar.
Tekanan bagi pesaing Barat
Ilustrasi DeepSeek, startup artificial intelligence (AI) asal Tiongkok ini berhasil mencuri perhatian dengan model AI terbarunya, DeepSeek R1. Model AI yang disebut-sebut mampu menyaingi ChatGPT.
Peluncuran DeepSeek V3.1 memperkuat posisi Tiongkok dalam persaingan AI global.Sebelumnya, model DeepSeek R1 sempat membuat kejutan karena mampu mengungguli beberapa model AI dari perusahaan AI pada uji standar, meski dikembangkan dengan biaya yang jauh lebih rendah.
Hal ini menunjukkan perusahaan Tiongkok bisa menjadi penantang serius di industri AI yang selama ini dikuasai pemain Amerika (OpenAI, Google, Meta, dkk).
Kini, para penggemar teknologi masih menunggu rilis DeepSeek R2, penerus dari R1 yang sempat menuai pujian.
Namun, peluncurannya disebut tertunda karena CEO DeepSeek, Liang Wenfeng, dikenal perfeksionis dan ingin memastikan kualitas produk benar-benar matang, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari VentureBeat, Rabu (20/8/2025).
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!