Tolak Tawaran Jadi Wagub dan Menteri, Prilly Latuconsina: Kita Pakai Duit...

Prilly Latuconsina
Prilly Latuconsina

 Dunia hiburan Tanah Air kembali diramaikan oleh pengakuan mengejutkan dari aktris Prilly Latuconsina, yang baru-baru ini mengungkapkan sikapnya terhadap tawaran posisi politik bergengsi. 

Setelah sebelumnya mengaku pernah dihubungi untuk menjadi calon Wakil Gubernur, kini Prilly menghadapi spekulasi baru mengenai kemungkinan dirinya menduduki jabatan Menteri atau Wakil Menteri Pendidikan. 

Banyak yang penasaran, apakah bintang film dan sinetron ini benar-benar menolak peluang emas tersebut, atau ada alasan lebih dalam yang melatarbelakangi keputusannya.

Prilly, yang dikenal sebagai sosok multitalenta dengan karir cemerlang di industri hiburan sekaligus sebagai dosen praktisi, menekankan bahwa keputusan untuk menerima atau menolak tawaran politik bukanlah soal prestise jabatan semata. 

Baginya, yang terpenting adalah kemampuan pribadi untuk menangani tanggung jawab yang menyertainya. Ia menjelaskan bahwa setiap posisi di pemerintahan memiliki potensi untuk menciptakan perubahan signifikan, sehingga ia selalu memprioritaskan evaluasi diri sebelum melangkah lebih jauh.

"Sebenarnya kalau aku ketika aku menerima tawaran itu, aku tuh enggak ngelihat posisi apa yang ditawarkan ke aku, karena semua posisi itu bisa memberikan dampak. Aku melihat aku capable atau enggak sih, aku mampu atau enggak," kata Prilly Latuconsina, mengutip tayangan YouTube, Rabu 3 September 2025.

Lebih lanjut, Prilly menyadari betapa beratnya beban seorang pemimpin publik. Menurutnya, peran tersebut melibatkan pembuatan keputusan strategis yang memengaruhi kehidupan masyarakat luas, termasuk pengelolaan dana negara yang bersumber dari kontribusi rakyat. 

Hal ini membuatnya berpikir dua kali, karena kegagalan dalam menjalankan amanah bisa berdampak buruk bagi banyak pihak. 

"Karena untuk menjadi pejabat publik, itu kan tanggung jawabnya besar banget ya. Kita harus membuat kebijakan untuk satu negara ini, anggaran itu duit rakyat yang kita pakai itu duit rakyat, jadi tanggung jawabnya tuh gak mudah," imbuhnya.

Proses introspeksi diri menjadi kunci bagi Prilly dalam menghadapi tawaran semacam ini. Ia selalu bertanya pada hati nuraninya apakah ia benar-benar siap menghadapi tantangan tersebut. 

"Makanya ketika aku ditawarin, aku tanya ke diri aku sendiri tuh aku mampu enggak di posisi ini," ujar Prilly. 

Saat ini, ia merasa lebih efektif berkontribusi di bidang pendidikan melalui cara yang lebih langsung dan pribadi, seperti menjadi pengajar di kampus atau mengunjungi berbagai daerah terpencil untuk berbagi ilmu. Pendekatan ini dirasakannya lebih sesuai dengan passion-nya daripada terjun ke arena politik yang penuh intrik.

"Kalau sekarang ini aku lebih nyaman bermanfaat di hal lain, seperti dosen gitu ya atau aku keliling desa-desa untuk mengajar daripada untuk ke situ (terjun politik) dulu sih," jawab Prilly.

Selain itu, faktor kesiapan psikologis juga menjadi pertimbangan utama. Prilly mengakui ketidakpengetahuannya tentang seluk-beluk dunia politik yang sering kali rumit dan tak terlihat oleh publik. 

Ia tak ingin mengambil risiko yang bisa merugikan masyarakat atau menodai kepercayaan yang telah diberikan kepadanya sebagai figur publik. Apalagi, untuk segala proses di pemerintahan Prilly Latuconsina kemungkinan akan memakai uang rakyat. Ia pun khawatir tidak bisa menjalani amanah itu dengan baik.

"Aku enggak pernah tahu kondisi politik di balik layar, apakah mentalku siap menghadapi itu. Karena kita punya tanggung jawab yang besar, aku gak mau merugikan rakyat atau orang-orang yang udah percaya sama aku," tutur Prilly Latuconsina.

Pengakuan ini tak hanya menunjukkan kedewasaan Prilly dalam memilih jalan karir, tetapi juga memicu spekulasi di kalangan publik. Penolakan ini dinilai  bisa jadi strategi untuk membangun citra sebagai selebriti yang rendah hati, sementara yang lain melihatnya sebagai bukti komitmennya terhadap pendidikan non-formal.