Harga Sewa Kios Mahal, Pedagang Kuliner di District Blok M Ramai-ramai Angkat Kaki

Blok M Hub, Plaza 2 Mal Blok M, Pedagang Kuliner District Blok M ramai-ramai angkat kaki, District Blok M, Harga Sewa Kios Mahal, Pedagang Kuliner di District Blok M Ramai-ramai Angkat Kaki

Mayoritas pedagang kuliner sepakat ramai-ramai angkat kaki dari di Plaza 2 Blok M atau dikenal District Blok M.

Mereka jengah dengan naiknya biaya sewa kios secara sepihak dan di luar nalar.

Selain itu, mereka juga kecewa lantaran kios District Blok M yang telah diperbaiki dan dipromosikan secara swadaya itu mengalami ketidakjelasan tarif sewa dan pengelolaan.

Pemilik usaha kuliner Pao Tiam di District Blok M, Tryan Rasheed (26) adalah salah satu pedagang yang angkat kaki dari District Blok M. 

Tryan mengaku kenaikan biaya sewa yang naik drastis disebabkan oleh oknum pihak ketiga yaitu koperasi pedagang.

"Betul, kami (pedagang kuliner di District Blok M) serentak angkat kaki. Persisnya sekitar 28 tenant angkat kaki dikarenakan biaya sewa yang naik drastis dikarenakan oknum pihak ketiga," ujar Tryan saat dihubungi Kompas.com, Rabu (3/9/2025) sore.

Tryan mengatakan, awal mula harga sewa per kios berukuran 1,5 meter x 2 meter yang dibayarkan kepada pihak ketiga yaitu Rp 2 juta per bulan. Sementara itu, harga sewa per kios dengan ukuran yang sama tetapi berada di hook Rp 2,5 juta.

"Nah, kami melakukan pembayaran nih, Rp 2 juta atau Rp 2,5 juta perhitungan untuk satu kios tersebut. Pembayaran tuh berjalan dari Januari sampai di bulan Mei," kata Tryan.

Polemik harga sewa bermula pada bulan Juni. Tryan mengatakan, pihak MRT selaku pengelola kawasan District Blok M memutus operasional listrik sehingga pedagang tak bisa berjualan pada awal bulan Juni.

"Masalahnya adalah ternyata yang kami bayarkan Rp 2 juta per kios selama lima bulan tersebut,  dari Januari sampai Mei, itu ternyata tidak dibayarkan oknum koperasi kepada pihak pengelola yang lain, yaitu pihak MRT. Pihak MRT tidak menerima sepeser pun uang sewa dari pedagang," kata Tryan.

Para pedagang pun kembali ditagih uang sewa kios selama Januari-Mei oleh PT. MRT sebesar Rp 1,5 juta imbas polemik itu. Para pedagang, termasuk Tryan, akhirnya menyepakati besaran uang sewa ke depannya dengan catatan biayanya Rp 300.000 per bulan.

Bulan Juni, lanjut Tryan, para pedagang bisa membayarkan sewa kios Rp 300.000. Bulan Juli, tak ada tagihan yang dibebankan membuat para pedagang bingung.

Kisruh biaya sewa kios yang membuat lelah pedagang kembali berlanjut. Biaya kios kembali naik tanpa kesepakatan yaitu Rp 3,6 juta per kios yang tak berada di hook dan Rp 4,1 juta untuk per kios yang berada di hook pada bulan Agustus.

"Itu tagihan langsung dua bulan untuk pembayaran Juli dan Agustus. Jadi misalkan seperti saya nih, Rp 3,6 juta nih per bulan. Nah, langsung ditarik, langsung ditagihin dua bulan, sekitar Rp 7,2 juta," katanya.

"Ternyata ditagih di Agustus dengan harga yang tiba-tiba sudah naik, tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu, tanpa ada istilahnya, sosialisasi," ujar Tryan.

Ketidakjelasan itu membuat Tryan akhirnya sepakat untuk angkat kaki. Ia berharap pengelolaan District Blok M lebih profesional dan tanpa pihak ketiga.

"Jadi kami berharap mungkin District Blok M bisa dikembalikan ke pengelola resmi seperti itu.

Tidak ada lagi pihak-pihak ketiga seperti itu.Tidak ada lagi perantara-perantara. Jadi kalau ada kenaikan, kenaikan itu dari pengelola resmi. Dan tentu kami ingin kalau tidak ada kenaikan, kenaikannya yang wajar dan disertai hak-hak yang bisa kami dapatkan," tambah Tryan.

Hingga berita ini ditulis, Kompas.com masih berupaya menghubungi Humas MRT Jakarta untuk meminta keterangan dari Humas MRT Jakarta terkait polemik pengelolaan kios District Blok M tersebut. Namun, pertanyaan Kompas.com belum dijawab.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com.