Misterius Banget, ini Sosok Kim Ju-ae, Anak Pemimpin Korea Utara yang Disebut Calon Penerus

Misterius Banget, ini Sosok Kim Ju-ae, Anak Pemimpin Korea Utara yang Disebut Calon Penerus

gadis muda berpenampilan rapi ikut turun dari kereta lapis baja, mendampingi Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam pertemuan multilateral di China, Rabu (3/9). Meski kehadiran Jong-un dalam pertemuan multilateral pertamanya dalam 45 tahun sudah pasti menarik perhatian, kehadiran gadis itu mengalihkan sorotan. Gadis itu ialah Kim Ju-ae, anak sang Pemimpin Korea Utara.

Menurut badan intelijen Korea Selatan, dilansir BBC, Ju-ae ialah kandidat penerus ayahnya yang paling mungkin. Namun, detail tentang dirinya, termasuk usia pastinya, masih samar. Misterius banget.

Selama beberapa tahun, Ju-ae diyakini sebagai anak kedua Jong-un. Pemimpin Korut itu disebut punya tiga anak dari istrinya, Ri Sol-ju. Meski demikian, jumlah pasti dan urutan kelahiran anak-anak Jong-un tidak jelas karena ia sangat tertutup soal keluarganya. Ia bahkan baru memperkenalkan istrinya ke publik setelah lama menikah.

Ju-ae ialah satu-satunya anak yang keberadaannya telah dikonfirmasi kepemimpinan Korea Utara. Tidak ada anak lain yang pernah muncul di hadapan publik. Kabar keberadaan Ju Ae pertama kali muncul dari sumber yang tak terduga: pemain basket Dennis Rodman. Pada 2013, Rodman mengatakan kepada The Guardian bahwa ia pernah menggendong bayi Ju-ae dalam kunjungannya ke negara tertutup itu.

Setelah itu, hampir tidak ada kabar tentangnya hingga November 2022. Ketika itu, ia muncul bersama ayahnya saat peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM). Pada Februari 2023, ia muncul di perangko dan menghadiri jamuan makan untuk pejabat tinggi, dijuluki sebagai ‘putri terhormat’ Kim Jong-un.

Pemberian julukan itu memantik spekulasi Ju-ae sebagai penerus. Sifat ‘terhormat’ (respected) hanya digunakan untuk tokoh paling disegani di Korea Utara. Dalam kasus ayahnya, ia baru disebut sebagai ‘Kamerad Terhormat’ setelah statusnya sebagai pemimpin masa depan dikukuhkan.

Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) saat itu memberikan sedikit detail tambahan tentang gadis kecil tersebut. Menurut kantor berita AP, ia gemar berkuda, ski, dan berenang, serta mendapat pendidikan di rumah di Pyongyang. Usianya diperkirakan sekitar 10 tahun.

Pada Januari 2024, NIS menyimpulkan bahwa gadis itu ialah penerus paling mungkin Jong-un. Meski begitu, NIS menekankan masih ada banyak variabel, terutama karena usia Jong-un sendiri yang masih relatif muda.

Sejak saat itu, Ju-ae sering terlihat mendampingi ayahnya. Ia berdiri di sampingnya pada peluncuran ICBM dan parade militer, bahkan tampil sebagai pusat perhatian serta menerima salut militer dari para komandan senior.

Namun, kehadirannya di Beijing, China, menjadi debutnya di luar Korea Utara. Perjalanan ini mungkin akan semakin memicu spekulasi bahwa ia akan menggantikan ayahnya.

Pelatihan Suksesi di Usia Muda

Keluarga Kim, yang telah memimpin Korea Utara sejak 1948, mengajarkan kepada rakyat bahwa mereka berasal dari ‘darah suci’ sehingga hanya merekalah yang berhak memimpin negara.

Wakil Presiden Sejong Institute Cheong Seong-chang, dikutip The Korea Times, mengatakan foto yang menunjukkan Ju-ae berdiri tepat di belakang Jong-un saat disambut di Beijing menandakan ia diperlakukan sebagai penguasa de facto berikutnya Korea Utara.

“Keputusan Kim Jong-un membawa Ju-ae ke China mengirim pesan kuat bahwa ia ialah penerus yang dimaksudkan, sekaligus menandai dimulainya pelatihan diplomasi berskala penuh,” kata Seong-chang.

Ia mencatat mantan pemimpin Korea Utara Kim Jong-il menyebut putranya, kala itu baru berusia 8 tahun, sebagai penerus. Namun, Jong-un lebih banyak diisolasi dan jarang mendapat kesempatan pengalaman diplomatik hingga 2018, ketika ia mulai menggelar pertemuan puncak dengan pemimpin China, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

“Kim Jong-un tampaknya bertekad untuk tidak menurunkan pengalaman pahit yang sama kepada Ju-ae. Dengan membawanya ke China sejak dini, ia menunjukkan niat kuat untuk mengenalkannya kepada diplomasi dan memberikan pelatihan langsung,” kata Seong-chang.

Senada, profesor studi Korea Utara di Ewha Womans University Park Won-gon sependapat dengan prospek Ju-ae semakin menguat dengan kunjungan ke Beijing. “Setidaknya, ini menunjukkan bahwa China telah memberikan persetujuan diam-diam terhadap transfer kekuasaan turun-temurun generasi keempat,” katanya.

Namun, Won-gon menambahkan bahwa Ju-ae masih menghadapi hambatan besar. “Dalam proses suksesi sebelumnya, ahli waris harus membuktikan kepemimpinan militer. Dalam konteks itu, gendernya di masyarakat yang sangat patriarkat dan usianya yang masih 13 tahun bisa menjadi tantangan signifikan,” ujarnya.

Namun, ada spekulasi bahwa Jong-un memperkenalkan putrinya pada momen ini untuk mencoba mengatasi prasangka dalam masyarakat patriarkal yang sangat kental di Korea Utara, yang belum pernah dipimpin seorang perempuan.

Meski begitu, sebagian pakar mengingatkan, meski Ju-ae jelas sedang menjalani pelatihan suksesi, belum bisa dipastikan apakah ia sudah dikonfirmasi secara formal sebagai penerus.

Profesor emeritus di University of North Korean Studies Yang Moo-jin mengatakan Ju-ae perlu secara eksplisit disebut dalam media pemerintah seperti Rodong Sinmun, bukan sekadar disebut samar sebagai ‘putri tercinta’, agar statusnya sebagai penerus dapat dipastikan. Ia juga menambahkan bahwa kultus kepribadian harus dibangun di sekitarnya.

“Untuk secara resmi dinamai sebagai penerus, seseorang harus berusia setidaknya 20 tahun dan memegang jabatan resmi. Ju-ae masih terlalu muda dan saat ini tengah menjalani pelatihan suksesi. Bisa jadi ada banyak rintangan di depan, dan menyebutnya penerus pasti pada tahap ini terlalu dini,” jelasnya.(dwi)