Kecelakaan Truk Ciawi: Apakah Regulasi Kurang Ketat?

Kecelakaan Truk di Gerbang Tol Ciawi Menjadi Sorotan Publik
JAKARTA, KOMPAS.com – Kecelakaan truk di Gerbang Tol (GT) Ciawi kembali menjadi perhatian masyarakat setelah insiden terbaru yang terjadi pada 4 September 2025.
Dalam setahun terakhir, tercatat tiga kecelakaan serupa yang terjadi di lokasi yang sama.
Gerbang Tol Ciawi 2 menjadi tempat kejadian kecelakaan maut yang melibatkan truk air mineral dengan beberapa kendaraan
Kejadian ini menunjukkan betapa rentannya sistem transportasi barang di Indonesia dan mengundang banyak pertanyaan mengenai solusi yang seharusnya diterapkan.
Solusi Kecelakaan Truk Tidak Hanya Bergantung pada Infrastruktur
Pengamat transportasi dan akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno, menegaskan bahwa solusi untuk persoalan ini tidak dapat hanya berfokus pada perbaikan infrastruktur.
Warga mengamati truk yang mengalami kecelakaan di Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (21/12/2023). Penyebab kecelakaan truk tersebut masih dalam penyelidikan pihak berwajib.
Menurutnya, akar masalahnya terletak pada regulasi angkutan barang yang belum diterapkan dengan tegas.
Ia juga menyatakan bahwa Jasa Marga, selaku pengelola jalan, bukanlah pihak yang bertanggung jawab dalam penentuan kebijakan angkutan barang. “Yang harus dibereskan itu regulasinya,” tambah Djoko kepada Kompas.com.
Tiga Usulan untuk Meningkatkan Keselamatan Transportasi
Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah bersama dinas perhubungan setempat, kepolisian, TNI, Polri dan instansi terkait, melakukan razia kendaraan muatan Over Dimension Over Loading (ODOL) di Magelang, Kamis (15/5/2025).
Sebagai Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko memberikan tiga usulan utama untuk mengatasi masalah ini.
Pertama, ia menekankan perlunya segera menyelesaikan masalah overload atau kelebihan muatan (odol).
Kedua, kesejahteraan dan perlindungan sopir harus menjadi perhatian, termasuk dalam hal standar upah, perlindungan hukum, dan kesehatan.
Ketiga, ia menyerukan evaluasi menyeluruh terhadap regulasi angkutan barang.
“Alhamdulillah, usulan itu sudah diterima di tingkat pembahasan. Tinggal bagaimana implementasinya,” ucap Djoko optimis.
Permintaan Regulasi yang Jelas untuk Pengawasan yang Efektif
Djoko menyoroti bahwa saat ini pemerintah memiliki kendali untuk memperbaiki sistem angkutan barang.
Namun, ia menunjukkan bahwa dasar pijakan yang jelas untuk tindakan tersebut belum ada. “Sebenarnya, dasar pijakan harus jelas dulu, misalnya lewat peraturan presiden (perpres). Kalau tidak ada pijakan, ya susah,” ujarnya.
Ia juga mengkritisi pemangkasan anggaran keselamatan yang berdampak pada fungsi pengawasan yang tidak berjalan optimal. “Masa pengawasan hanya online? Bagaimana bisa efektif?” tanya Djoko retoris.
Lebih lanjut, ia mengkritik arah kebijakan anggaran yang dinilai tidak tepat sasaran. “Keselamatan publik seharusnya menjadi prioritas, bukan dikalahkan oleh program-program populis,” ungkapnya.
Ilustrasi Gerbang Tol Ciawi 2
Harapan untuk Langkah Konkret dari Pemerintah
Dengan banyaknya kasus kecelakaan truk di GT Ciawi, Djoko berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret. “Tanpa perubahan regulasi dan pengawasan yang kuat, korban di jalan raya hanya akan terus bertambah,” tegasnya.
Kecelakaan truk di Gerbang Tol Ciawi bukan hanya sekadar insiden biasa, tetapi sebuah panggilan untuk meningkatkan keselamatan transportasi di Indonesia.
Upaya untuk memperbaiki sistem ini memerlukan kolaborasi dan komitmen dari semua pihak agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com.