Apa Alasan Ogoh-ogoh Harus Dibakar Setelah Diarak?

Sehari sebelum melaksanakan Hari Raya Nyepi, umat Hindu mengadakan pawai ogoh-ogoh sebagai bagian dalam upacara Tawur Kesanga.
Ogoh-ogoh merupakan boneka raksasa dari bubur kertas dan rangka bambu yang menggambarkan sifat buruk manusia.
Setelah diarak dalam festival, saat akhir pawai, ogoh-ogoh akan dibakar.
Lantas, apa alasan ogoh-ogoh dibakar sebelum Nyepi?
Alasan ogoh-ogoh harus dibakar
Dikutip dari (3/3/2022) ogoh-ogoh sengaja dibuat mirip dengan bhuta atau raksasa kala menyesuaikan makna di Hari Ngrupuk yakni mengusir roh jahat.
Upacara ini simbol menetralkan semua kekuatan jahat dari pengaruh negatif bhuta kala, makhluk tak kasat mata yang jahat.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan, Ogoh-ogoh yang dibakar itu tak sekadar dibakar saja.
Namun, memiliki makna dan harapan agar dunia kembali bersih dan bebas dari segala gangguan makhluk maupun roh jahat.
Sementara itu, dikutip dari laman Kompas.id, Guru Besar Sosiologi Agama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Suka Arjawa mengatakan, pembakaran ogoh-ogoh dilakukan sebagai simbol keberhasilan manusia terbebas dari pengaruh jahat baik dalam diri maupun lingkungan.
Pembakaran ogoh-ogoh menimbulkan semacam kepercayaan diri pada manusia bahwa kejahatan sudah dapat dikalahkan.
Hal ini kemudian menebalkan keyakinan tentang kebersihan lingkungan dan kebersihan diri.
Meski demikian, menurutnya ogoh-ogoh sesungguhnya hanya simbolitas belaka, sebuah hasil kesepakatan sosial.
Oleh sebab itu, ogoh-ogoh sebenarnya tak harus berwujud besar, dan tidak apa-apa jika tidak dibuat.
Dikutip dari (2/3/2022) Ogoh-ogoh berasal dari sebutan ogah-ogah, dalam bahasa Bali yang berarti digoyang-goyangkan.
Sejak presiden memutuskan Hari Raya Nyepi menjadi libur nasional pada tahun 1983, ogoh-ogoh menjadi bagian perayaan menjelang Hari Raya Nyepi.