Konflik di Timur Tengah Lahirkan Seri Lukisan 'The Deal of Century': Doa Agar Imajinasi Perdamaian Tercipta

Sastrawan dan pelukis Indonesia, Denny JA melahirkan serial lukisan perdamaian yang diberi judul The Deal of Century merespons panasnya perang antara Israel dengan Iran. Terlebih lagi negara Amerika Serikat ikut terlibat dalam perang tersebut.
"lukisan ini sekaligus doa agar imajinasi perdamaian tercipta," ujar Denny dalam keterangannya, Senin (23/6).
Bukan sekadar lukisan. Ia menawarkan sebuah genre baru yang digagasnya sendiri: Imajinasi Nusantara. Empat tokoh dunia hadir dalam kanvas: Donald Trump (AS), Benyamin Netanyahu (Israel), Ayatollah Ali Khamenei (Iran), dan Mahmoud Abbas (Palestina).
Dalam lukisan itu, ucap Denny, mereka berdiri dengan ekspresi khas, mengenakan batik Nusantara yang memesona. Di belakang mereka merpati membawa ranting zaitun, jet tempur yang berhenti di langit, bola dunia dan ada yang bergambar mikrofon perdamaian.
Dalam narasi imajiner itu, keempat tokoh menandatangani perjanjian bersejarah dan dianugerahi Nobel Perdamaian.
Namun Denny JA tak berhenti hanya pada pesan damai. Ia memperkenalkan sesuatu yang lebih besar yaitu genre lukisan baru yang disebutnya sebagai Imajinasi Nusantara.
Jika dalam sastra Denny JA dikenal sebagai pencetus puisi esai, maka dalam seni rupa ia kini memperkenalkan genre Imajinasi Nusantara sebuah pendekatan lukisan yang belum pernah ada sebelumnya.
Genre ini lahir dari tiga elemen utama. Pertama batik sebagai representasi budaya Nusantara, dikenakan para tokoh dengan corak mencolok dan sangat detail. Batik bukan sekadar dekorasi, tapi menjadi simbol identitas, harmoni, dan spiritualitas lokal.
Lalu, figur manusia yang dilukis secara realistis dan proporsional, dengan wajah yang kuat secara ekspresif, tubuh yang utuh secara anatomis, dan emosi yang disampaikan secara lembut namun dalam.
Latar belakang yang imajinatif dan surealis, dengan langit tak biasa, burung-burung simbolik, awan yang bermakna, kabut yang menyiratkan harapan, serta benda-benda melayang yang menyuarakan semesta batin dan spiritualitas.
Berbeda dari realisme murni yang meniru dunia apa adanya, atau surrealisme murni yang membebaskan bentuk tanpa batas, Imajinasi Nusantara menggabungkan realisme tubuh dan surrealisme lingkungan dengan akar budaya Indonesia.
Di dunia Barat, dikenal Impresionisme lahir di Prancis, Kubisme dari Picasso, Ekspresionisme dari Jerman, dan Abstrak dari Kandinsky. Kini, dari Indonesia, muncul genre baru yang menyatukan estetika lokal dan visi global: Imajinasi Nusantara.
"Ini bukan genre eksotik yang hanya berlaku lokal. Dengan tokoh dunia seperti Trump dan Netanyahu memakai batik, genre ini menjadi medium diplomasi kultural. Lukisan menjadi pernyataan," ucapnya. (Asp)