Proyek Kota Futuristik Akon "Wakanda" di Senegal Resmi Dibatalkan

Proyek ambisius senilai 6 miliar dolar AS yang dirancang oleh penyanyi Akon untuk membangun kota futuristik di Senegal resmi dibatalkan.
Kabar ini dikonfirmasi oleh Serigne Mamadou Mboup, kepala badan pengembangan pariwisata Senegal, Sapco, kepada BBC.
“Proyek Akon City tidak lagi ada,” kata Mboup dilansir dari BBC (5/7/2025).
Meski begitu, telah dicapai kesepakatan baru antara Sapco dan pengusaha Alioune Badara Thiam [nama asli Akon]. Apa yang sedang disiapkan sekarang adalah proyek yang lebih realistis.
Wakanda yang tak pernah terwujud
Akon, yang dikenal lewat deretan lagu hits pada awal 2000-an dan lahir di Amerika Serikat namun dibesarkan sebagian di Senegal, mengumumkan dua proyek besar pada tahun 2018.
Salah satunya adalah Akon City, kota masa depan yang dirancang untuk berjalan dengan energi terbarukan dan menggunakan mata uang kripto ciptaannya, Akoin.
Desain awal kota ini menampilkan gedung-gedung pencakar langit berarsitektur futuristik dan sering dibandingkan dan digadang-gadang setara dengan kota fiksi Wakanda dari film Black Panther.
Proyek ini dijanjikan akan dilengkapi fasilitas lengkap seperti rumah sakit, sekolah, pusat perbelanjaan, pembangkit listrik tenaga surya, dan lain sebagainya. Semua dijadwalkan rampung pada akhir 2023.
Namun setelah lima tahun, lahan seluas 800 hektar di Mbodiène, sekitar 100 km dari ibu kota Dakar, tetap kosong.
satunya bangunan yang berdiri hanyalah gedung resepsionis yang belum selesai. Tidak ada jalan, perumahan, atau jaringan listrik yang dibangun.
“Kami dijanjikan pekerjaan dan pembangunan,” keluh seorang warga lokal kepada BBC. “Tapi nyatanya, tidak ada yang berubah.”
Masalah dana, legalitas, dan akoin
Akoin, mata uang kripto yang sedianya menjadi sistem pembayaran utama di kota ini, juga mengalami banyak masalah.
Akon sendiri mengakui bahwa proyek kripto tersebut tidak dikelola dengan baik dan ia bertanggung jawab penuh atas kegagalan itu.
Selain itu, legalitas penggunaan Akoin di Senegal pun dipertanyakan, karena negara tersebut menggunakan mata uang resmi CFA franc yang dikontrol oleh Bank Sentral Negara-Negara Afrika Barat (BCEAO).
Seperti banyak bank sentral lainnya, BCEAO menyatakan penolakan terhadap penggunaan mata uang kripto sebagai alat pembayaran sah.