Mengapa Rusia Tak Sepenuhnya Membela Iran saat Diserang Israel dan AS? Ini Alasannya

Mengapa Rusia Tak Sepenuhnya Membela Iran, 1. Rusia Lebih Mengutamakan Strategi Global, 2. Rusia Punya Hubungan Khusus dengan Israel, 3. Rusia Fokus ke Ukraina dan Tekanan Ekonomi, 4. Risiko Perang Regional Sangat Besar, 5. Rusia dan Iran Bukan Sekutu Formal, 6. Prioritas Rusia Bukan Iran, 7. Rusia Menjaga Citra Internasional
Mengapa Rusia Tak Sepenuhnya Membela Iran

Di tengah memanasnya konflik di Timur Tengah, publik dunia banyak yang bertanya-tanya: mengapa Rusia tidak bantu penuh Iran saat negara tersebut mendapat tekanan militer dari Israel dan Amerika Serikat? Padahal, kedua negara ini dikenal cukup dekat dalam berbagai kerja sama strategis, terutama di Suriah.

Namun, jika ditelusuri lebih dalam, keputusan Rusia ini bukan tanpa alasan. Ada banyak pertimbangan geopolitik dan strategi jangka panjang yang membuat Moskow bersikap hati-hati. Berikut ini adalah penjelasan lengkapnya dalam bahasa yang mudah dipahami.

1. Rusia Lebih Mengutamakan Strategi Global

Pertama, penting untuk memahami bahwa Rusia selalu bertindak berdasarkan kalkulasi geopolitik yang rumit. Negara ini tidak ingin terjebak dalam konflik terbuka yang bisa memperkeruh hubungannya dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Meski mendukung Iran secara teknis dan diplomatis, Rusia cenderung menjaga jarak agar tidak dicap sebagai agresor yang menentang langsung kepentingan Barat.

2. Rusia Punya Hubungan Khusus dengan Israel

Fakta menarik lainnya adalah bahwa Rusia dan Israel memiliki hubungan militer dan diplomatik yang cukup solid. Di Suriah, keduanya bahkan melakukan koordinasi militer untuk menghindari benturan langsung.

Rusia secara tidak langsung mengizinkan Israel untuk menargetkan pasukan Iran di Suriah selama tidak mengganggu kepentingan atau pasukan Rusia. Oleh karena itu, membela Iran secara frontal bisa merusak hubungan strategis ini.

3. Rusia Fokus ke Ukraina dan Tekanan Ekonomi

Sejak invasi ke Ukraina, Rusia menghadapi gelombang sanksi internasional yang sangat berat. Dalam kondisi tersebut, Moskow harus fokus pada sumber daya dalam negeri dan perang berkepanjangan di Eropa Timur.

Membuka front baru di Timur Tengah, apalagi membantu Iran melawan kekuatan besar seperti AS dan Israel, jelas akan menambah beban yang tidak ringan. Rusia memilih untuk tidak memecah konsentrasi dan logistik militernya.

4. Risiko Perang Regional Sangat Besar

Konflik antara Iran dan Israel—terlebih jika disusul keterlibatan Amerika—berpotensi meluas menjadi perang regionalyang bisa menyeret banyak negara lain.

Rusia sangat menyadari bahaya ini. Terlibat secara langsung bisa mempercepat eskalasi menuju konflik besar, bahkan membuka peluang perang global baru. Maka dari itu, mereka lebih memilih pendekatan "tunggu dan lihat" sambil menjaga pengaruh diplomatik di kawasan.

5. Rusia dan Iran Bukan Sekutu Formal

Meski sering bekerja sama, Rusia dan Iran tidak terikat dalam aliansi militer resmi seperti NATO. Hubungan mereka lebih bersifat taktis dan transaksional, bukan perjanjian pertahanan mutual.

Rusia memang menjual senjata dan teknologi militer ke Iran, serta mendukung di forum internasional. Namun, tidak ada komitmen untuk turun tangan secara militer jika Iran diserang.

6. Prioritas Rusia Bukan Iran

Secara geopolitik, Rusia lebih memprioritaskan kawasan seperti Ukraina, Kaukasus, dan Asia Tengah. Meskipun Iran adalah mitra penting, kawasan Timur Tengah bukan fokus utama strategi luar negeri Rusia saat ini.

Dalam pandangan Moskow, terlibat terlalu jauh di konflik Iran hanya akan merusak stabilitas internal dan regionalnya sendiri.

7. Rusia Menjaga Citra Internasional

Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Rusia juga ingin mempertahankan citranya sebagai kekuatan dunia yang mendorong penyelesaian damai. Terlalu terbuka dalam mendukung Iran secara militer dapat merusak posisi Rusia di mata internasional, terutama di negara-negara yang netral atau belum berpihak.


Hubungan yang Lebih Realistis daripada Ideologis

Dari semua penjelasan di atas, tampak jelas bahwa Rusia tidak bantu penuh Iran bukan karena pengkhianatan, melainkan karena strategi global yang jauh lebih luas. Hubungan antara kedua negara ini lebih bersifat realistis dan pragmatis ketimbang ideologis.

Rusia hanya akan bertindak jika hal itu menguntungkan kepentingan nasionalnya secara langsung. Maka tak heran, saat Iran diserang, Moskow memilih diam dan mengamati sambil tetap menjaga komunikasi dengan semua pihak.

Dalam politik global, tak ada sahabat sejati, yang ada hanyalah kepentingan abadi. Dan itulah prinsip yang dipegang erat oleh Rusia dalam menghadapi konflik apa pun, termasuk saat Iran berada di bawah tekanan.