Berkaca pada Tsunami Jepang, Waspadai 4 Tanda-Tanda Tsunami yang Bisa Dilihat Kasat Mata!

Tsunami sering datang tiba-tiba, menyapu pantai hanya dalam hitungan menit setelah gempa. Sistem peringatan dini memang ada, tetapi tidak semua wilayah memiliki akses terhadap teknologi tersebut. Uniknya, ada fenomena yang kerap terjadi seperti hewan-hewan tampak “tahu” lebih dulu sebelum bencana datang.
Mereka berlari ke tempat tinggi, meninggalkan pantai, atau terlihat gelisah. Selain itu, ada pula tanda-tanda alam yang sering muncul sebelum tsunami. Apakah ini hanya kebetulan atau memang alam memberi sinyalnya sendiri?
Artikel ini akan membahas perilaku hewan dan tanda-tanda alam yang bisa menjadi peringatan dini tsunami, lengkap dengan pandangan ilmuwan internasional.
Hewan Selamat di Tsunami Samudra Hindia 2004
Tsunami Samudra Hindia pada 26 Desember 2004 menjadi bukti nyata fenomena ini. Di Sri Lanka, banyak laporan yang menyebutkan gajah, anjing, burung flamingo, dan kelelawar bergerak menjauh dari pantai sebelum tsunami datang. Anjing-anjing menolak berjalan ke arah laut meski biasanya bersemangat, dan kelelawar meninggalkan gua mereka dalam jumlah besar.
Di Thailand, gajah-gajah yang digunakan untuk atraksi wisata tiba-tiba gelisah dan membawa wisatawan ke dataran tinggi. Aksi ini tanpa sengaja menyelamatkan banyak nyawa. Fenomena ini menunjukkan adanya kepekaan luar biasa pada hewan terhadap perubahan lingkungan yang tidak kita sadari.
Tanda Alam yang Bisa Muncul Sebelum Tsunami
Selain perilaku hewan, ada tanda-tanda alam yang dapat diperhatikan masyarakat pesisir sebagai peringatan dini:
- Air laut mendadak surut jauh ke tengah
Laut yang tiba-tiba surut hingga meninggalkan dasar pantai yang biasanya tak terlihat adalah tanda klasik tsunami. Fenomena ini terjadi karena gelombang besar sedang terbentuk di tengah laut. - Suara gemuruh keras dari arah laut
Banyak saksi mata melaporkan mendengar suara mirip “deru kereta” dari laut sebelum tsunami datang. Suara ini berasal dari gelombang yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi. - Getaran gempa kuat dan lama
Jika terjadi gempa yang terasa lebih dari 20 detik di wilayah pesisir, segera menjauh dari pantai karena gempa bawah laut sering memicu tsunami. - Perubahan arus dan warna air laut
Air laut yang mendadak berpusar, berubah warna menjadi keruh, atau muncul gelembung-gelembung besar bisa menjadi sinyal adanya pergerakan besar di dasar laut.
Jika salah satu atau kombinasi tanda alam ini terlihat, langkah terbaik adalah segera menuju ke tempat yang lebih tinggi tanpa menunggu peringatan resmi.
Ahli konservasi ternama Alan Rabinowitz dari Wildlife Conservation Society (Bronx Zoo, New York) mengatakan kepada National Geographic bahwa beberapa hewan memiliki indera pendengaran dan penciuman yang sangat tajam sehingga memungkinkan mereka mengetahui ada sesuatu yang datang jauh sebelum manusia menyadari bahwa sesuatu itu ada.
Pernyataan Rabinowitz ini menegaskan bahwa hewan bisa mendeteksi getaran kecil, suara frekuensi rendah (infrasound), atau perubahan tekanan udara yang terjadi sebelum gempa atau tsunami.
Fenomena ini bukan hanya cerita turun-temurun. Penelitian internasional mendukung adanya kepekaan hewan terhadap bencana:
- Proyek Max Planck Institute (Jerman)
Martin Wikelski memasang pelacak GPS pada kambing di Gunung Etna, Italia. Hasilnya, kambing menunjukkan perilaku abnormal beberapa jam sebelum letusan gunung. - Sapi, Domba, dan Anjing di Italia
Studi yang dimuat di DW.com menemukan sapi, domba, dan anjing menjadi lebih gelisah hingga 20 jam sebelum gempa besar melanda. - Kodok di Lake San Ruffino
Penelitian yang dikutip Wired mendokumentasikan koloni kodok yang meninggalkan kolam lima hari sebelum gempa besar. Setelah gempa usai, mereka kembali ke habitatnya.
Bagaimana Hewan Bisa Mendeteksi Tsunami?
Hewan memiliki indra yang lebih sensitif dibanding manusia. Mekanismenya antara lain:
- Gelombang P (primer): Gempa yang memicu tsunami menghasilkan gelombang seismik primer yang tak terasa oleh manusia, tetapi bisa dirasakan oleh hewan detik hingga menit sebelum gelombang utama datang.
- Infrasound: Tsunami menghasilkan suara frekuensi rendah yang mampu dideteksi oleh gajah, burung, dan anjing dari jarak jauh.
- Perubahan tekanan udara dan medan magnet bumi: Hewan seperti kelelawar, semut, dan burung sensitif terhadap perubahan ini.
Jenis Hewan dan Pola Perilaku yang Harus Diwaspadai
- Gajah: Sering terlihat menjauh dari pantai atau tanah rendah sebelum tsunami. Di Thailand, gajah bahkan membawa wisatawan ke tempat tinggi sebelum tsunami 2004.
- Anjing dan Kucing: Gelisah, menggonggong atau mengeong berlebihan, menolak masuk rumah, atau tidak mau mendekati pantai.
- Burung dan Kelelawar: Terbang berkelompok meninggalkan daerah pesisir atau gua.
- Kodok dan Ular: Meninggalkan habitat mereka secara mendadak meskipun bukan musim migrasi.
Mengamati tanda alam dan perilaku hewan bisa menyelamatkan nyawa, terutama di daerah terpencil. Kelebihannya:
- Tidak membutuhkan teknologi mahal.
- Bisa memberikan waktu tambahan untuk evakuasi.
Namun ada keterbatasannya:
- Tidak semua hewan bereaksi sama.
- Cuaca atau gangguan lain bisa memicu reaksi serupa.
- Bukti ilmiah yang konsisten masih terbatas.
US Geological Survey (USGS) menegaskan bahwa tanda-tanda ini tidak bisa dijadikan satu-satunya acuan, tetapi tetap penting sebagai pelengkap sistem modern.
Integrasi dengan Teknologi Modern
Para ilmuwan kini mencoba memadukan insting hewan dengan teknologi. Proyek Icarus/DAMN (Disaster Alert Mediation using Nature) memasang sensor GPS pada hewan liar untuk mendeteksi perilaku abnormal. Jika sistem ini dikembangkan, tanda perilaku hewan bisa menjadi bagian dari jaringan peringatan dini global.