Air Danau Toba Keruh, Profesor USU Ungkap Pencemaran Limbah Domestik dan Budidaya Ikan

Danau Toba, pencemaran limbah, Pencemaran Limbah, Universitas Sumatera Utara (USU), keramba ikan, air danau toba keruh, Air Danau Toba Keruh, Profesor USU Ungkap Pencemaran Limbah Domestik dan Budidaya Ikan

Perubahan warna air Danau Toba yang mendadak keruh di kawasan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, menimbulkan kekhawatiran masyarakat.

Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. Ternala Alexander Barus, menyebut fenomena tersebut disebabkan oleh dua hal utama yakni proses alamiah dan pencemaran limbah.

Menurut Prof. Ternala, angin kencang saat musim kemarau panjang menjadi pemicu utama dari proses turnover atau upwelling air danau.

Fenomena ini menyebabkan air dari dasar danau naik ke permukaan sambil membawa lumpur dan senyawa kimia yang bersifat toksik bagi ikan.

"Artinya, air pada bagian dasar akan bersirkulasi ke permukaan sekaligus membawa endapan lumpur dan beberapa senyawa kimia yang bersifat toksik bagi ikan di danau," kata Ternala, Kamis (31/7/2025).

Fenomena ini berdampak langsung pada kadar oksigen yang sangat rendah di perairan, yang menyulitkan ikan untuk bernapas dan menyebabkan kematian massal, baik pada ikan liar maupun ikan dalam keramba jaring apung (KJA).

Bagaimana Peran Pencemaran Limbah?

Danau Toba, pencemaran limbah, Pencemaran Limbah, Universitas Sumatera Utara (USU), keramba ikan, air danau toba keruh, Air Danau Toba Keruh, Profesor USU Ungkap Pencemaran Limbah Domestik dan Budidaya Ikan

Foto: Tangkapan layar video air Danau Toba keruh tepat di belakang patung Yesus Kristus, Bukit Sibea bea, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

Selain faktor alam, Ternala menyebut pencemaran limbah sebagai kontributor utama lainnya. Berdasarkan hasil sampel air, ditemukan adanya limbah cair domestik yang dibuang tanpa pengolahan ke Danau Toba.

“Hal ini menyebabkan peningkatan senyawa organik yang akan diuraikan secara anaerob di dasar danau, menghasilkan senyawa toksik. Selain itu, nutrien seperti nitrogen dan fosfor juga meningkat,” paparnya.

Ternala mencatat bahwa kadar total fosfor rata-rata di Danau Toba telah mencapai 23,03 µg/l, jauh di atas batas aman 10 µg/l yang ditetapkan untuk danau dengan kualitas baik (oligotrofik). Kondisi ini menandakan terjadinya eutrofikasi, yang membahayakan kesehatan danau.

Apa Dampak dari Budidaya Ikan di Keramba?

Budidaya ikan dengan sistem KJA turut memperparah kondisi Danau Toba. Menurut Ternala, sisa pakan ikan yang tidak dimakan akan mengendap dan menjadi pencemar organik.

“Penggunaan pakan ikan rendah fosfor, pembatasan jumlah KJA, serta zonasi penempatan KJA perlu diterapkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut,” ujarnya.

Prof. Ternala mengusulkan tiga strategi utama dengan pengendalian KJA, pengendalian kualitas air, dan pemulihan lahan tangkapan air.

Pertama, penggunaan pakan ikan rendah fosfor dan pengaturan jumlah serta lokasi KJA. Kedua, pengolahan limbah secara biologi dan kimia sebelum dibuang ke danau, serta pemantauan kualitas air secara berkala.

Ketiga, penyuluhan kepada masyarakat mengenai proses turnover dan dampaknya, serta pencegahan perambahan dan kebakaran hutan yang menyebabkan sedimentasi ke danau.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara juga sedang melakukan investigasi. Gubernur Sumut, Bobby Nasution, mengonfirmasi bahwa tim telah mengambil sampel air.

“Hasil lab-nya satu minggu baru teridentifikasi,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Sumut, Heri Wahyudi Marpaung.

Meski hasilnya belum diumumkan, perhatian masyarakat meningkat setelah video yang memperlihatkan kondisi keruh air Danau Toba viral di media sosial.

Sebagian artikel ni telah tayang di dengan judul "Guru Besar USU Ungkap Hasil Sampel Penyebab Air Danau Toba Keruh: Pencemaran Limbah...".