Top 6+ Alasan Cewek Lebih Tertarik dengan Cowok Red Flag Dibanding Green Flag

red flag, cowok red flag, Red Flag, mengapa cewek lebih tertarik cowok red flag, kenapa cowok red flag lebih menarik, kenapa cewek suka cowok red flag, alasan cewek lebih tertarik dengan cowok red flag, 6 Alasan Cewek Lebih Tertarik dengan Cowok Red Flag Dibanding Green Flag, 1. Daya tarik maskulinitas dan dominasi, 2. Rasa percaya diri yang tinggi, 3. Sensasi love bombing, 4. Keinginan untuk "memperbaiki" pasangan, 5. Daya tarik sisi gelap dan rasa bebas, 6. Rendahnya harga diri (low self-esteem)

Meski menyadari bahwa cowok red flag seringkali membawa potensi luka batin dan hubungan toksik, faktanya banyak perempuan tetap merasa tertarik pada cowok red flag.

Sebaliknya, cowok green flag yang lebih sehat secara emosional justru kerap dianggap membosankan. Mengapa demikian? Berikut beberapa alasan yang diungkap para ahli dan hasil penelitian.

Mengapa cewek lebih tertarik dengan cowok red flag dibandingkan green flag?

1. Daya tarik maskulinitas dan dominasi

Menurut Michael R. Cunningham, Ph.D., psikolog dari University of Louisville, cowok red flag cenderung menunjukkan kadar testosteron yang tinggi, yang dikaitkan dengan keberanian dan seksualitas yang kuat. 

“Pria seperti ini terlihat sangat maskulin, berani, dan penuh gairah,” ujarnya, dikutip dari Good Housekeeping, Kamis (31/7/2025).

Profesor Psikologi dari Eastern Connecticut State University, Dr. Madeleine A. Fugère menambahkan, perempuan lebih tertarik pada pria maskulin karena dianggap punya daya tarik tersendiri dari segi perilaku dan penampilan.

2. Rasa percaya diri yang tinggi

Dilansir dari Forbes, aura percaya diri cowok red flag bisa terasa memikat, meski sebenarnya sering kali menyembunyikan arogansi atau narsisme. 

Studi dalam European Journal of Personality menemukan bahwa narsisme berkaitan dengan daya tarik romantis jangka pendek.

Seorang terapis pasangan, Jeffrey Guenther, LPC menyebut, kepercayaan diri yang berlebih bisa membuat perempuan merasa tertantang untuk mengenal sisi lembut pria tersebut. 

Hal ini menciptakan ilusi bahwa mereka bisa "menyelamatkan" atau "mengubah" sang pria.

3. Sensasi love bombing

Banyak cowok red flag menerapkan pola love bombing, yaitu membanjiri pasangan dengan perhatian dan kasih sayang yang intens di awal hubungan, lalu tiba-tiba menjauh. 

Pola ini menciptakan efek psikologis intermittent reinforcement, yaitu kondisi ketika rasa sayang diberikan secara tidak konsisten dan membuat pasangan terus berharap.

Studi dalam Journal of Social and Personal Relationships tahun 2022 melaporkan bahwa pola ini bisa menimbulkan traumatic bonding, yaitu keterikatan emosional yang kuat pada orang yang menyakiti.

Sebab, perilaku tersebut membuat otak kamu belajar mengaitkan rasa sakit dan cinta secara bersamaan.

4. Keinginan untuk "memperbaiki" pasangan

Psikolog Margaret Seide, M.D., menuturkan, perempuan sering kali merasa tertantang untuk membuat cowok red flag berkomitmen. 

Ketika berhasil, hal ini memberikan kepuasan emosional tersendiri dan meningkatkan rasa harga diri.

“Kalau kamu bisa membuat cowok yang sulit dijinakkan menjadi milikmu, itu terasa seperti pencapaian besar,” katanya. 

Namun, ia mengingatkan, kebanyakan cowok seperti ini tidak benar-benar berubah kecuali atas keinginannya sendiri.

5. Daya tarik sisi gelap dan rasa bebas

Sosiolog dan seksolog klinis, Sarah Melancon, Ph.D., mengatakan, perempuan yang dibesarkan dalam lingkungan konservatif atau terlalu "baik" kadang tertarik pada cowok red flag sebagai bentuk pemberontakan batin. 

"Kita tertarik pada sifat yang diam-diam ingin kita miliki," ujarnya.

Cowok red flag memberi sensasi kebebasan, petualangan, bahkan sedikit bahaya yang membuat perempuan terasa lebih hidup. 

Sayangnya, daya tarik ini seringkali dibayar mahal dengan kesehatan mental dan emosional.

6. Rendahnya harga diri (low self-esteem)

Perempuan dengan harga diri yang rendah cenderung mencari validasi dari luar dirinya. 

Dalam hubungan, mereka mungkin lebih mudah tertarik pada cowok red flag karena merasa harus "berjuang" demi cinta yang layak mereka dapatkan. 

Peneliti hubungan, Dr. Marisa T. Cohen menjelaskan, perempuan seperti ini kerap kali berharap pengakuan dari pasangan yang sulit ditaklukkan sebagai bukti bahwa mereka cukup berharga.

“Perempuan yang tidak merasa cukup baik seringkali mengira bahwa mendapatkan cinta dari seseorang yang tampak sulit adalah bukti dari nilai dirinya,” ujar Cohen. 

Akan tetapi, hal ini justru memperkuat pola hubungan yang tidak sehat dan membuat perempuan terjebak dalam siklus yang toxic.