6,8 Juta Akun WhatsApp Diblokir, Kebanyakan dari Asia Tenggara

Meta, perusahaan induk WhatsApp, telah memblokir lebih dari 6,8 juga akun yang terindikasi melakukan scam atau aksi penipuan di seluruh dunia, selama paruh pertama tahun 2024.
Hal itu diungkap perusahaan dalam laporan terbaru Meta, sekaligus mengumumkan fitur baru untuk meningkatkan keamana pengguna saat diundang masuk ke grup WhatsApp oleh kontak tak dikenal.
Meta mengeklaim sebagian besar akun yang dihapus, terafiliasi dengan kelompok kriminal terorganisir di wilayah Asia Tenggara. Kendati demikian, tidak dirinci berapa angka spesifik akun penipuan yang berasal dari kawasan ini.
"Kami secara proaktif mendeteksi dan menghapus akun sebelum pusat organisir penipuan bisa mengoperasikannya," kata Meta dalam laman resminya, sebagaimana dikutip KompasTekno, Selasa (12/8/2025).
Kelompok kriminal ini biasanya menggunakan beragam modus operandi penipuan. Misalnya, iming-iming investasi cryptocurrency dan skema piramida.
Skema piramida ini merupakan sistem bisnis ilegal, di mana korban ditawari keuntungan dengan merekrut anggota baru.
Biasanya, korban diminta membayar di awal untuk mendapatkan hasil yang dijanjikan, yang tentunya tidak akan pernah tercapai.
Meta mengungkap bahwa modus penipu biasanya dimulai dari aplikasi kencan daring (dating app), yang kemudian berlajut ke media sosial dan perpesanan instan, seperti WhatsApp.
Korban yang terjebak rayuan, biasanya diminta untuk melakukan pembayaran, termasuk di platform cryptocurrency.
Dalam satu rangkaian penipuan, pelaku selalu mengajak satu korban berpindah-pindah platform, sehingga sulit terdeteksi. Taktik ini mirip dengan skema penipian Pig Butchering, yang juga pernah terjadi di Indonesia.
Gandeng OpenAI
Ilustrasi logo OpenAI dan ChatGPT.
Meta terus berupaya memberantas akun terindikasi scam, termasuk menggandeng pihak lain, seperti OpenAI.
"Sebagai contoh, baru-baru ini WhatsApp, Meta dan rekan-rekan kami di OpenAI menghentikan upaya penipuan yang dapat kami hubungkan ke pusat penipuan kriminal di Kamboja," kata Meta.
Sebagaimana diungkap laporan OpenAI Juni lalu, penipu memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT untuk menyusun pesan dan instruksi penipuan.
Modus yang sering digunakan adalah mengajak korban melakukan investasi bodong atau menyukai unggahan di media sosial dengan iming-iming komisi.
Para scammer menggunakan ChatGPT untuk membuat pesan awal yang berisi tautan ke chat WhatsApp, kemudian dengan cepat mengarahkan target ke aplikasi lain seperti Telegram.
Di platform tersebut, korban akan diberi tugas-tugas sederhana seperti menyukai video di TikTok.
Untuk membangun kepercayaan, pelaku kerap menunjukkan jumlah uang yang sudah dihasilkan oleh korban setelah melakukan tugas-tugas tersebut. Sebelum pada akhirnya meminta korban melakukan deposit uang ke akun kripto sebagai tahap lanjutan.
“Biasanya korban diminta membayar di muka untuk dijanjikan penghasilan tertentu, dan ini harus menjadi tanda bahaya,” jelas Meta.
Upaya WhatsApp meminimalisasi modus penipuan
Selain menghapus jutaan akun terindikasi penipuan, Meta juga merilis fitur baru untuk WhatsApp untuk meminimalisasi potensi penipuan.
Fitur tersebut bernama Safety Overview yang dirilis 5 Agustus lalu. Fitur ini secara otomatis akan memunculkan ringkasan informasi apabila pengguna dimasukkan ke dalam grup oleh nomor yang tidak ada di kontak mereka.
Pengguna bisa segera meninggalkan grup jika merasa curiga, sehingga meminimalisir risiko menjadi korban penipuan.
Selain itu, WhatsApp semakin memperketat sistem deteksi dan pemblokiran akun-akun mencurigakan. WhatsApp juga terus menganjurkan para pengguna untuk mengaktifkan verifikasi dua langkah dan tidak mudah membagikan data atau kode keamanan yang mereka miliki.
Ke depannya, Meta dan WhatsApp juga akan melanjutkan pengembangan perlindungan untuk pesan personal.
Modus penipuan saat ini sering dimulai dari interaksi di luar WhatsApp, misalnya lewat media sosial atau platform lain, sebelum akhirnya pelaku mengajak korban melanjutkan percakapan secara pribadi di WhatsApp.
Oleh karena itu, WhatsApp kini sedang menguji fitur baru yang memberikan informasi tambahan ketika pengguna ingin memulai chat dengan nomor yang belum dikenal.
Tujuannya agar pengguna bisa lebih berhati-hati dan mempertimbangkan sebelum membalas atau meneruskan percakapan dengan nomor asing.
Tips mencegah penipuan di WhatsApp
Supaya terhindar dari penipuan di WhatsApp, ada beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan.
Pertama, jangan buru-buru membalas pesan dari nomor yang tidak kamu kenal. Luangkan waktu sejenak untuk mempertimbangkan, apakah permintaan di pesan tersebut terasa wajar atau justru mencurigakan.
Kedua, selalu tanyakan pada diri sendiri, apakah masuk akal, jika tiba-tiba ada yang minta uang, kode OTP, atau menjanjikan keuntungan besar dengan cara yang instan dan mudah?
Kalau permintaannya terasa janggal atau berlebihan, sebaiknya abaikan saja dan jangan langsung percaya. Seperti pepatah mengatakan, sesuatu yang terlalu baik dan meyakinkan, bisa jadi menyimpan bahaya.
Ketiga, apabila ada yang mengaku sebagai teman atau keluarga, pastikan dulu kebenarannya. Cek dengan cara menghubungi mereka lewat nomor atau media sosial lain untuk memastikan pesan itu memang benar dari teman atau keluarga yang disebut.
Keempat, hindari juga tergiur tawaran investasi cepat atau lowongan kerja dengan gaji tinggi tanpa proses yang jelas, apalagi jika diminta transfer uang secara mendadak.
Penipu biasanya memanfaatkan rasa panik, empati, atau keinginan kita untuk membantu orang lain agar kita mau mengirim uang tanpa pikir panjang. Teknik ini biasa disebut dengan social engineering yang umum digunakan dalam penipuan.
Jadi, tetaplah waspada dan selalu cek lebih dulu sebelum mengambil keputusan.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!