Astraphobia, Takut Berlebihan Saat Ada Petir 

Badai Petir, fobia petir, fobia guntur dan kilat, Astraphobia, Takut Berlebihan Saat Ada Petir 

Jika suara gemuruh guntur membuat gugup, gelisah, atau takut akan kilatan petir, kamu tidak sendirian. Banyak orang merasakan takut saat ada badai petir.

Ketakutan akan guntur dan kilat, yang dikenal sebagai astrafobia, atau ketakutan akan guntur – brontofobia – didiagnosis ketika ketakutan tersebut terasa sangat kuat dan mengganggu kehidupan sehari-hari.

Penderitanya mungkin mengalami gejala fisik seperti jantung berdebar kencang, gemetar, berkeringat, atau sesak napas saat badai mendekat. Gejala-gejala ini juga dapat muncul ketika badai diperkirakan akan terjadi.

Ciri-ciri kondisi ini adalah perilaku penghindaran yang nyata, seperti menghindari aktivitas di luar ruangan, dan terus-menerus memeriksa aplikasi cuaca.

Disebut fobia ketika ketakutan itu tidak proporsional dan secara signifikan memengaruhi hidup kita, mungkin melalui serangan panik atau ketidakmampuan untuk tetap tenang selama badai petir.

Ketakutan akan badai petir memengaruhi orang-orang dari segala usia. Pemicu yang umum dapat mencakup pengalaman traumatis seperti sambaran petir di dekat rumah atau badai yang sangat mengancam di masa kanak-kanak. Pengaruh dari orangtua yang juga cemas, juga dapat berperan.

Beberapa individu umumnya lebih rentan terhadap fobia karena predisposisi genetik terhadap kecemasan yang tinggi atau pengalaman kehilangan kendali di masa lalu.

Cara mengendalikan takut petir

Dalam situasi akut, teknik sederhana dan praktis seperti latihan pernapasan dapat membantu mengurangi kepanikan.

Latihan pernapasan sangat efektif: tarik napas perlahan dan dalam melalui hidung selama empat detik, tahan napas selama empat detik, dan embuskan perlahan melalui mulut selama enam detik.  Latihan ini menenangkan tubuh dan mengalihkan fokus dari rasa takut.

Badai Petir, fobia petir, fobia guntur dan kilat, Astraphobia, Takut Berlebihan Saat Ada Petir 

Ilustrasi hujan lebat.

Relaksasi otot progresif, di mana kita menegangkan dan kemudian mengendurkan berbagai kelompok otot satu per satu, juga dapat membantu.

Strategi lain adalah berfokus pada kegiatan tertentu, seperti membaca atau mendengarkan musik, untuk meredam suara badai. Penting untuk mengurangi perilaku seperti terus-menerus memeriksa cuaca yang dapat memperkuat rasa takut.

Mencari tempat aman di rumah, seperti ruangan tanpa jendela, juga dapat memberikan efek menenangkan.

Terapi perilaku dengan ahli

Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah standar emas untuk mengatasi rasa takut terhadap badai petir. Terapi ini membantu mengidentifikasi pola pikir negatif, seperti "badai petir selalu berbahaya", dan menggantinya dengan pikiran yang lebih realistis.

Dalam terapi, pasien juga belajar untuk lebih memahami dan mengendalikan reaksi fisik yang terkait dengan rasa takut.

Komponen kuncinya adalah terapi pemaparan, di mana individu menghadapi rasa takut mereka, misalnya, melalui video atau suara badai petir, untuk belajar bahwa rasa takut itu tidak berbahaya dan bahwa hasil yang diantisipasi tidak terjadi.

Menggunakan VR (virtual reality)

Realitas virtual atau VR akan mengekspos individu terhadap rasa takut mereka dengan aman dan terkendali.

Berbagai lingkungan VR mensimulasikan skenario badai petir yang realistis, mulai dari hujan gerimis hingga kilat dan guntur yang intens. 

Ketika intensitasnya meningkat, memungkinkan pasien untuk perlahan-lahan menghadapi situasi yang memicu kecemasan. Otak mereka bereaksi terhadap stimulus visual dan pendengaran dalam VR serupa dengan yang terjadi di dunia nyata, sehingga paparannya sangat efektif namun dapat dikontrol.

Metode ini cocok untuk hampir semua orang yang bersedia menghadapi ketakutan mereka, tanpa memandang usia atau tingkat keparahan fobia.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!