Soimah Cerita Ospek Pacar Anaknya, Haruskah Calon Menantu Menegur?

Soimah Pancawati termasuk yang mengospek pacar anaknya, alias calon menantunya. Penyanyi sekaligus seniman ini mengaku mengospek dengan kata-kata yang ketus, yang lantas membuat pacar anaknya menangis dan meminta putus.
"Pokoknya dengan mulutku ini aku ospek. Sempat awal-awal tuh dia nangis. Pokoknya aku maki-maki, pokoknya aku ini dengan caraku lah, ‘Lu enggak ada cowok lain? Enggak ada laki-laki lain, macarin anak SMA?’. Kan dari SMA kan (pacaran),” kata Soimah, dilansir dari akun YouTube Raditya Dika, Rabu (20/8/2025).
“Pokoknya banyak lah kata-kataku yang ketus yang enggak bisa tak omongin di sini. Akhirnya dia nangis,” tambahnya.
Soimah mengaku sengaja bersikap seperti itu untuk memperlihatkan sisi terburuk dirinya, sekaligus menguji apakah calon menantu bisa menerima apa adanya. Menurutnya, jika dari awal sudah mundur maka tidak akan tahan dengannya di masa depan.
Ketika dihadapkan dengan situasi tersebut, apakah kita sebagai calon menantu bisa menegur calon mertua karena perilaku mereka sudah berlebihan?
Simak penjelasan dari psikolog klinis Yustinus Joko Dwi Nugroho, M.Psi., yang berpraktik di Rumah Sakit DR Oen Solo Baru, saat dihubungi Kompas.com, Senin (18/8/2025).
Menegur calon mertua yang mengospek
Tergantung sifat calon mertua
Soimah mengaku mengospek pacar anaknya hingga menangis. Psikolog bahas cara menghadapi calon mertua yang keras, serta kapan boleh menegur mereka.
Joko mengatakan, bisa menegur atau tidak bergantung pada sifat calon mertua. Sebab, tidak semua orang bisa menerima teguran.
“Calon menantu harus paham bahwa tidak semua orang tua itu mau kalau ditegur. Itu kembali lagi pada pribadi orang tersebut,” ujar Joko.
Misalnya, calon mertua merupakan sosok yang kata-katanya sering dituruti dalam ranah pekerjaan, atau mungkin ia adalah sosok yang paling dituakan dalam keluarga besar.
Menurut Joko, orang-orang seperti itu tidak bisa langsung ditegur. Yang ada malah keributan dan berpotensi berujung pada hubungan yang renggang.
“Maka, ketika pacaran sama anaknya, pelan-pelan mulai memahami kondisinya. Si calon mertua gimana sih. Kalau modelan kayak gitu, susah untuk diomongin,” tutur Joko.
Cari bantuan pihak lain
Cara lain yang bisa dilakukan adalah mencari bantuan ke pihak lain yang bisa diajak ngobrol soal perilaku calon mertua, seperti pasangan atau orang lain yang dekat dengan calon mertua.
Untuk orang lain yang dekat dengan calon mertua, pastikan bahwa mereka adalah sosok yang dihormati atau mau didengarkan oleh calon mertua.
Tak perlu “mengetes” calon menantu dengan berlebihan
Bangun komunikasi terbuka agar saling memahami
Soimah mengaku mengospek pacar anaknya hingga menangis. Psikolog bahas cara menghadapi calon mertua yang keras, serta kapan boleh menegur mereka.
Joko menyampaikan, ayah dan ibu tidak perlu “mengetes” calon menantu dengan cara yang berlebihan. Misalnya dengan merendahkan, mengejek, membentak, berbicara dengan nada ketus, atau bersikap judes kepada calon menantu.
Sebaiknya orangtua membangun komunikasi yang terbuka dengan mereka agar bisa saling memahami dan mengetahui latar belakang keluarga, tanpa memunculkan peraasan tidak enak dan menyakiti satu sama lain.
“Ajak saja bicara dengan tenang mengenai hidup, nilai, dan keseriusan hubungan. Waktu pacar anak datang ke rumah, bisa ditanya orangtuanya kerja di mana, lalu rencananya ke depan bagaimana soal hubungan ini,” jelas Joko.
Ia memahami perilaku orangtua yang seperti itu adalah untuk memahami apakah calon menantunya adalah orang yang bisa merencanakan masa depan, atau hanya pacaran secara asal-asalan.
Tentunya, tidak ada satupun orangtua yang rela melepaskan anaknya, baik itu laki-laki maupun perempuan, kepada orang yang sembarangan.
Namun, bukan berarti orangtua bisa mengospek anak orang dengan berperilaku judes hanya untuk “mengetes” apakah mereka bakal sanggup ketika dihadapkan pada situasi tersebut.
“Bisa saat datang ke rumah, pacar anak diajak duduk, minum kopi atau teh, dan ngobrol dalam kondisi yang santai,” kata Joko.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!