Cerita Resiliensi dan Komitmen Inovasi di Perayaan 50 Tahun Betadine

— Betadine merayakan 50 tahun perjalanannya di Indonesia. Momen spesial ini berlangsung di The Westin Jakarta, Selasa (19/8/2025).
Dalam acara tersebut, iNova Pharmaceuticals—pemegang brand Betadine—meluncurkan seri dokumenter perjalanan Betadine, kampanye “Unstoppable Stories”, serta menghadirkan sejumlah narasumber, mulai dari jajaran manajemen global hingga musisi Yura Yunita dan edukator kesehatan dr Gia Pratama.
Hangatnya suasana perayaan lima dekade Betadine di Indonesia tak hanya berpusat di panggung utama. Sejak awal acara, pengunjung sudah diajak bernostalgia melalui instalasi berbentuk lorong bertajuk “Be Unstoppable” yang dipasang di area luar ballroom.
Melalui rangkaian video dan arsip visual, lorong itu menampilkan perjalanan Betadine di Indonesia, dari awal kehadirannya pada 1970-an hingga perannya yang tetap relevan di masa kini.
Bagi banyak tamu, lorong tersebut bak “mini museum” yang merangkum sejarah panjang sebuah merek yang sudah menjadi bagian dari keseharian.
Kehadiran Betadine di kotak P3K rumah, sekolah, hingga ruang praktik medis digambarkan sebagai bukti kepercayaan lintas generasi. Nuansa instalasi tersebut juga menegaskan pesan utama acara bahwa setiap luka bukanlah akhir, melainkan awal perjalanan untuk bangkit.
botol Betadine dari kemasan lama hingga terkini dipajang dalam perayaan 50 tahun Betadine di Indonesia.
Luka sebagai awal perjalanan
Di dalam ballroom, pengunjung diajak menyimak seri dokumenter khusus 50 tahun Betadine dengan tajuk “Kisah Yura Yunita dan Kahar Tjandra: Tidak Berhenti Memulihkan Luka”. Tayangan ini menghubungkan kisah lintas generasi melalui dua sudut pandang, yakni musisi Yura dan perintis Betadine di Indonesia Prof Kahar Tjandra.
Dalam tayangan itu, Yura menuturkan bahwa luka batin adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup.
“Menurut aku, nomor satu adalah sadari lukanya. Dipeluk lukanya. Luka bukan akhir cerita, justru bagian dari perjalanan untuk menjadi unstoppable. Dalam luka kita belajar, kita bertumbuh, merawat diri, dan perlahan pulih,” ucapnya.
Sementara itu, keluarga Prof Kahar mengisahkan perjuangan memperkenalkan Betadine di Indonesia. Berawal dari penggunaannya di ruang operasi rumah sakit pendidikan, Betadine kemudian merambah ke rumah tangga sebagai antiseptik yang dipercaya.
Tantangan terbesar kala itu adalah mengubah kebiasaan masyarakat yang terbiasa menggunakan “obat merah”. Melalui edukasi konsisten, masyarakat akhirnya mengenal Betadine sebagai pilihan perawatan luka yang lebih aman karena tidak mengandung merkuri dan tidak menimbulkan rasa perih.
Seri dokumenter tersebut memperlihatkan benang merah yang sama bahwa baik luka batin maupun luka fisik bukanlah penghalang, melainkan pintu awal untuk bangkit. Filosofi ini sejalan dengan kampanye “Unstoppable Stories” yang menjadi tema besar perayaan 50 tahun Betadine di Indonesia.
Selain obat luka, Betadine juga menghadirkan produk perawatan rongga mulut dan tenggorokan, serta kebersihan kulit.
Warisan dan masa depan brand ikonik
Dalam sambutannya, Chief Executive Officer (CEO) iNova Pharmaceuticals Dan Spira menyebut, Indonesia bukan hanya pasar penting, melainkan juga sumber inspirasi.
“Indonesia memiliki semangat kolektif yang luar biasa, mulai dari ketangguhan, kepedulian, hingga kekuatan komunitas. Kami berkomitmen menghadirkan produk dengan pendekatan yang berfokus pada kebutuhan masyarakat,” ujar Dan Spira.
Dan Spira menambahkan, Betadine memiliki warisan panjang sebagai brand ikonik yang dipercaya lintas generasi. Salah satu fakta menarik adalah penggunaannya pada misi Apollo pada 1969, ketika kapsul dan astronaut dicuci dengan Betadine untuk mencegah “germ” dari luar angkasa.
“Bagi kami, yang penting bukan hanya melihat ke belakang, melainkan terus memahami kebutuhan konsumen dan tenaga kesehatan agar relevan di masa mendatang,” katanya.
Dalam agenda wawancara eksklusif bersama Kompas.com, Spira menegaskan posisi Indonesia sebagai prioritas utama iNova di Asia. Dengan populasi besar dan meningkatnya kesadaran kesehatan, peluang pertumbuhan sangat terbuka.
“Betadine adalah brand terbesar dalam portofolio iNova, dan ambisi kami adalah menjadikannya salah satu megabrand over the counter (OTC) global. Potensi di kategori perawatan luka sudah kuat, tapi kami juga melihat peluang besar di perawatan rongga mulut, tenggorokan, dan area kewanitaan,” ujarnya.
Inovasi dengan pendekatan global–lokal
Chief Global Brands and Innovation Officer iNova Filomena Maiese menekankan bahwa kunci keberlanjutan Betadine terletak pada inovasi yang relevan dengan kebutuhan lokal.
“Melalui pendekatan global–lokal dan inisiatif terbuka, seperti iPitch, kami bisa memastikan produk tetap relevan bagi konsumen Indonesia,” jelasnya.
iPitch adalah platform inovasi terbuka yang mengundang akademisi, tenaga kesehatan, hingga pelaku usaha kecil untuk mengajukan ide produk. Dari inisiatif ini, lebih dari 300 ide masuk, dengan 11 di antaranya kini dalam tahap pengembangan.
“Asia, termasuk Indonesia, menjadi sumber ide terbesar. Ini membuktikan potensi inovasi lokal yang luar biasa,” kata Filomena.
Filomena menambahkan, iNova setiap tahun meluncurkan 35–40 produk baru di seluruh dunia. Angka ini jauh di atas rata-rata industri, dengan lebih dari 20 persen penjualan berasal dari produk baru.
“Freshness Index kami tinggi karena selalu ada pipeline inovasi yang segar,” imbuhnya.
Di Indonesia sendiri, tim iNova telah melakukan tiga studi konsumen. Hasilnya menunjukkan bahwa selain perawatan luka, masyarakat juga menggunakan produk Betadine untuk masalah rongga mulut, tenggorokan, bahkan jerawat.
“Temuan itu membuka peluang untuk mengembangkan kategori baru, khususnya skin health, dengan adaptasi pada kemasan, format, dan harga sesuai kebutuhan lokal,” jelasnya.
Fondasi kepercayaan dan aksesibilitas
Bagi iNova, kepercayaan masyarakat Indonesia selama lima dekade adalah modal utama. Country Head iNova Pharmaceuticals Indonesia Benyamin Wuisan menegaskan bahwa Betadine telah hadir di berbagai momen kehidupan, dari rumah sakit hingga kotak P3K di rumah.
“Kepercayaan ini tumbuh tidak hanya dari efektivitas klinis, tetapi juga dari kedekatan dengan masyarakat. Tantangan kami ke depan adalah menjaga relevansi untuk generasi baru,” tutur pria yang akrab disapa Beno itu.
Dalam sesi talk show, Benyamin juga berbagi kisah personal. Sejak kecil, ia akrab dengan “obat merah” sebelum akhirnya Betadine hadir sebagai solusi antiseptik yang lebih nyaman digunakan.
“Saya tumbuh bersama Betadine, jadi perjalanan 50 tahun ini terasa sangat personal,” kata Beno mengakui.
Namun, menjaga relevansi di negara sebesar Indonesia bukan perkara mudah. Benyamin menyoroti tantangan distribusi di negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau.
“Kami memastikan produk tersedia di apotek, modern trade, hingga e-commerce. Bahkan untuk wilayah timur yang sulit dijangkau, kami memanfaatkan edukasi digital agar pesan kesehatan bisa sampai,” jelasnya.
Menurut Benyamin, pendekatan digital menjadi kunci menjangkau generasi muda, seperti generasi Z (Gen Z).
“Gen Z sering disebut generasi rapuh karena banyak tekanan dari media sosial. Kampanye ‘Be Unstoppable’ hadir untuk memberi pesan bahwa jatuh itu wajar, yang penting adalah bagaimana bangkit kembali. Itu sejalan dengan filosofi Betadine,” tuturnya.
Suara publik: luka batin dan literasi kesehatan
Selain manajemen, acara perayaan juga menampilkan suara publik yang dekat dengan keseharian. Yura yang menjadi Campaign Ambassador Unstoppable Stories Betadine menekankan pentingnya merawat diri.
“Merawat luka, baik fisik maupun batin, adalah bentuk cinta terhadap diri sendiri. Luka bukan kelemahan, melainkan pintu awal untuk mengenal diri lebih dalam. Dari sana, kita bisa terus bertumbuh dan menjadi unstoppable,” ujar Yura.
Yura juga berbagi pengalaman pribadi. Sejak kecil, ibunya selalu menyediakan Betadine di rumah untuk menemani aktivitasnya yang aktif. Bahkan saat mendaki gunung dalam kondisi menstruasi, ia mengaku tetap bisa melanjutkan perjalanan karena merasa didukung oleh edukasi kesehatan dan produk perawatan diri.
“Dari kecil sampai sekarang, Betadine sudah jadi sahabat keluarga. Bagi saya, merawat diri tidak sekadar kebiasaan, tapi gaya hidup sehat,” katanya.
Sementara itu, dr Gia menyoroti pentingnya edukasi kesehatan sederhana. Menurutnya, masih banyak masyarakat yang hanya membersihkan luka dengan air atau bahkan bahan rumahan, seperti odol dan daun.
“Air saja tidak cukup. Luka tetap perlu antiseptik agar tidak berkembang menjadi infeksi. Edukasi seperti ini harus bisa dipahami dengan bahasa sederhana dan langsung diterapkan,” jelasnya.
Melanjutkan kisah tak terhentikan
Melalui kampanye “Unstoppable Stories”, Betadine berupaya mengangkat semangat masyarakat yang tak pernah berhenti merawat diri dan keluarganya. Kisah lintas generasi ini menjadi bukti bahwa perawatan sederhana di rumah dapat berdampak besar bagi kesehatan.
“Setiap luka punya cerita, dan setiap cerita membawa kekuatan bagi kita semua,” ujar Beno.
Tahun ini, perayaan 50 tahun Betadine juga berdekatan dengan momentum Hari Kemerdekaan Ke-80 RI. Benyamin menyebut semangat resiliensi yang melekat pada perjalanan bangsa sejalan dengan nilai yang diusung Betadine.
“Kemerdekaan diraih lewat perjuangan yang jatuh bangun. Sama seperti merawat luka, proses itu membuat kita lebih kuat dan siap melangkah ke depan,” tandasnya.
Setelah lima dekade menjadi bagian dari kehidupan keluarga Indonesia, Betadine menegaskan komitmennya untuk melangkah ke depan.
Dengan inovasi berkelanjutan, edukasi kesehatan, serta pendekatan yang relevan bagi generasi baru, Betadine berharap dapat terus menjadi sahabat masyarakat dalam setiap kisah tak terhentikan.