Krisis Pasar Kerja Terjadi di China, Mahasiswa dan Lulusan Baru Bersiap Hadapi Status 'Pengangguran'

Di tengah perubahan ekonomi yang menantang, pasar kerja pemuda di China menghadapi tekanan besar. Jumlah lulusan perguruan tinggi yang masuk ke pasar kerja terus meningkat, sementara peluang pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan keterampilan mereka tetap terbatas.
Situasi ini menimbulkan tantangan baru bagi generasi muda yang memasuki dunia profesional untuk pertama kalinya.
Fenomena ini semakin penting di tengah transformasi karier dan pendidikan di China. Banyak mahasiswa kini lebih mengutamakan jurusan dengan prospek kerja kuat dibandingkan mengejar nama besar universitas.
Pilihan ini menunjukkan bahwa generasi muda semakin pragmatis, menimbang keamanan pekerjaan dan penghasilan sebagai faktor utama dibandingkan reputasi akademik semata.
Tingkat Pengangguran Pemuda China Mencapai Puncaknya

Ilustrasi wisuda
Menurut data terbaru dari National Bureau of Statistics, tingkat pengangguran di perkotaan untuk kelompok usia 16–24 tahun, tidak termasuk mahasiswa, naik menjadi 17,8% pada Juli dari 14,5% pada Juni.
Angka ini menghentikan penurunan empat bulan berturut-turut dan menjadi yang tertinggi sejak Agustus tahun lalu. Lonjakan ini terjadi bersamaan dengan kelulusan rekor 12,2 juta mahasiswa musim panas ini, yang menambah jumlah pencari kerja di pasar yang sudah penuh tantangan.
Beijing sendiri telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mendukung lulusan dan pemuda mencari pekerjaan. Misalnya, Kementerian Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial menggelar kampanye dari Juli hingga Desember, menyediakan layanan seperti bimbingan karier, referensi pekerjaan, dan kesempatan pelatihan.
Namun, pengangguran tetap tinggi karena adanya kesenjangan antara kualifikasi lulusan dan ekspektasi pekerjaan di tengah kondisi ekonomi yang belum pulih sepenuhnya, terutama di sektor-sektor tradisional seperti properti.
Cerita Lulusan Menghadapi Pasar Kerja yang Sulit
He Yue, seorang lulusan ilmu komputer yang kini berbasis di Beijing, mengungkapkan tantangannya. “Pasar kerjanya cukup keras. Setelah menerima diploma dari universitas di Chongqing, saya sudah lebih dari dua bulan mencari pekerjaan yang sesuai,” katanya seperti dikutip dari South China Morning Post, Rabu, 20 Agustus 2025.
Ia melamar puluhan posisi di bidang media operasional di ibu kota nasional, bidang di mana ia memiliki pengalaman sebelumnya, namun hanya menerima satu tawaran. Sayangnya, gaji yang ditawarkan jauh dari ekspektasinya sebesar 6.000 yuan per bulan.
“Tawarannya hanya 4.000–5.000 yuan. Setelah dikurangi biaya hidup seperti sewa, transportasi, dan makan, saya hanya tersisa sekitar 1.500 yuan atau kurang,” katanya. Posisi itu juga menuntut lembur sering, yang ia enggan lakukan dengan gaji tersebut.
Berbeda dengan teman-temannya yang berencana melanjutkan pendidikan pascasarjana, He bertekad tetap mencari pekerjaan, mungkin dengan mengalihkan fokus ke Hangzhou, pusat teknologi yang sedang naik daun di pantai timur China.
Tahun ini, hampir 3,9 juta orang mengikuti ujian masuk pascasarjana untuk memperoleh keunggulan kompetitif dalam persaingan ketat posisi entry-level.
Mahasiswa Kini Pilih Jurusan Praktis
Selain itu, tren baru muncul di kalangan mahasiswa yakni, memilih jurusan dengan prospek kerja baik dibandingkan universitas bergengsi. Fokus pada keterampilan yang langsung dapat dipakai di dunia kerja kini mengalahkan aspirasi jangka panjang atau minat pribadi.
Hal ini dipicu oleh meningkatnya jumlah lulusan perguruan tinggi, yang memperketat persaingan di pasar kerja di tengah iklim ekonomi yang menantang. Jurusan ilmu komputer tetap populer, dan munculnya kecerdasan buatan (AI), yang diperkirakan menciptakan peluang kerja baru, semakin meningkatkan permintaan dalam beberapa tahun terakhir.
Situasi ini menandai tantangan besar bagi generasi muda China. Tingginya pengangguran pemuda dan persaingan ketat menunjukkan perlunya strategi karier yang realistis.
Mahasiswa dan lulusan kini harus menimbang pragmatisme dalam memilih jurusan dan lokasi kerja, serta terus meningkatkan keterampilan agar tetap relevan di pasar kerja yang semakin kompetitif.