Was-Was Selat Hormuz Ditutup, AS Memohon China Bujuk Iran Atau Terjadi Krisis Lebih Besar

Was-Was Selat Hormuz Ditutup, AS Memohon China Bujuk Iran Atau Terjadi Krisis Lebih Besar

Penutupan Selat Hormuz oleh Iran membuat Amerika Serikat ‘ketar kerit’.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Marco Rubio meminta pemerintah China untuk membujuk sekutunya, Iran, agar tidak menutup perairan di Selat Hormuz.

Permintaan ini disampaikan setelah tiga fasilitas nuklir Iran dibombardir oleh pesawat pengebom AS.

Pernyataan Rubio itu, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (23/6), disampaikan setelah media Press TV melaporkan parlemen Iran menyetujui langkah untuk menutup Selat Hormuz, yang dilalui sekitar 20 persen permintaan minyak dan gas global.

"Saya mendorong pemerintah China di Beijing untuk menghubungi mereka (Iran) tentang hal itu, karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk minyak mereka," ucap Rubio dalam wawancara dengan program Fox News 'Sunday Morning Futures with Maria Bartiromo'.

Menurut Rubio, jika Iran menutup Selat Hormuz itu akan menjadi kesalahan terbesar lainnya.

“Itu akan menjadi bunuh diri ekonomi bagi mereka jika mereka melakukannya. Dan kami memiliki opsi untuk mengatasinya, tetapi negara-negara lainnya juga harus mempertimbangkannya," sebutnya.

Apalagi, lanjut Rubio, penutupan itu bisa membuat krisis ekonomi dimana-mana.

Rubio mengatakan langkah untuk menutup Selat Hormuz akan menjadi eskalasi besar-besaran yang akan membutuhkan tanggapan dari AS dan negara-negara lainnya.

“Itu akan merugikan ekonomi negara-negara lainnya jauh lebih buruk daripada ekonomi kami," kata Rubio yang juga menjabat sebagai penasihat keamanan nasional AS.

Selat Hormuz adalah selat yang terletak di antara Teluk Persia dan Teluk Oman.

Selat ini merupakan satu-satunya jalur laut dari Teluk Persia ke lautan terbuka dan merupakan salah satu titik sempit yang paling strategis di dunia.

Selat ini berfungsi sebagai rute ekspor utama bagi produsen Teluk seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak, dan Kuwait.

Selat Hormuz memungkinkan sekitar 20 persen dari konsumsi minyak harian dunia untuk melewatinya. (Knu)