Konflik Iran-Israel Makin Liar, China Beri 'Kode Keras' Agar Selat Hormuz Tak Ditutup

Konflik Iran-Israel Makin Liar, China Beri 'Kode Keras' Agar Selat Hormuz Tak Ditutup

Pemerintah China menyuarakan keprihatinan mendalam atas rencana parlemen Iran untuk menutup Selat Hormuz, jalur strategis bagi pasokan minyak dan gas global.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, pada Senin (23/6) di Beijing menegaskan bahwa Teluk Persia dan perairan sekitarnya adalah rute vital untuk perdagangan dan energi internasional, sehingga menjaga keamanan dan stabilitas kawasan tersebut adalah kepentingan bersama masyarakat dunia.

Keputusan parlemen Iran pada Minggu (22/6) untuk menutup Selat Hormuz menandai langkah pertama yang diambil Iran sepanjang konflik berlarut-larut dengan Israel sejak 1979. Selat ini merupakan jalur utama ekspor minyak dari berbagai negara produsen besar seperti Arab Saudi, Irak, Uni Emirat Arab, Qatar, Iran, dan Kuwait.

Guo Jiakun juga menyerukan komunitas internasional untuk meningkatkan upaya deeskalasi konflik guna mencegah dampak regional yang lebih luas terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Upaya pemblokiran Selat Hormuz dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi ekonomi global, mengingat sekitar 20 juta barel minyak mentah per hari, atau 20 persen dari konsumsi global pada tahun 2024, didistribusikan melalui selat tersebut.

Data perdagangan menunjukkan harga minyak mentah Brent naik 2,45 persen menjadi $77,33 per barel pada Minggu (22/6) pukul 23.48 waktu setempat, seiring meningkatnya ketegangan Iran-Israel.

China terus menjalin komunikasi dengan Iran. Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, telah berbicara dengan Menteri Luar Negeri Iran, Seyed Abbas Araghchi, yang menyatakan kesiapan China untuk meningkatkan komunikasi dengan Iran dan pihak terkait lainnya demi memainkan peran konstruktif dalam deeskalasi.

Terkait serangan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran, China kembali menegaskan bahwa tindakan tersebut melanggar Piagam PBB dan memperburuk ketegangan di Timur Tengah.

China, bersama Rusia dan Pakistan, telah mengajukan rancangan resolusi kepada Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera, perlindungan warga sipil, penghormatan terhadap hukum internasional, serta dialog dan negosiasi.

Ketiga negara ini berharap anggota Dewan Keamanan PBB mendukung resolusi tersebut agar Dewan dapat menjalankan perannya dalam menjaga perdamaian dan keamanan internasional. China mendesak pihak-pihak yang bertikai untuk mencegah situasi memburuk, memastikan konflik tidak meluas, dan kembali ke jalur penyelesaian politik.

Kementerian Luar Negeri China, misi diplomatik, dan konsuler di Iran serta negara lain, bersama Kementerian Transportasi dan Administrasi Penerbangan Sipil, berhasil mengevakuasi 3.125 warga negara China dari Iran.

Proses evakuasi ini melibatkan berbagai kalangan, termasuk bayi berusia 10 bulan, lansia 70 tahun, serta warga dari Hong Kong dan Taiwan. Evakuasi personel China dari Iran kini telah selesai, meskipun beberapa warga memilih untuk tetap tinggal. China juga membantu mengevakuasi lebih dari 500 warga negaranya dari Israel, serta beberapa warga negara dari Inggris, India, dan Polandia. China menyampaikan terima kasih atas dukungan berharga dari berbagai negara selama proses evakuasi.

Konflik di wilayah tersebut telah memakan korban, dengan sedikitnya 430 orang tewas dan lebih dari 3.500 terluka di Iran akibat serangan Israel. Sementara itu, Israel melaporkan 25 orang tewas dan ratusan lainnya cedera.