Iran Setujui Penutupan Selat Hormuz Usai Serangan AS, Dunia Waspadai Krisis Energi

Selat Hormuz, as serang iran, penutupan selat hormuz, serangan AS Iran, Iran Setujui Penutupan Selat Hormuz Usai Serangan AS, Dunia Waspadai Krisis Energi, Serangan AS ke situs nuklir Iran, Korban jiwa bertambah, Selat Hormuz dan dampaknya bagi energi dunia, Potensi krisis energi global, Penutupan Selat Hormuz sebagai senjata strategis

Parlemen Iran telah menyetujui langkah strategis untuk menutup Selat Hormuz sebagai respons atas serangan militer Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir utama di Iran.

Langkah ini dinilai sebagai bentuk eskalasi serius yang dapat mengguncang stabilitas pasokan energi global.

“Parlemen telah mencapai kesimpulan bahwa Selat Hormuz harus ditutup,” kata Mayor Jenderal Esmaeil Kowsari, anggota Komisi Keamanan Nasional Parlemen Iran, seperti dilaporkan stasiun televisi milik pemerintah, Press TV, dilansir dari Anadolu (23/6/2025).

Meski begitu, keputusan akhir dalam hal ini masih berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi, lembaga yang berfungsi sebagai otoritas keamanan tertinggi Iran.

Serangan AS ke situs nuklir Iran

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan pada Minggu pagi bahwa pasukan AS telah menyerang tiga situs nuklir Iran yang berada di Fordo, Natanz, dan Isfahan.

Serangan ini menjadi respons terbaru dalam eskalasi konflik militer antara Israel dan Iran, yang sejak 13 Juni terus memanas.

Konflik tersebut bermula dari serangan militer Israel yang didukung penuh oleh Amerika Serikat. Sebagai balasan, Iran meluncurkan serangan rudal ke wilayah Israel.

Korban jiwa bertambah

Ketegangan ini telah menelan banyak korban di kedua belah pihak. Otoritas Israel mencatat sedikitnya 25 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka akibat rudal Iran.

Sementara itu, di pihak Iran, Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa 430 orang telah meninggal dunia dan lebih dari 3.500 orang lainnya terluka akibat serangan udara yang dilakukan oleh Israel.

Selat Hormuz dan dampaknya bagi energi dunia

Selat Hormuz adalah jalur perairan sempit namun sangat strategis yang terletak antara Iran dan Oman.

Selat ini menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman dan Laut Arab.

Di titik tersempitnya, lebar selat hanya sekitar 33–50 kilometer, dengan jalur pelayaran yang lebih sempit lagi.

Meski sempit, Selat Hormuz merupakan jalur vital bagi perdagangan minyak dan gas global. Sekitar 20 juta barel minyak—atau 20 persen dari konsumsi global—melintasi selat ini setiap harinya.

Selain itu, lebih dari seperempat perdagangan gas alam cair (LNG) dunia, terutama dari Qatar, juga bergantung pada jalur ini.

Karena perannya yang sangat penting, setiap ancaman terhadap kelancaran pelayaran di Selat Hormuz langsung berdampak terhadap harga minyak global dan kestabilan pasokan energi, khususnya bagi negara-negara di Asia dan Eropa.

Potensi krisis energi global

Penutupan Selat Hormuz akan berdampak luas. Beberapa konsekuensi yang mungkin terjadi:

-Lonjakan harga minyak dunia akibat terganggunya pasokan.

-Gangguan distribusi gas alam cair (LNG) dari negara-negara Teluk.

-Peningkatan risiko militer di kawasan Teluk Persia.

Ketergantungan negara seperti Jepang, Korea Selatan, India, dan negara-negara Eropa terhadap minyak Timur Tengah akan diuji.

Sejumlah negara dan perusahaan energi, termasuk Pertamina International Shipping, dilaporkan mulai mengantisipasi potensi penutupan dengan mengamankan armada dan mencari jalur alternatif pasokan energi.

Penutupan Selat Hormuz sebagai senjata strategis

Penutupan Selat Hormuz bukan pertama kali diancamkan oleh Iran. Selama bertahun-tahun, jalur ini kerap dijadikan “kartu truf” dalam konflik geopolitik.

Banyak pengamat menilai, ancaman penutupan selat ini merupakan bentuk “daya cegah strategis” Iran, yang setara dengan kekuatan nuklir karena dapat mengguncang ekonomi global tanpa harus mengerahkan senjata pemusnah massal.

Dunia kini menanti keputusan dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran. Jika ancaman ini benar-benar diwujudkan, bukan tidak mungkin krisis energi dan gejolak ekonomi akan meluas ke seluruh dunia.