Dampak Kebijakan Trump dan Kekhawatiran Kondisi Dunia, Jumlah Turis Inggris yang ke AS Menurun

Amerika Serikat, kebijakan Trump, dampak kebijakan trump, Dampak Kebijakan Trump dan Kekhawatiran Kondisi Dunia, Jumlah Turis Inggris yang ke AS Menurun

Jumlah wisatawan asal Inggris yang mengunjungi Amerika Serikat mengalami penurunan signifikan, menurun sebesar 14,3 persen pada Maret 2025 dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya.

Tren ini mengkhawatirkan para pelaku industri perjalanan, yang memperkirakan penurunan ini bisa berlanjut, terutama menjelang musim panas.

Salah satu pemicunya diyakini adalah kekhawatiran terhadap kebijakan imigrasi dan retorika Donald Trump yang kembali menyorot panggung politik dengan pernyataan-pernyataan keras terhadap negara lain.

Kasus seperti yang dialami Rebecca Burke, seorang backpacker asal Inggris yang ditahan oleh petugas imigrasi AS selama hampir tiga minggu, memperkuat rasa waswas di kalangan pelancong.

Menurut David Edwards, pendiri konsultan perjalanan Scattered Clouds, penurunan ini bisa menjadi pertanda awal tren yang lebih besar.

“Kalau kita bicara soal Juli hingga September, sebagian besar perjalanan sudah dipesan jauh-jauh hari. Tapi perjalanan bisnis yang biasanya dipesan dalam waktu singkat, bisa terdampak lebih cepat jika ada ketidakpastian global,” ujarnya.

Meski pergeseran waktu libur Paskah bisa menjadi salah satu faktor perbandingan yang membingungkan, data dari Kantor Perjalanan dan Pariwisata Nasional AS menunjukkan penurunan yang bahkan lebih tajam dibandingkan Maret 2019, yakni sebesar 16 persen.

Kala itu, Trump juga masih menjabat sebagai presiden.

Turis dari negara lain juga enggan berwisata ke AS

Penurunan wisatawan juga terjadi dari negara-negara Eropa lainnya. Kunjungan wisatawan Jerman menurun hingga 28,2 persen dan wisatawan Spanyol turun 24,6 persen.

Secara keseluruhan, perjalanan global ke AS menurun 11,6 persen. Inggris masih menjadi penyumbang terbesar turis asing ke AS, dengan sekitar 3,9 juta kunjungan setiap tahunnya.

Majalah industri pariwisata TTG melaporkan bahwa dua pertiga agen perjalanan yang mereka survei merasakan penurunan pemesanan, sementara hanya 12 persen yang mengatakan bisnis mereka tidak terdampak.

Permintaan kamar hotel juga ikut terpengaruh. Jan Freitag dari CoStar menyebut bahwa nilai dollar AS yang kuat telah menurunkan jumlah pengunjung sejak 2024, dan retorika politik terbaru semakin memperburuk situasi.

Sebuah studi oleh VisitBritain pada 2022 menunjukkan bahwa kesan suatu negara sebagai destinasi yang “ramah untuk dikunjungi” adalah faktor kedua terpenting dalam memilih tujuan wisata.

Dampak dari berbagai berita deportasi wisatawan, termasuk dari Jerman dan Australia, telah mendorong pemerintah Inggris dan Jerman memperbarui peringatan perjalanan mereka ke AS.

Amerika Serikat, kebijakan Trump, dampak kebijakan trump, Dampak Kebijakan Trump dan Kekhawatiran Kondisi Dunia, Jumlah Turis Inggris yang ke AS Menurun

Patung Liberty di New York, Amerika Serikat (AS).

Situasi ini dikhawatirkan juga akan memengaruhi minat publik terhadap ajang internasional mendatang seperti Piala Dunia 2026 dan Olimpiade Los Angeles 2028.

“Sebagai orangtua Jerman yang ingin mengajak anaknya menonton Piala Dunia, apakah saya mau ambil risiko tidak bisa masuk ke negara itu setelah mengeluarkan ribuan dollar As? Banyak orang mungkin akan berpikir ulang,” ujar Freitag.

Clare Collins dari CT Business Travel mengatakan bahwa meski belum terlihat dampak nyata terhadap perjalanan bisnis, penurunan pada sektor wisata rekreasi sudah mulai terasa dan bisa berdampak jangka panjang.

Jika penurunan ini berlanjut, Edwards memperkirakan beberapa maskapai penerbangan bisa mulai memangkas rute, yang pada akhirnya bisa memengaruhi ekonomi Inggris.

Sebaliknya, pemulihan sektor pariwisata Inggris pascapandemi sempat sangat terbantu oleh banyaknya wisatawan AS yang ke Eropa, didorong oleh dolar yang kuat dan tarif hotel yang lebih terjangkau.

“Sekarang, orang Eropa mungkin berpikir dua kali untuk mengunjungi AS. Sebaliknya, orang Amerika juga bisa saja bertanya-tanya, ‘Apakah saya akan diterima dengan baik di Eropa tahun ini?’” tutup Edwards.