Tensi Iran vs Israel Terus Meningkat, Selat Hormuz Terancam Ditutup dan Harga Minyak Mentah Bisa Tembus Rp 1,9 Juta per Barel

Perang Iran vs Israel terkini belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Malah sebaliknya, eskalasi serangan dan propaganda dari kedua negara terus meningkat.
Perang tersebut bukan hanya ancaman regional, tapi juga global, terutama terkait dampaknya bagi pasar energi.
Fokus utama saat ini tertuju pada Selat Hormuz, jalur laut sempit selebar 29 mil laut yang menjadi jalur vital bagi hampir sepertiga ekspor minyak dunia dan 20 persen perdagangan LNG global.
Iran Ancam Tutup Selat Hormuz
Menurut Badan Informasi Energi AS (EIA), Selat Hormuz adalah “titik krusial minyak paling penting di dunia.”
"Tahun 2023, sekitar 20 juta barel minyak per hari mengalir melewati jalur ini, dengan 70%-nya dikirim ke Asia, termasuk China, India, dan Jepang," tulis euronews.com (16/6).
Ancaman Iran untuk menutup selat ini sebagai respons terhadap serangan Israel langsung memicu lonjakan harga minyak mentah hingga 13 persen minggu lalu.
Walau belum ada penutupan nyata, pasar global sudah waspada.
Pilihan alternatif selain Selat Hormuz sangat terbatas.
Menurut International Energy Agency (IEA), jalur darat seperti pipa Arab Saudi atau UEA hanya mampu menampung 4,2 juta barel per hari, kurang dari seperempat volume normal yang melewati Hormuz.
Selat Ditutup, Harga Minyak Tembus Rp 1,9 Juta per Barel
Analis dari Goldman Sachs memperkirakan, jika penutupan Selat Hormuz benar-benar terjadi, harga minyak bisa melambung di atas USD 100 per barel (sekitar Rp 1,6 juta).
Bahkan, dalam skenario ekstrem, harga minyak bisa mencapai USD 120 per barel (Rp1,9 juta), menurut Warren Patterson dari ING.
“Hampir sepertiga minyak laut dunia lewat Selat ini,” jelas Patterson.
“Jika jalur ini terganggu, dampaknya bisa besar karena sebagian besar cadangan produksi OPEC (Organisasi Negara Pengekspor Minyak Dunia) juga berada di wilayah Teluk.”
Pasar LNG juga sangat terancam. Seluruh ekspor LNG dari Qatar dan UEA harus melalui selat ini.
Sekitar 90 miliar meter kubik LNG melewati Hormuz dalam 10 bulan pertama 2023, dengan 80 persen dikirim ke Asia.
Saat ini, ancaman mungkin baru sebatas pernyataan, tapi potensi eskalasi tetap tinggi. Indonesia dikhahwatirkan juga bakal kena dampak lonjakan harga. (*)