Dexa Medika Ungkap Kunci Pengembangan Produk OMAI

Dexa Medica.
Dexa Medica.

 Dexa Group menegaskan pentingnya riset dan standardisasi mutu dalam pengembangan obat bahan alam (OBA) dalam produksi obat-obatan di Indonesia.

Hal itu disampaikan pada forum internasional Capacity Building and Workshop on Quality Standardization of Extracts and Quality Control Assessment in Traditional Medicine Products yang diselenggarakan BPOM RI bersama World Health Organization (WHO), 19–21 Agustus 2025.

Director of Business Development and Scientific Affairs Dexa Group, Prof Raymond Tjandrawinata dalam paparannya menegaskan bahwa keberhasilan obat modern asli Indonesia (OMAI) hanya dapat dicapai bila riset ilmiah berjalan seiring dengan kontrol mutu yang ketat.

“Produk herbal yang baik, dengan kontrol kualitas yang ketat, serta dikerjakan oleh saintis yang kompeten dapat sejajar dengan obat kimia modern,” ungkap Prof Raymond dikutip dari keterangannya, Kamis, 21 Agustus 2025.

Dia menjabarkan, ,elalui Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS), Dexa Group menggunakan pendekatan biomolekuler untuk menemukan fraksi bioaktif dari sumber alam, seperti cacing tanah dan ikan gabus. 

Produk Dexa Group yang telah masuk Formularium Fitofarmaka seperti Stimuno, Inlacin, Redacid, dan Disolf telah melalui uji klinis dengan standar internasional dan bahkan terdaftar patennya di berbagai negara. Sebagai contoh, Redacid dari kayu manis sudah terdaftar pantennya di Eropa, Jepang, Australia, Taiwan dan Korea Selatan.

Dexa Medica.

Dexa Medica.

Raymond pun menyoroti perlunya dukungan pemerintah untuk mendorong jamu Indonesia setara dengan produk herbal dunia.

“Di India ada Ayush Ministry, levelnya kementerian. Itu artinya Ayush sangat dihormati, bukan hanya di India tetapi juga secara internasional, dengan nilai pasar mencapai 15 miliar USD. Komitmen pemerintah India untuk mendukung Ayush sangat besar. Indonesia juga perlu keberanian yang sama agar obat herbal kita bisa berkembang di tingkat global,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Dr. Galib dari All India Institute of Ayurveda. Ia menjelaskan bahwa regulasi di negaranya diatur melalui Drugs & Cosmetics Act 1940 yang mencakup Ayurveda, Siddha, dan Unani. India bahkan memiliki Ayush Ministry setingkat kementerian yang bertugas khusus mengembangkan sektor ini.

Sebagai jaminan mutu, India menerapkan Quality Certification Systems melalui Quality Council of India. Produk yang sesuai standar domestik diberi tanda Ayush Standard Mark, sementara produk yang memenuhi standar internasional mendapat Ayush Premium Mark. Pemerintah juga menerbitkan Essential Drug Lists untuk Ayurveda serta pedoman evaluasi keamanan dan khasiat produk.

“Langkah ini menunjukkan bahwa dukungan regulasi, sertifikasi, dan kebijakan yang kuat dari pemerintah mampu membawa Ayurveda diterima luas dalam sistem kesehatan resmi maupun pasar global,” kata Dr. Galib.